memotivasi diri

Teman-teman terkasih,

jika kau masih hidup sampai sekarang,
berarti kau masih beroleh anugerah Tuhan
yaitu kesempatan untuk mewarnai dunia dengan cerahmu'


My Beloved Friends,
if you still alive,
that means you still get a grace from God,
a chance to color the world with your bright.

Kamis, 30 Januari 2020

Sebuah Jeritan Tangis (Pohon)

Apa salahku padamu sehingga keberadaanku tak kau maui
Katakan jika aku pernah menyakitimu di masa lalu
Kau tahu di sepanjang tumbuhku sejak masa kecil hingga besarku
Tak sekali aku memohon bantuan darimu

Aku hidup dalam perlindungan Penciptaku
Yang sedia selalu memberiku makanan dan minuman setiap hari
Bahkan apa yang berbahaya di udara kuserap sesuai fungsiku
Lalu kugantikan dengan yang segar untukmu semua

Apakah aku meminta timbal balik padamu
Tidak, aku tidak pernah
Bagian bawahku mencengkeram erat tanah tempatku berdiri
Menahan air hujan untuk tersimpan di bawah bentangan akarku
Demi apa aku lakukan semua itu
Karena itu tugasku dari Penciptaku

Terkadang buah-buahku kau ambil untuk kebutuhanmu
Atau jika kau rasa tak suka dan biarkan saja di sana
Burung-burung beterbangan mendapatlan makanan dari buah-buah yang kuhasilkan
Juga hewan-hewan kecil lainnya yang singgah menjengukku

Kala terik siang menghujam kulitmu
Ku lindungi dengan tangkupan ribun dedauananku agar tiada panas mentari itu menyentuhmu
Bahkan ku tahan tanah dibawahku agar tidak longsor menimpamu
Yang terkadang membuat tempat bermukim di are bawah tempatku tumbuh

Kurang baik apa aku padamu
Aku hanya meminta padamu biarkan aku hidup
Namun entah demi apa engkau menghalau keberadaanku
Kau musnahkan aku dari tempatku berdiri
Aku tersingkir dan tergantikan oleh tingginya gedung-gedung pencakar langit
Yang bagimu kaupikir itu mungkin lebih penting

Jika alam tempatku tinggal marah padamu
Pastilah atas ijin Pencipta semesta
Kau tebang aku demi apa
Kau musnahkan aku demi apa
Kini jerit tangisku telah hanyut terbawa banjir besar
Teriak marahku karena sakit hati mengalir bersama longsornya tanah menimpamu

Maaf, aku tak bermaksud mencelakakanmu  hai manusia
Itu akibat ulahmu sendiri seolah yang membeci adaku

Written by Ari Budiyanti
30 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Rabu, 29 Januari 2020

Singkat

Bukankah bertele-tele itu melelahkan
Hendak mengejar apakah makna sejati
Jangan lagi buang kata percuma
Pilah saja yang bermakna dan lepaskanlah itu

Meski hanya singkat
Namun berguna sepanjang hayat

...
Written by Ari Budiyanti
29 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Selasa, 28 Januari 2020

Marah yang Bukan padaku

Lagi dan lagi terdengar di kedua telingaku
Alunan nada sumbang tanpa harmoni
Semua berceceran seperti asap hitam penyebab polusi udara
Namun ini berbeda karena meracuni jiwa yang mendengarnya

Umpatan-umpatan kian merajalela
Lupa pada siapa sedang berbicara
Terus meluapkan amarah yang melanda
Dalam basuhan emosi yang meronta

Sungguh tak habis heran batin ini melihat semua
Yang begitu nyata di depan mata
Bagaimana bisa ada kejam yang tak berbatas dalam umbaran aksara
Saat meluncur bebas dalam rangkaian kata-kata

Luka mendalam dibuatnya tanpa ampun
Bahkan salah pun tiada dirasanya
Bagaimana bisa terucap sejenak maaf
Jika bebal hati merasa paling benar saja

Entah berapa sayatan sudah dibuat pada lembutnya hati
Yang sudah mencintai tanpa syarat sepanjang hayat
Mengapakah bisa ada insan lupa atas kebaikan
Yang dirasanya semenjak masa mudanya

Balas budi macam apa yang dikira sudah diberikan
Pada luapan kasih sayang tak berbatas
Manusia macam apa bisa begitu tanpa batasan
Mengumbar amarah dalam cekalan kata-kata tajam mendulang petaka

Jika tak jua bertobat dan sadar jiwa
Akan berakhirlah bahagianya di masa depan
Curahan kejahatan verbal yang tak terbendung
Berbalik pada diri si penebar angkara
Meski marahnya bukan padaku
Namun ku tetap tak rela mendengarkan segala kata-kata nestapa

Ingat
Tuhan di atas sana tidak tinggal diam

..
Written by Ari Budiyanti
28 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Rahasia Penantian

Kau bodoh masih jua menunggu yang tak memberi pasti
Mungkin hanya ilusi saja rasa itu bagi dia
Kau tahu seberapa lama dan tahan pun kau kerahkan
Dia di ujung sana sungguh tiada merasa
Segera kau sadarlah kawan

Ujarmu seperti kisah indah telenovela
Ataukah mimpimu seperti romatisme drama Korea
Berharapkah macam sinetron yang tak kunjung berhenti serinya
Itu semua hanya fiksi
Ingatlah selalu sobat

Apakah belum cukup pertanda itu
Bahwa semua rasa hanya di pihak padamu saja
Tak ada berita kabar yang terucap apalagi tersebut
Bagaimana masih mengira hatinya padamu
Segeralah terjaga dari mimpimu hai teman

Penantianmu dan tunggumu bagai tak bertepi
Bila ada penghujung kisahmu dengan dia sungguh ingin ku tahu
Benarkah semua rasa yanv kau simpan rapi di relung hatimu
Agar berbalas kasih murni dari nurani dia yanb kau damba
Aku tak tahu

Kau menatapku,
Terucap sederhana katamu
" Ini sebuah rahasia penantian "

...
Written by Ari Budiyanti
28 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Senin, 27 Januari 2020

Di Sudut Kotamu Aku Masih Menunggu

Kau tahu apa itu rindu?
Kata orang itu menyiksa karena menahan hasrat ingin bertemu
Lalu mengapakah bisa bertahan selama itu jika menyiksa
Apakah ketahanan seseorang akan siksaan nyata dalam merindu?

Seandainya ku tahu jawaban yang tepat
Tentulah hati ini tak selalu terikat dan merekat
Bilakah suatu cinta yang mereka kata sebagai penuh ketulusan
Adalah sebuah sauh kuat untuk menggayuh rindu
Mungkin itulah yang sebenarnya mengisi nurani di dasar palung hati

Ah cinta
Benarkah keberadaanmu menancap kuat pemberi harapan
Namun jika telah berlalu lebih dari 60 purnama terlewati pada akhirnya
Apakah benar rindu itu masih nyata?
Ataukah hanya sebuah semu rasa dalam angan semata yang seolah akan bersama
Andai ku tahu jawabnya

Masih sama di sini saat duduk terpaku
Di salah satu sudut kota tempatmu dan ku bertemu
Dalam bincang akan kehidupan meraih cita-cita
Ataukah tentang mimpi yang ingin tergapai oleh diri
Namun tak pernah terselip satu pembicaraan tentang cinta

Jadi, apakah merindumu adalah hal yang wajar dalam sebuah penantian
Aku sungguh tak tahu
Aku hanya merasakannya setiap waktu bahwa rindu terus menumpuk
Seperti berjuta beban yang makin menghimpit rasa
Dan di sini, di satu sudut kotamu, aku masih saja menunggumu
Entah berapa purnama lagi
Mungkin hingga rindu itu lenyap

...
Written by Ari Budiyanti
27 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Minggu, 26 Januari 2020

Keangkuhan Airmata

Saat kata-kata terlemparkan pedas menyakiti hati hingga terluka
Bening di pelupuk mata mengalir deras sehingga terkadang lupa cara berhentinya
Terus saja berlangsung tahun demi tahun bagaikan sebuah pusaran emosi lara

Namun hati menjadi terasa berat mengikuti alurnya
Karena ternyata tiada berubah lagi si penebar bahasa kasar
Membuat nurani memilih menahan agar bulir bening itu tak berjatuhan lagi

Kini apapun terkatakan yang menyakitkan batin
Sudah berhasil ditepikan oleh gelombang kepedihan yang terbendung
Tiada lagi mau turun dari tempatnya bernaung
Di sudut pelupuk mata tak lagi menggantung

Kini bulir air mata menjadi jarang turun
Apapun rasa pedig yang melanda tak lagi dirasa
Seperti membiarkan batin menjadi kebal pada luka
Sehingga nurani tak lagi mengagungkan lara
Kini menjadi seolah ada keangkuhan airmata
Yang tak mau lagi menunjukkan keberadaannya

Jika kemudian ditanyakan padaku
Mengapa tiada lagi pernah menangis seperti masa-masa itu
Apa bisa kuberikan jawaban sendu bagi kalbu
Hanya kubilang airmataku terlanjur menjadi angkuh pada nyatanya pedih

..

Written by Ari Budiyanti
27 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Sabtu, 25 Januari 2020

Di Sukacita Kebersamaan

Saat melewati waktu bersama
Dalam suka aneka cerita
Saat ada pula tawa canda
Meski terkadang pun tangis jua

Tak ada yang terlewatkan pada kala
Keluarga bersama dalam bahagia
Saling mengenal tanpa penyekat
Untuk lebih memahami yang terdekat

Mungkin kesibukan selama sepekan
Membuat terlupa untuk berbagi rasa
Memang tetap saling memperhatikan
Namun masih kurang dalam kedekatan

Lalu di akhir pekan menjadi saat
Pemulihan diri dalam kebersamaan
Agar setiap anggota keluarga makin rekat
Dalam kasih pengikat persaudaraan

Terdengar senandung lagu sukacita
Juga saat cerita pergumulan terbagikan
Pun acara bermain meski sederhana
Asal ada sukacita dalam kebersamaan

....
Selamat menikmati akhir pekan
Written by Ari Budiyanti
26 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti