memotivasi diri

Teman-teman terkasih,

jika kau masih hidup sampai sekarang,
berarti kau masih beroleh anugerah Tuhan
yaitu kesempatan untuk mewarnai dunia dengan cerahmu'


My Beloved Friends,
if you still alive,
that means you still get a grace from God,
a chance to color the world with your bright.

Kamis, 30 April 2020

Wabah Ini Membuat Kita Terpisah Lama

(sepasang burung di atap rumah. Mereka tak perlu menjaga jarak. Photo by Ari)

Aku tahu cinta melampaui jarak dan ruang
Begitulah yang biasanya diangkat dalam kisah drama
Akan kulakukan apapun untukmu demi cintaku padamu
Begitulah pula kata tokoh utama telenovela romantis yang pernah kulihat

Begitulah cinta pada jmumnya dirasa dua insan
Jarak dan ryang tak lagi jadi penghalang
Samudera raya yang memisahkan
Pada akhirnya tetap akan terlampaui karena sayang
Katanya demikian 

Namun kini justru cinta dan sayang itu menuntut
Suatu pembuktian yang berbeda
Menjaga jarak pandang dalam temu diri
Memberi ruang terpisah pada keberadaan raga

Bukan tak ingin saling menyapa dalam cinta temu muka
Namun sekarang semua diatur ketat
Kau dan aku tak bisa lagi bertegur sapa dalam pandang dekat
Kau tak boleh lagi berkunjung datang
Kau ada di sana tak bisa pulang 
Dan entah sampai kapan

Tak boleh memaksa sua meski rasa melanda sangat
Tak bisa bersembunyi dan diam-diam bertemu
Justru bila demikian berarti tak cinta lagi
Karena justru pertemuan menjadi peluang terjangkit virus itu

Virus yang seolah membekukan dunia
Virus yang mencekamkan para pelaku kehidupan
Virus yang memaksa pembatasan pertemuan 
Virus yang menghalangi perjalanan menuju mereka yang dicinta

Kini cinta harus nyata diwujudkan dengan cara lain
Dalam menjaga jarak dengan yang terkasih
Meski kuyakin bukan untuk selamanya
Hingga saatnya nanti tiba 
Kau dan aku dalam sua penuh rindu dan cinta 

 .
..
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
15 April 2020

Terkurung rindu dalam bentangan ruang dan waktu

Sekelebat Mengejar Terbangmu

( lima burung di puncak cemara. Photo  by Ari l

Dalam senja aku memangku ragu
Akan keberadaan pikir yang menyala rindu
Aku ingin membenci segala prasangka
Yang mengucilkan sebuah ikatan rasa

Adakah belenggu pikiran buruk pada jiwa
Sehingga tiada yang baik tersirat mata
Semua kebencian menyelubungi nurani
Sehingga kalbu hanya terisi memori duri

Aku ingin melepas semua kesal pada mendung yang menggantung
Namun tak tega melihat burung-burung berkejaran terbang dengan senang
Mengurungkan niatku melambungkan duka pada angkasa
Tak mau tebarkan energi negatifku pada mereka yang bahagia

Lalu akan kuapakan segumpal kecewa yang merogoh semua simpanan bahagiaku
Ingin teriakkan dalam raung tangisan mengusir gempita pahit kenyataan 
Namun tak bisa kuusik burung-burung itu yang hinggap tenang di depanku
Dalam teduhnya rindang pepohonan sesudah hujan

Betapa mereka yang seharusnya saling menebar cinta
Ternyata justru berkubang benci dan sakit hati itulah sungguh duka mendalamku
Tak bisakah angkat saja semua perih rasa yang memilu hati

Aku lelah menghadapinya sendiri
Pada angin ingin kutitipkan galau rasa karena pecahnya sebuah kasih persaudaraan
Bisakah kita berhenti saling membenci?
Bisakah hanya tebarkan kasih sayang dan welas asih?

Hanya titik-titik air hujan yang seolah mengerti
Ikut mengiringi sunyi batin dalam hening nelangsa hati
Aku ingin semua segera berlalu dalam kebaikan
Tapi entah kapan itu terjadi
...

Sebuah renung diri dalam senja mendung
...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti

22 April 2020

Ayunan Tangan Mematahkan Luka

(photo by Ari)

Duka 
Tak bisa kuteteskan air mata
Saat hati kecilku meronta
Dalam padanan pilu rasa

Lara
Ketika mendapati di depan mata
Sebuah ayunan tangan terbentang angkara
Mematahkan yang disebut pesona cinta

Pilu 
Mendapati rindu mengungkapkan sembilu
Namun mulut terkunci rapat oleh kelu
Cinta itu memudar oleh emosi menderu

Bilakah ini diakhiri
Segala kekerasan rasa
Karena emosi diri 
Tak bisakah terbendung gelora

Terkadang dan sangat banyak
Yang tak tergenggam tangan
Tak bisa dikendalikan semau diri

Karena segala yang berjalan
Dalam jalur tak tepat 
Menuju ketidakadaan cinta

Semoga kendali emosimu bisa teredam
Tak lagi ada ayunan tangan 
Yang bisa mematahkan cinta

.....
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti

23 April 2020



Apakah Ku Harus Berpuasa Melihatmu?

(photo by Ari)

Kau tak boleh pulang
Itu peraturan
Libur memang membentang
Namun tak boleh ada perjalanan

Sampai kapan?
Aku pun tak tahu 
Meski kata pengumuman
Hanya sebatas lima minggu

Aku berharap bisa lebih cepat
Semua wabah ini bergegas lari
Menjauh dari segala penjuru bumi
Agar ku bersua denganmu pun dapat

Bulan Ramadhan yang beda
Saat melihatmu pun ku tak bisa
Apakah aku pun harus berpuasa
Untuk menerima kau punya berita 

...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
24 April 2020

HariPertamaRamadhan

Ku Tak Mengerti Nyanyian Duka Burung

(Photo by Ari)

Tergolek lemah tak berdaya 
Kudapati sudah tak bernyawa
Memandangi dengan duka 
Seekor anak burung dalam cabikan erat cakar tajam seekor kucing

Terdengar riuh rendah cericit burung-burung lainnya di pepophonan
Menatap sendu nasib malang si burung kecil
Apakah ada sang induk salah satunya 
Sungguh kicauan senja itu bagaikan nyanyian duka

Terlambat mendapati kenyataan pedih 
Saat menemukan sekilas perkara senja yang memilu
Namun itu bagi keluarga besar anak burung itu

Seandainya aku memahami
Arti kicauan duka atau suka
Aku hanya mendengarkan
Sebagai suara merdu di gendang telinga

Namun bila nyatanya di hadapan
Nampak kenyataan pahit ajal si anak burung kecil
Aku hanya bisa menduga
Kicauan senja ini adalah nyanyian duka kehilangan keluarga bedar anak burung

..

Terkadang alampun berduka dengan caranya
..

Written by Ari Budiyanti
26 April 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Noktah-Noktah Hitam di Angkasa Kelabu




Saat kutengadah ke angkasa
Nampak tiada cerahnya biru
Pun cerianya langit tiada nampak 
Aku kira itu sendu

Menggayut kelabunya mendung
Menyelimuti angkasa menggumpal awan
Begitu kelabu seolah penuh bayang-bayang kesedihan 

Lalu ada begitu banyak noktah-noktah hitam berkejaran 
Nampak kecil-kecil beterbangan penuh keriangan 
Bahwa kelabunya angkasa itu sebagai latar perjalanan
Noktah-noktah hitam itu ternyata burung-burung kecil nan ceria berkejaran

Sekarang aku tahu sebuah rahasia
Bahwa kelabunya perjalanan itu terkadang hanya sebuah kesementaraan
Tak perlulah keresahan berlarut-larut dibiarkan menyala
Yakinlah dan melangkah pasti seperti noktah-noktah hitam beterbangan 
Yang penuh keceriaan mencintai kehidupan

...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
27 April 2020

Ilustrasi dokpri

Biarkan Aku Berpuisi Lagi Hari Ini

(photo rembulan by Ari)

Semua sedang mengisi hari dengan puisi
Kala para perangkai kata-kata indah menyuarakan rasa
Penyair terbangun dari impian rindu dan mengurai bait aksara
Lalu para pujangga menyusun huruf-huruf penuh cinta dalam larik-lariknya

Mengapa semua berpuisi hari ini
Apakah karena mereka merindu
Ataukah karena mencintai
Adakah sebuah kalut pun kecewa 
Mungkinkah karena kecemasan merajalela
Apapun itu tetap menjadi nada puisi 

Setiap hari aku menuangkan imajinasiku 
Dalam rangkaian kata yang terkadang tidak dipandang
Namun aku terus saja berpuisi
Tak hanya hari ini saja
Namun di setiap hariku bersama inspirasi

Jika mereka menulis hari ini bersama
Tentunya untuk sebuah peringatan Hari Puisi Nasional
Namun bila aku berpuisi di setiap harinya
Itu adalah sebuah ungkapan rahasia
Yang kini tak lagi tersimpan dan tersembunyi

Bahwa berpuisi adalah jiwaku
Mengalir di aliran darahku
Berdetak bersama degub nadiku
Terhirup bersama desah nafasku

Jadi biarkan aku berpuisi lagi hari ini
Terlebih karena semua pun berpuisi
Memperingati bersama sebuah hari
Yang menjadi berarti bagi para sastrawan di bumi pertiwi

Dan untukmu para pencinta puisi
Biarkan kulantunkan nada kataku kini
Selamat Hari Puisi Nasional 2020
....

Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
28 April 2020