Sudah bukan rahasia lagi kalau saya ini pengoleksi buku. Judul buku yang saya punyai memang sudah lebih dari dua ratus. Sebagian besar buku sudah saya baca terlebih dulu, baru saya beli bukunya.
Sebelum saya bisa mengumpulkan uang sendiri, saya hanya membaca di perpustakaan atau pinjam teman. Tak pernah ada kesempatan bisa beli buku apalagi sampai mengoleksi.
Bertahun-tahun sejak masa kecil saya, tak pernah saya bermimpi mempunyai perpustakaan sendiri. Saya cukup sadar diri melihat kondisi ekonomi masa kecil keluarga saya. Tak pernah bisa dipungkiri, teladan baca dari bapak dan ibu saya mau tak mau menurun pada kami anak-anaknya.
Dua buku besar berisi kisah kehidupan selalu dibacakan ibu saya di malam hari menjelang tidur kami. Kisah-kisah menarik yang memberi kami pelajaran akan nilai-nilai kehidupan yang hakiki. Jangan bayangkan bukunya seperti buku cerita untuk anak jaman now ya, yang penuh gambar aneka warna.
Buku besar milik Ibu tidak berwarna. Jadi hitam putih. Ada beberapa gambar besar mewakili tiap cerita. Kami mendengarkan Ibu bercerita dengan antusias. Sementara bapak selalu membuka surat kabar lebar-lebar, setiap Minggu pagi yang cerah. Karena Bapak bekerja di luar kota, makan kami hanya ada kesempatan melihat Bapak membaca koran di Minggu pagi saja. Tapi itu rutin. Bapak juga sering membawa koran bekas yang sudah tidak dipakai dikantornya, untuk dibaca anak-anaknya. Kalau ada gambar-gambar menarik, biasanya saya kumpulkan, digunting dan dijadikan kliping.
Sampai saya kuliah, kondisi ekonomi kami masih biasa-biasa saja. Malah sering kurang. Karena itu saya juga harus menghemat sekali untuk biaya hidup di Surabaya. Terkadang ada keinginan yang tak tertahankan untuk memiliki suatu buku bagus. Saya akan memotong uang makan saya sedemikian rupa agar bisa menyisihkan uang untuk beli buku. Seprihatin itu ya. Itu kenangan masa lalu. Tapi membaca buku menjadi kebutuhan yang tak terelakan. Meskipun saya tidak mengoleksi buku masa itu, saya masih rajin pinjam buku di perpustakaan.
Setelah saya lulus kuliah dan mendapat pekerjaan, tentulah saya dapat gaji. Saya langsung tidak bisa menahan diri untyk memiliki buku-buku bagus yang pernah saya baca. Saya berburu ke toko buku dan menyisihkan uang gaji saya bisa sampai Rp. 200.000 per bulan untuk beli buku. Ada kalanya kurang dari 200 ribu tapi tak jarang juga lebih dari itu.
Jika saya jalan-jalan ke mall dan melihat aneka baju, tas, sepatu, dompet, dan sebagainya yang bagus-bagus, saya bisa loh menaham diri tidak membeli semua itu meski uangnya ada. Saya akan beli barang-barang itu jika saya sudah sangat membutuhkannya. Kalau beli untuk sekedar mengoleksi benda-benda di atas, hampir tak pernah.
Tapi kalau saya sudah masuk toko buku, dan pas ada diskon, saya bisa loh bawa 4 sampai 5 buku sekali belanja. Kalau buku tidak diskon saja, dan bagus, saya mau beli, bisa dibayangkan kalau diskon besar-besaran. Bisa benar-benar bikin kalap. Mata hati saya seolah tertutup.
Pengalaman dulu, ada marketing buku datang menawarkan buku dengan diskon yang lumayan besar, bisa dicicil juga pembayarannya karena tim marketingnya datang setiap bulan ke tempat saya bekerja. Ini pengalaman saya. Benar pernah terjadi. Membeli buku seharga Rp. 750.000 dan dibayar dengan cicilan 5 kali. Jadi per bulan bayar 150 ribu. Orang -orang mencicil rumah atau mobil, saya hanya mampu mencicil buku. Ya sudahlah tak mengapa bukan? Ibu saya sampai penasaran. Buku apa yang saya beli dengan harga segitu mahal. Ini dia bukunya.
Iya, waktu baru terbit harganya sampai segitu. Pas saya lihat beberapa tahun kemudian, pernah ada diskon di toko buku, harganya bisa turun jauh sekali. Tapi itu setelah lama berlalu.
Selain buku Ensiklopedia umum di atas, saya sebagai orang yang suka belajar Alkitab, sesuai iman kepercayaan saya, pun saya bela-belain beli ensiklopedia Alkitab dan buku NIV Bible Study yang harganya tidak bisa dibilang murah. Kecintaan saya dan kehausan saya akan ilmu mendorong saya memiliki buku-buku tersebut.
Itu beberapa buku tebal yang harganya tidak terlalu murah dan saya rela habiskan uang untuk membelinya. Tapi tidak semua buku saya beli, ada juga banyak koleksi buku saya yang adalah pemberian atau hadiah ulang tahun.
Jika Anda memiliki teman-teman dekat dan sangat mengenal Anda, mereka akan memberi hadiah yang Anda suka dan minati bukan? Begitu juga teman-teman dan orang-orang di sekitar saya. Sebagian besar selalu beranggapan kalau saya mau dapatnya hadiah buku. Ini salah satu pemberian dari mereka. Bukan buku murah, tapi mahal. Murah dan mahal itu sebenernya relatif ya, tapi buat saya ini termasuk mahal.
Itu sepintas tentang buku-buku tebal yang saya punya. Buku-buku lainnya yang saya beli dengan diskonan besar-besaran juga banyak. Kisah-kisah inspirasi sering saya pilih untuk memperbanyak koleksi. Dongeng rakyat dan kisah anak-anak internasional. Karena dunia saya tidak jauh dari anak-anak, koleksi buku-buku saya pun banyak yang di seputaran kisah anak-anak.
Bahkan demi bisa menyelami dunia anak-anak, saya mencari buku - buku yang berisi cara-cara menolonh anak-anak untuk merasa dikasihi yang sesungguhnya. Benar-benar dikasihi dan merasakannya dengan riil. Buku ini salah satu panduan saya. Lima Bahasa Kasih untuk Anak-Anak.
Tak heran pula saat saya pindahan dari Surabaya ke kampung halaman, harta karun terbanyak saya adalah koleksi buku saya. Ada berdus-dus buku yang harus saya bawa pulang. Saya pun mempunyai koleksi buku semacam perpustakaan pribadi sekarang. Apa yang tak pernah saya bayangkan di masa kecil dan remaja, teraih di masa-masa saya sekarang.
Beberapa koleksi buku saya pribadi ada di media sosial dan diberi nama ABy Online Library. ABy singkatan nama saya Ari Budiyanti. Onlne Library menunjukkan koleksi buku saya yang hanya secara online saya pajang sebagai referensi bagi teman-teman yang ingin tanya-tanya mengenai buku tersebut. Jadi saya tidak jualan buku - buku koleksi saya. Itu harta karun saya. Tak akan saya jual.
Meski buku sudah banyak, dan saya berusaha mengurangi membeli buku, tapi masih saja sampai sekarang saya beli buku baru per bulan paling tidak 1 buku. Bahkan teman-teman saya dan juga keluarga saya akan memberi info pada saya tempat-tempat yang beri diskon buku besar-besaran.
Nah apakah Anda juga pemburu buku seperti saya? Tapi yang terpenting adalah membeli buku untuk dibaca dan bukan sekedar konsumtif terhadap buku saja. Pastikan pula kalau buku yang Anda beli akan berguna bagi Anda. Apakah setuju dengan saya dalam hal ini?
Akhirnya, buat Anda yang ingin memberli buku dalam waktu dekat ini, bisa kunjungi Indonesia International Book Fair 2019 (IIBF). Di sana akan ada:
Pameran buku bertaraf internasional yang digelar ke-39 menghadirkan 42 stand penerbit lokal dan mancanegara untuk menjual buku-bukunya.
Untuk IIBF tahun ini, penyelenggara Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menggelar Zona Kalap di salah satu sudut Hall A, Jakarta Convention Center (JCC). Ada 5 ribu judul buku terbitan 250 imprint (merek) penerbit dengan diskon besar-besaran mulai dari 40 % hingga 90%.
Jadi mau tunggu apa lagi? Sisihkan uang Anda bulan ini untuk berburu buku murah di sana. Siapa tahu nanti kita bisa bersua tidak sengaja di sana. Ini gara-gara kakak saya kirim pesan petang tadi, saya jadi ingin segera meluncur ke Jakarta untuk berburu buku murah di IIBF 2019.
Sampai bertemu di sana ya.