Kamis, 26 September 2019

Ku Tak Tahu Makna

Lembar-lembarmu kubuka
Dalam diam aku membaca
Tiap larik kata untaian rasa
Yang terpijak dalam rangkaian asa

Pertama ku mengerti
Dan lalu kupahami
Maka ku berlanjut pergi
Menuju nyatanya hidup ini

Peristiwa demi peristiwa
Mengiringi perjalanan langkah
Teringat kembali untaian aksara
Yang menjadi tak lagi terarah

Bukan karena ku tak mau tahu
Pun pula atau karena rasa ragu
Hanya saja semua menjadi biru
Dalam sedu sedan nyatanya kelabu

Indahnya asa yang teruntai dalam kata
Bermaknanya rasa yang terangkai makna
Menjadi gelap tanpa bayang satu
Semua tertutup dalam sejuta sendu

Semua yang tadi terbaca indah
Menjadi tak lagi berjejak dalam langkah
Semua yang terbaca bagai inspirasi
Menjadi seolah berkabut tak berperi

Ah nyatanya hidup ini
Mengapa tak jua seindah puisi
Sungguh kini ku rasa
Ku tak lagi tahu makna

...

Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti

Kamis, 19 September 2019

Tawamu Menggetarkan Kalbu

Sejenak melangkah dalam lelah
Menuju peristirahatan yaitu rumah
Tak sengaja bersua dia dqlam langkah
Yang mendadak menjadi ramah

Tawa itu mengejutkanku
Meski tanpa suara didepan mata
Hanya membalas dalam simpul senyum
Pertanda pertahanan rasa tak tertata

Hadir pula sapamu dalam sejenak
Memberiku ruang untuk terperanjak
Pun bicara tanpa tersesak
Tentang apa yang menjadi gejolak

Bukan tentang rasa yang membara
Hanya sedikit desiran dalam jiwa
Menyambut sapa hangat pesona
Dalam kibaran debur nada cinta

Mengapa bersua menjadi penanda
Sebuah ikatan tanpa makna
Mengapa hati menjadi tergundah
Karena hadir tawa dan sapa saja

Ah hati
Sebegitu rumitkah dalammu
Membuat pemiliknya penuh sendu
Dalam bayang semu sebuah temu

..

Written by Ari Budiyanti
19 September 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti

Pengembara Cinta

Diujung timur pulau Jawa
Semuanya berawal kisah
Saat cinta pertama terajut
Dalam sebuah nyata bahasa

Bertahun merangkai untaian cerita
Menebarkan makna dari cinta
Pada semua yang tersua
Dalam derap tangis pun tawa

Mengalirkan sepenuh cinta
Tanpa memilih terus mengalir
Tanpa membedakan yang disebut kasta
Karena hanya cinta saja

Perjalanan berakhir penuh kenangan
Tersirat dalam segala benda pemberian
Tanda tersedihkan perpisahan
Meninggalkan ujung kota di Timur Jawa

Berlanjut tanpa henti cinta mengembara
Dalam bentangannya ke tengah pulaunya
Dalam kisah indah mengalir sama
Tetap memberi makna pada jiwa-jiwa

Mengejar ketertinggalan dalam gejolak
Bertarung melawan segala pergumulan
Berjuang menyelesaikan setiap panggilan
Dalam mulianya sebuah perjuangan

Tal terhenti hanya di tengah pulau Jawa
Berlanjut kisah perjalanan indah
Menuju sisi Barat pulau yang sama
Dalam segala pernak-pernik yang senada

Masih bersua mreka yang dianggap kecil
Mreka yang sering terlupakan suaranya
Mreka yang dianggap belum mengerti
Mreka yang selama ini justru mengajarku

Tak lekang waktu mempersatukan
Antara rindu menunaikan cinta
Pada mereka yang membutuhkan karya
Bukan sekedar kata-kata

Dalam berat dan penat saling beradu
Pun emosi saling berseteru
Seolah memberi pertanda agar mengadu
Pada Sang Khalik Sang Pemandu

Bilakah perjalanan cinta ini diakhiri
Bilakah segala daya juang terhenti
Bilakah lelah mengasihani diri
Bilakah waktunya semua selesai

Pengembara cinta ingin lagi melangkah
Menuju sisi lain dalam pulau ini
Apakah perjalanan harus berganti
Atau masihkan tetap dalam jalur lama

Semoga pada akhirnya nanti
Segala perjalanan pada arah pasti
Agar tiada ingin berhenti
Terlebih mengakhiri

Pengembara Cinta dalam renung diri
Ditemani kerlip bintang penuh pesona
Menunggu sebuah keputusan nurani
Untuk melanjutkan perjalanan tertata

...

Written by Ari Budiyanti
19 September 2019
#PuisiHatiAriBudiyanti

Rabu, 18 September 2019

Terbenam di Sudut Kepala

Kupikir saja dalam angan
Bahwa aku cukup kuat menanggungnya
Kurasa saja dalam batin
Bahwa ku mampu menerimanya

Namun ..
Nyata berkata lain terkadang
Saat lelah badani menyeruak
Membakar semua energi tersisa

Merenung lagi mencoba memahami
Apakah arti semua ini
Adakah suatu pertanda saja
Ataukah memang sebuah petunjuk

Bila ini tepat yang kupilih
Mengapa raga ini menolak bertahan
Sebesar apapun usaha jiwa meronta
Yang tersisa hanya sebait gundah

Bukan karena aku tak cinta
Justru kasihku teralirkan melimpah ruah
Namun kekuatanku sungguh berbatas
Atas semua gempuran emosi menyerang

Bukan aku mau mundur dan kalah
Atau lupa bagaimana cara bertahan
Hanya saja fisik ini berkata lain
Jika lebih lama tinggal semakin ambruk

Bila memang harus kulepaskan
Pastilah derai air mata berkejaran
Karena harus meninggalkan
Sebuah perjalanan yang kucinta

Sebuah kisah batin yang menginspirasi
Sebuah harta yang tersembunyi
Sebuah kekayaan yang tak terselami
Kudapati semua ada di sini

Dalam derai tawa sukacita mereka
Dalam kelembutan perhatian juga
Dalam sentuhan kemurnian kasih
Dalam doa yang tak putus-putusnya

Dalam segala yang tak tertuliskan
Semua haruskah ku tinggalkan
Demi apakah aku bisa rela
Jika bukan karena badan tak kuasa

Menanggung letih ini
Memikul beban emosi
Meratapi kegagalan diri
Terperosok dalam ilusi

Bila ku pergi nanti
Belum kuputuskan kini
Masih hanya terbenam rapi
Di suatu sudut kepala ini

Written by Ari Budiyanti

Dalam segala lelah emosi dan badani
#PuisiHatiAriBudiyanti

Minggu, 15 September 2019

Merindu Hadirmu Sang Hujan

Panas sudah menemani berbulan-bulan
Terik mentari siang menyengat badan
Saat angin menyapa, debu berhamburan
Menutup mata sekejap dalam kegelapan

Menatap langit berharap kelabu
Pertanda mendung menggelayut sendu
Namun tiada itu terbentang syahdu
Hanya tertinggal sisa senja memdayu

Kapankah titik airmu menetes ke bumi
Rindu semua menanti hadirmu
Meski hanya sekedar melepas penat hari
Dalam rintik air dingin menyelimuti pilu

Di sisi sana ada yang tersesak pengap
Karena terperangkap selimut asap
Akibat terbakarnya hutan yang kering
Karena kemarau yang tak jua berakhir

Tertutup samar wajah oleh pengaman
Agar udara berasap tak menetap tinggal
Di kedalaman setiap paru-paru insan
Tetapi tetap asap menyelusup sepenggal

Tidakkah kau rindu menyapa bumi
Yang terus menanti hadirmu lagi
Seruan-seruan ternaikan dalam pedih hati
Satu persatu terlantunkan doa kini

Yang terus terbakar di ujung sana
Tak jua memberi sekedar pertanda
Akan berakhirnya segala nuansa
Penuh asap dan tetes air mata

Sang hujan di atas sana
Segeralah datang turun ke mari
Redakanlah panas dan asap membara
Sejukkanlah lagi segar udara

Rindukah kau pada kami
Yang masih juga setia menanti

...
Written by Ari Budiyanti
15 September 2019

Puisi hati
Rindu hujan lagi

Sabtu, 14 September 2019

Jangan menyerah menggapai mimpimu


Apakah hatimu sudah menemukan mimpimu?Apakah kau sedang berjuang menggapainya?Apakah kesempatan datang untukmu mewujudkannya?

Adakah penghalang yang membuatmu merasa ingin berhenti memperjuangkannya? 

Ataukah hatimu teguh mempertahankan dengan tekad hati?

Bila iya adalah jawabanmu utk pertanyaan terakhir, 

Tetaplah semangat meraih mimpimu 

Hatimu tak kan bisa mengingkari inginnya

Padukanlah langkahmu dengan mimpimu

Agar hatimu dipenuhi dengan kekayaan

Bukan kekayaan harta tapi kekayaan jiwa

Yang tidak terbeli oleh uang atau apapun

Percayalah pada hati kecilmu

Raihlah mimpimu

Berjuanglah tanpa henti sampai kau wujudkan mimpimu

selamat berjuang sahabat-sahabatku


....

Written by: Ari Budiyanti... 

Inspired by: my dream :)

Jumat, 13 September 2019

Saat ku tak kuat lagi, (jangan hakimi aku)

Membatin dalam renung sepagi tadi
Atas segala yang telah terlalui
Saat semua cinta telah diberi
Dalam sejuta cara segenap hati

Bila ada cela itu karena aku manusia
Tidak ada yang bisa disebut sempurna
Tak urung kritik tajam pun ku terima
Pun kata-kata kasar sering menggema

Dalam rentangan batas diri
Kusadari tak boleh membalasi
Semua ketidak puasan pada pribadi
Yang penuh dengan kekurangan lagi

Menahan bibir dari kata-kata kasar
Menahan bicara ingin hati membalas
Mengendalikan diri kunci utama
Teredam segala pertikaian tak beralas

Bertahun ku coba bertahan
Dalam segala macam gempuran
Sampai saat ku tak kuat menahan
Semua gejolak batin ingin terluapkan

Mungkin nanti akan ada cibiran
Saat akhirnya ku keluarkan
Mungkin nanti ada kasihan
Saat berhenti ku di ujung jalan

Hanya saja harapku kalian..
Jangan menghakimiku tanpa ampunan
Saat ku tak kuat lagi menahan
Apa yang seharusnya kuperjuangkan

..
Written by Ari Budiyanti
14 September 2019

Puisi hati

Membenamkan perih

Duka kembali melarakan jiwa
Dalam bentangan tekanan pada asa
Bertubi-tubi hantaman atas rasa
Memilukan perasaan sampai ke dasarnya

Bangkit selalu dalam juang kalbu
Mendamba perbaruan bukan semu
Menjaring lelah tak tertangkap pilu
Resahkan emosi makin membiru

Bukan tentang siapa salah
Namun juga tak karena pasrah
Saat gejolak batin menuansa lelah
Apalah makna perjuangan dalam resah

Kuat, kuat dan kuat selalu
Ingin segera melompat melewati satu
Namun kaki bagai terpatri dalam deru
Tanpa kuasa gerak memindahkan ragu

Jika berhenti menjadi pilihan
Untuk sekedar sejenak memulihkan
Apakah tak boleh aku putuskan
Untuk berhenti memperjuangkan

Saat hati lelah dalam dentuman penat
Membuat kaki melangkah tersendat
Saat hati tersayat gelombang luka lirih
Terbersit hanya tenggelam dalam perih

...
Written by Ari Budiyanti
13 September 2019

Kamis, 12 September 2019

Membayang Takut Itu

Kala itu dalam renung jiwa
Ada batin menggeliat karena resah
Kepastian yang tiada nyata
Hanya gulana menyapa gundah

Semua langkah telah terpatri seolah
Dalam derap maju penuh rencana
Namun yang disebut kenyataan berubah
Menjadi seolah penuh bencana

Surut rasa juang tinggi kala itu
Lemah daya tahan untuk mengabdi
Meski semua cinta suci tak semu
Namun prasangka melenyapkan diri

Seolah kaki memijak duri
Dalam tapak-tapak sangat hati-hati
Namun berserakan semua tanpa arti
Ketika pengabdian dihina mati

Cemas mulai mengikuti
Gelisah mulai membayangi
Menjegal langkah untuk berhenti
Dari sebuah perjuangan sejati

Ketika takut itu membayangi
Langkah pun surut dari empati hati
Semangat menguap membuang nurani
Pun pengabdian berakhir dalam caci maki

..

I quit

Written by Ari Budiyanti
12 September 2019

Puisi Hati

Rabu, 11 September 2019

Bersimpuh dalam Doa

Tuhan
Bukankah itu janjiMu
Tak kan kesesakan menimpa
Yang melampaui batas kuatku?

Tuhan
Bukankah ini janjiMu
Ada bersamaku melewati di sana
Pada nasa-masa terberat itu?

Tuhan
Mengapa sesak terasa mencekam jiwa
Terasa merenggut bahagia nurani
Terasa kuat mencengkeram sukma

Tuhan
Bilakah ini berlalu segera
Dalam damai kurasa akhirnya
Bersama keberadaanMu di perjalanan

Tuhan
Bersimpuh aku dalam doa syahdu
Karena tak sanggup batin ini
Sekedar melangkah setapak maju

Tuhan
Tersungkur batin ini dalam pencarian
Akan setiap makna kehidupan
Penuh onak duri melintang di hadapan

Tuhan
Jika pada akhir kisahnya nanti
Ada bahagia menyelimuti hati
Biarlah teringat selalu di nurani

Bahwa Tuhan ada di sana
Dalam setiap kesesakan jiwaku
Dalam kesenduan perjalanan panjangku
Dalam perjuanganku menuju akhirnya

Terimakasih Tuhan
Karena tak pernah meninggalkanku

..
Written by Ari Budiyanti
11 September 2019

Tetes itu menitik lagi

Tetes itu menitik lagi
Dalam deburan rasa membahana

Tetes itu menitik lagi
Dalam tekanan batin meronta

Tetes itu menitik lagi
Dalam teriakan nurani membara

Tetes itu menitik lagi
Dalam dekapan berat melanda

Tetes itu menitik lagi
Dalam seruan tak kuat jiwa

Tetes itu menitik lagi
Dalam paduan segala duka

Tetes itu menitik lagi
Dalam rangkaian doa tak kasat mata

Tetes itu menitik lagi
Dalam damba masa depan penuh asa

Written by Ari Budiyanti
11 September 2019

Selasa, 10 September 2019

Ketika Kehadiranya Lama Tiada

Menunggu hadirnya di sesaat yang sepi
Menanti kisah terpercik di dalam sunyi
Mendamba sapa dalam riuh gulana hati

Di mana dia yang tak kunjung tiba
Tersibukkankah oleh semua acara
Yang tak kunjung ku tahu kini itu apa

Tak ku mengenal dia dalam nyata rupa
Hanya kata teruntai dalam harmoni nada
Bersatu rangkaian aksara tak berjeda

Apakah dia mengerti kini di sana
Menjadi yang terindukan dalam karyanya
Mungkinkah terpahamkan akan pesona
Yang tertebar rapi dalam hening nuansa

Segeralah hadir lagi dalam tulisan
Agar kupahamkan keberadaan
Bahwa dia yang di relung hati aman
Hanya sedang dalam sibuk tertahan

...
Written by Ari Budiyanti
10 September 2019

Untuk dia yang di mana ku tak tahu

Kamis, 05 September 2019

Kalap beli buku? Buka Perpustakaan saja


Petang ini saya mendapat pesan WA dari kakak saya. Indonesia International Book Fair 2019 dibuka hari ini, 4 September 2019 di Jakarta Convention Center (JCC). 

Sudah bukan rahasia lagi kalau saya ini pengoleksi buku. Judul buku yang saya punyai memang sudah lebih dari dua ratus. Sebagian besar buku sudah saya baca terlebih dulu, baru saya beli bukunya. 


Sebelum saya bisa mengumpulkan uang sendiri, saya hanya membaca di perpustakaan atau pinjam teman. Tak pernah ada kesempatan bisa beli buku apalagi sampai mengoleksi. 

Bertahun-tahun sejak masa kecil saya, tak pernah saya bermimpi mempunyai perpustakaan sendiri. Saya cukup sadar diri melihat kondisi ekonomi masa kecil keluarga saya. Tak pernah bisa dipungkiri, teladan baca dari bapak dan ibu saya mau tak mau menurun pada kami anak-anaknya. 

Dua buku besar berisi kisah kehidupan selalu dibacakan ibu saya di malam hari menjelang tidur kami. Kisah-kisah menarik yang memberi kami pelajaran akan nilai-nilai kehidupan yang hakiki. Jangan bayangkan bukunya seperti buku cerita untuk anak jaman now ya, yang penuh gambar aneka warna. 

Buku besar milik Ibu tidak berwarna. Jadi hitam putih. Ada beberapa gambar besar mewakili tiap cerita. Kami mendengarkan Ibu bercerita dengan antusias. Sementara bapak selalu membuka surat kabar lebar-lebar, setiap Minggu pagi yang cerah. Karena Bapak bekerja di luar kota, makan kami hanya ada kesempatan melihat Bapak membaca koran di Minggu pagi saja. Tapi itu rutin. Bapak juga sering membawa koran bekas yang sudah tidak dipakai dikantornya, untuk dibaca anak-anaknya. Kalau ada gambar-gambar menarik, biasanya saya kumpulkan, digunting dan dijadikan kliping. 

Sampai saya kuliah, kondisi ekonomi kami masih biasa-biasa saja. Malah sering kurang. Karena itu saya juga harus menghemat sekali untuk biaya hidup di Surabaya. Terkadang ada keinginan yang tak tertahankan untuk memiliki suatu buku bagus. Saya akan memotong uang makan saya sedemikian rupa agar bisa menyisihkan uang untuk beli buku. Seprihatin itu ya. Itu kenangan masa lalu. Tapi membaca buku menjadi kebutuhan yang tak terelakan. Meskipun saya tidak mengoleksi buku masa itu, saya masih rajin pinjam buku di perpustakaan.

Setelah saya lulus kuliah dan mendapat pekerjaan, tentulah saya dapat gaji. Saya langsung tidak bisa menahan diri untyk memiliki buku-buku bagus yang pernah saya baca. Saya berburu ke toko buku dan menyisihkan uang gaji saya bisa sampai Rp. 200.000 per bulan untuk beli buku. Ada kalanya kurang dari 200 ribu tapi tak jarang juga lebih dari itu. 

Jika saya jalan-jalan ke mall dan melihat aneka baju, tas, sepatu, dompet, dan sebagainya yang bagus-bagus, saya bisa loh menaham diri tidak membeli semua itu meski uangnya ada. Saya akan beli barang-barang itu jika saya sudah sangat membutuhkannya. Kalau beli untuk sekedar mengoleksi benda-benda di atas, hampir tak pernah.

Tapi kalau saya sudah masuk toko buku, dan pas ada diskon, saya bisa loh bawa 4 sampai 5 buku sekali belanja. Kalau buku tidak diskon saja, dan bagus, saya mau beli, bisa dibayangkan kalau diskon besar-besaran. Bisa benar-benar bikin kalap. Mata hati saya seolah tertutup. 

Pengalaman dulu, ada marketing buku datang menawarkan buku dengan diskon yang lumayan besar, bisa dicicil juga pembayarannya karena tim marketingnya datang setiap bulan ke tempat saya bekerja. Ini pengalaman saya. Benar pernah terjadi. Membeli buku seharga Rp. 750.000 dan dibayar dengan cicilan 5 kali. Jadi per bulan bayar 150 ribu. Orang -orang mencicil rumah atau mobil, saya hanya mampu mencicil buku. Ya sudahlah tak mengapa bukan? Ibu saya sampai penasaran. Buku apa yang saya beli dengan harga segitu mahal. Ini dia bukunya.


Iya, waktu baru terbit harganya sampai segitu. Pas saya lihat beberapa tahun kemudian, pernah ada diskon di toko buku, harganya bisa turun jauh sekali. Tapi itu setelah lama berlalu. 

Selain buku Ensiklopedia umum di atas, saya sebagai orang yang suka belajar Alkitab, sesuai iman kepercayaan saya, pun saya bela-belain beli ensiklopedia Alkitab dan buku NIV Bible Study yang harganya tidak bisa dibilang murah. Kecintaan saya dan kehausan saya akan ilmu mendorong saya memiliki buku-buku tersebut. 



Itu beberapa buku tebal yang harganya tidak terlalu murah dan saya rela habiskan uang untuk membelinya. Tapi tidak semua buku saya beli, ada juga banyak koleksi buku saya yang adalah pemberian atau hadiah ulang tahun. 

Jika Anda memiliki teman-teman dekat dan sangat mengenal Anda, mereka akan memberi hadiah yang Anda suka dan minati bukan? Begitu juga teman-teman dan orang-orang di sekitar saya. Sebagian besar selalu beranggapan kalau saya mau dapatnya hadiah buku. Ini salah satu pemberian dari mereka. Bukan buku murah, tapi mahal. Murah dan mahal itu sebenernya relatif ya, tapi buat saya ini termasuk mahal. 


Itu sepintas tentang buku-buku tebal yang saya punya. Buku-buku lainnya yang saya beli dengan diskonan besar-besaran juga banyak. Kisah-kisah inspirasi sering saya pilih untuk memperbanyak koleksi. Dongeng rakyat dan kisah anak-anak internasional. Karena dunia saya tidak jauh dari anak-anak, koleksi buku-buku saya pun banyak yang di seputaran kisah anak-anak. 




Bahkan demi bisa menyelami dunia anak-anak, saya mencari buku - buku yang berisi cara-cara menolonh anak-anak untuk merasa dikasihi yang sesungguhnya. Benar-benar dikasihi dan merasakannya dengan riil. Buku ini salah satu panduan saya. Lima Bahasa Kasih untuk Anak-Anak.



Tak heran pula  saat saya pindahan dari Surabaya ke kampung halaman, harta karun terbanyak saya adalah koleksi buku saya. Ada berdus-dus buku yang harus saya bawa pulang. Saya pun mempunyai  koleksi buku semacam perpustakaan pribadi sekarang. Apa yang tak pernah saya bayangkan di masa kecil dan remaja, teraih di masa-masa saya sekarang.

Beberapa koleksi buku saya pribadi ada di media sosial dan diberi nama ABy Online Library. ABy singkatan nama saya Ari Budiyanti. Onlne Library menunjukkan koleksi buku saya yang hanya secara online saya pajang sebagai referensi bagi teman-teman yang ingin tanya-tanya mengenai buku tersebut. Jadi saya tidak jualan buku - buku koleksi saya. Itu harta karun saya. Tak akan saya jual. 


Meski buku sudah banyak, dan saya berusaha mengurangi membeli buku, tapi masih saja sampai sekarang saya beli buku baru per bulan paling tidak 1 buku. Bahkan teman-teman saya dan juga keluarga saya akan memberi info pada saya tempat-tempat yang beri diskon buku besar-besaran. 

Nah apakah Anda juga pemburu buku seperti saya? Tapi yang terpenting adalah membeli buku untuk dibaca dan bukan sekedar konsumtif terhadap buku saja. Pastikan pula kalau buku yang Anda beli akan berguna bagi Anda. Apakah setuju dengan saya dalam hal ini? 

Akhirnya, buat Anda yang ingin memberli buku dalam waktu dekat ini, bisa kunjungi Indonesia International Book Fair 2019 (IIBF). Di sana akan ada:

Pameran buku bertaraf internasional yang digelar ke-39 menghadirkan 42 stand penerbit lokal dan mancanegara untuk menjual buku-bukunya. 

Untuk IIBF tahun ini, penyelenggara Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menggelar Zona Kalap di salah satu sudut Hall A, Jakarta Convention Center (JCC). Ada 5 ribu judul buku terbitan 250 imprint (merek) penerbit dengan diskon besar-besaran mulai dari 40 % hingga 90%.

Sumber: 1

Jadi mau tunggu apa lagi? Sisihkan uang Anda bulan ini untuk berburu buku murah di sana. Siapa tahu nanti kita bisa bersua tidak sengaja di sana. Ini gara-gara kakak saya kirim pesan petang tadi, saya jadi ingin segera meluncur ke Jakarta untuk berburu buku murah di IIBF 2019.

Sampai bertemu di sana ya. 


Salam literasi

Mari baca buku

Mari menulis


...

Written by Ari Budiyanti

4 september 2019

Senin, 02 September 2019

Ketika namaku tiada lagi

Menanti
Menunggu detik itu tiba
Saat harapan penuh menggelora
Namun hanya mimpi

Semangat
Saat melihat munculnya lagi
Mencermati dengan seksama hati
Namun menjadi kecewa menyengat

Sedih
Terjadi lagi akhirnya
Ketika tiada tersebut aku punya nama
Yang artinya gagal lagi meraih

Lanjutkan
Bukan aku bila lalu terhenti
Apalagi sampai berlebihan meratapi
Namun bangkit lagi terus menuliskan

Semua tentang kisah hati
Segala rasa yang terbenahi
Dan sepenuh kisah menginspirasi
Meski namaku tiada lagi

...
Written by Ari Budiyanti
3 September 2019

Minggu, 01 September 2019

Sejumput Rumput

Aku ada tumbuh di sana
Di tepian sudut halaman depan
Tanpa tatapan atau sekedar kerlingan

Aku ada tumbuh di sana
Di tepian jalan setapak yang terlewati
Oleh segala jenis insan besar pun kecil

Aku ada tumbuh di sana
Di sela-sela bunga tersayang
Menyelusup berusaha menemukan ruang

Aku ada tumbuh di sana
Di pinggir sepanjang jalan bendungan
Yang terhampiri terbangnya belalang

Aku ada tumbuh di sana
Di tengah lapangan nan indah luas
Namun terinjak-injak dengan keras

Aku ada tumbuh di sana
Di manapun ada kesempatan bagiku
Di tempat-tempat tak terduga olehmu

Aku ada tumbuh di sana
Terkadang lama pun tak jarang singkat
Beriring bersama lajunya si pekat

Aku ada tumbuh di sana
Dalam buaian hangat bumi
Dan belaian sejuk embun pagi

Aku ada tumbuh di sana
Meski kau senang maupun tidak
Dengan serumpun bunga semarak

Iya aku tumbuh di sana
Sejumput rumput
Bersama desauan angin lembut

..
Written by Ari Budiyanti
1 September 2019