Saat malam pekat gelap tiba
Kutatap angkasa mencari benderangmu
Lalu kubisik sebuah kisah cinta pada keberadaanmu di atasku
Berharap angin meniupkannya hingga menujumu
Terkadang kecewa saat mendung menggelayut kala malam tiba
Saat mata menelusuri sunyinya pekat tanpa hadirmu
Ku berduka karena tak lagi bisa bicara denganmu
Kau tersembuyi entah di mana di atas sana
Lalu kutahan batin yang ingin menceritakan kisah rindu sendu membiru
Kupikir besok kau pasti hadir lagi kala tiada mendung di langit malam
Menitik sendiri air dari uning mata
Ternyata menahan pedih itu membuat rasa berkecamuk dan merana
Seiring titik hujan berderu bergantian menyerbu genting kamar tinggalku
Seolah menemani dalam harmoni nada tetesan air mata bening yang semakin deras pula
Seakan saling berpacu seperti sebuah perlombaan menuju finis
Dalam sebuah hikayat yang berbeda
Malam yang lainnya pun tiba setelah terlewati satu kali lagi putaran hari
Tiada mendung lagi menyelimuti
Namun tak jua kudapati keberadaanmu di atas sana
Entah di mana lagi adamu
Oh Bulan
Adakah seseorang telah memetikmu menjadi milikbya sendiri
Mengapa tak jua kudapati cercah sinarmu keemasanmu
Mengapa tak bisa lagi kuberbagi kisah sejati
Tegakah kau tinggalkan lagi aku dalam senyap sendiri
Rembilan malam aku rindu
Saat setiap masa bisa membisik segala kisah padamu
Saat angin bersahabat denganku
Lirih menujumu menyampaikan selurih gejolak yang menggeliat kalbu
Datanglah kau kembali
Aku ingin berbisik padamu
Bulan
...
Written by Ari Budiyanti
5 Februari 2020
#PuisiHatiAriBudiyanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar