Rabu, 28 Agustus 2019

Hai Lelah

Hai Lelah
Mengapa tak jua jera mengunjungiku
Tak inginkah kau hanya melupakan adaku

Hai Lelah
Kenapa hadir lagi di waktu sibukku
Tak bosankah kau mendatangiku

Hai Lelah
Bisakah lebih lama kau pergi jauh
Agar semua kerjaku semuanya penuh

Hai Lelah
Bersembunyilah sedikit lebih sering
Agar semua tulangku tak mengering

Hai Lelah
Mengapa muncul lagi malam ini
Tidakkah kau ingin segera pergi

Hai Lelah
Aku sungguh tak pernah merindukanmu
Aku sungguh tak menginginkanmu

Hai Lelah
Pun malam ini kau sedang mengiringiku
Menjelang ku temui peri tidurku

...
Written by Ari Budiyanti
28 Agustus 2019

Selasa, 27 Agustus 2019

Kurangi Polusi Udara dengan naik Tarnsportasi Umum


Surabaya,  Surabaya, oh Surabaya. Lagi-lagi Surabaya. Iya saya masih ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya naik Suroboyo Bus di kota Pahlawan ini. 

Kesempatan mengunjungi Surabaya dalam liburan sekolah kemaren, adalah pengalaman indah. Kota ini penuh dengan aneka cerita. Banyak suka dibanding dukanya. Kota yang mengantar saya mendapat gelar sarjana saya. 

Setelah ribuan purnama tak bersua demgan Surabaya. Wah apakah berlebihan kalau saya bilang ribuan Purnama? Intinya saya sudah amat sangat terlalu lama tak mengunjungi Surabaya lagi. Gembira di hati saya terasa saat menjejakkan lagi kaki ini di kota tercinta ini. Pernah saya bilang, Surabaya bagai the second home untuk saya.

Kita semua tahu, kota besar seperti Surabaya memang tinggi tingkat polutan udaranya. Udara kotor akibat asap kendaraan bermotor sangat mengganggu. Banyaknya ruang hijau dibangun di kota Surabaya, cukup mengurangi pemcemaran udara. Seperti yang saya pernah tuliskan dalam artikel di Kompasiana. Anda b8sa baca di Sini.

Bagaimana dengan hidup keseharian di kota besar. Perlunya alat transportasi untuk menjangkau tempat tujuan menjadi semacam kebutuhan utama. Adanya banyak kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor dengan aneka jenis dan merk nya, menambah banyak asupan karbondioksida di kota besar. Lalu bagaimana dong? Apa yang harus kita lakukan? 

Berikut ini sekedar ide dari saya saja. Semoga berguna bagi Anda. Pemerintah kota Surabaya sudah memfasilitasi warganya dengan pengadaan Suroboyo Bus. Saya sudah naik bus ini sekali. Pulang pergi dari halte sekitar Balaikota Surabaya sampai Bundaran ITS. Ini dia foto saya di dalam bus. Pilih yang warna pink pula kursinya. 


Menariknya Suroboyo Bus ini adalah tiketnya dibayar dengan sampah plastik berupa gelas maupun botol plastik. Saya mendapatkan 10 gelas plastik dari teman saya untuk naik bus menuju Bundaran ITS. Itu syarat kalau mau naik bus. Jangan coba-coba bayar pakai uang ya. Pasti ditolak sama petugasnya. 

Lalu untuk kembali dari ITS menuju tempat terdekat kos teman, saya mendapat 10 gelas plastik lagi untuk tiket berikutnya. Kalau bawa botol plastik, bisa ukuran sedang maupun besar. Jumlahnya tidak sama. Untuk botol plastik ukuran besar dinta lebih sedikit dibandingkan botol ukuran kecil. Selain bisa naik bus keliling Surabaya, kita juga sembari peduli lingkungan dengan mengurangi sampah plastik di sekitar kita. Kita bantu kumpulkan sampah palstik itu untuk dikelola oleh pemkot Surabaya. Menarik kan? Iya dong. Surabaya gitu loh. 

Armada Suroboyo Bus juga sudah cukup untuk melayani penumpang yang membutuhkan transportasi umum. Jika setiap kita menggiatkan naik transportasi umum, tentunya akan mengurangi penggunaan kenadaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor. Apakah Anda setuju? Kalau memang tempat tujuan Anda dilewati Suroboyo Bus, mungkin bisa Anda pertimbangkan lagi untuk memanfaatkan fasilitas ini. Dengan demikian kita sedang ikut aktif mengurangi pencemaran udara di kota Anda, Suroboyo khususnya. 

Tak hanya Surabaya yang memiliki bus nyaman untuk keliling kota. Kota metropolitan Jakarta mempunyai Bus Trans Jakarta. Kalau ini sudah tidak asing lagi bagi Anda warga Jakarta. Ini ada saya bersama Ibu dan adik saya naik bus Trans Jakarta. Pas dapat tempat duduk bertiga.


Senang loh bisa ajak Ibu saya keliling kota Jakarta naik bus Trans Jakarta. Murah meriah. Hanya dengan uang Rp. 3.500,- per orang, kami bisa naik bus ini sepuasnya. Bahkan bys ini sudah terhubung sampai luar kota Jakarta. Beberapa kota lain yang berdekatan dengan Jakarta antara lain Tangerang, Ciputat, dan Bekasi bisa ditempuh dengan bu Trans Jakarta ini. Biaya juga sama hanya Rp. 3.500,- Jadi lebih hemat kan? 

Bukan hanya itu. Konsistensi kita naik bus ini, akan mengurangi juga penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta. Memang pada jam-jam tertentu akan penuh sesak penumpang. Apalagi di jam-jam berangkat dan pulang kerja. Setidaknya warga Jakarta sudah memanfaatkannya dengan baik fasilitas dari pemerintah. 

Kalau setiap kita mendorong diri pribadi untuk mau naik transportasi umum yang tersedia, pastilah akan bisa mengurangi tingkat polusi udara di Ibukota negara kita ini. Bagaimana, mau mencoba? 


Apalagi ditambah adanya City Tour Bus Jakarta. Semakin lengkap saja transportasi umum di Jakarta. Saya pernah berkeliling Jakarta naik City Tour Bus bersama keluarga saya. Malahan tiketnya waktu itu gratis. Sungguh menyenangkan. 


Dari Surabaya lalu Jakarta, sekarang mari lihat transportasi umum bus di Yogyakarta. Masih sama. Saya membahas Trans Jogja saja ya. Karena berkaitan dengan pengalaman pribadi saya. Ini dia foto Ibu saya di halte bus Trans Jogja area Gamping. 

Berawal dari keinginan Ibu saya melihat Candi Prambanan, saat kunjungan ke Yogyakarta, kami pun memutuskan berwisata ke candi tersebut. Letaknya yang jauh dari tempat tinggal  saudara kami, membuat kami tidak nyaman jika minta diantar ke sana. Karena itu, kami memutuskan mencoba naik kendaraan umum yaitu Bus Trans Jogja. Dan ternyata kami berhasil juga sampai candi Prambanan.


Saya melihat di sepanjang kota Yogyakarta yang kami lalui, ada banyak bus Trans Jogja yang sudah tersebar keberadaannya. Artinya untuk mengelilingi kota pelajar ini, sudah bisa dengan naik Trans Jogja. Apakah Anda pernah coba? Jika demikian, tentulah akan sangat berguna untuk warga Yogyakarta yang mau memanfaatkam fasilitas umum ini untuk transportasi sehari-sehari menuju tempat kerja. 

Seperti halnya di Surabaya dan Jakarta, penggunaan bus kota di Jogja pun akan mengurangi pencemaran udara. Setidaknya jika Anda memiliki mobil atau sepeda motor, akan berkurang penggunaannya jika naik bus. Setuju lagi kan? 

Tapi itu sekedar wacana dari saya. Keputusan akhir ada pada Anda. Jika Anda tetap naik kendaraan pribadi untuk aktivitas harian, silakan saja. Itu hak Anda. Saya sama sekali tidak melarang. Siapa saya sehingga bisa melarang Anda? Tentu tidak bisa, bukan? Jadi jika Anda ingin tetap menggunakan kendaraan pribadi pun pasti ada pertimbangan-pertimbangan khusus. Tidak mengapa. 

Tulisan ini sekadar cerita kisah saya yang hobi menggunakan transportasi umum. Siapa tahu Anda juga punya kisah sama seperti saya? Silakan dibagikan di kolom komentar ya. Ditungggu kisahnya.


Salam cinta bumi

....

Written by Ari Budiyanti

27 Agustus 2019

Telah tayang juga di Kompasiana

Senin, 26 Agustus 2019

Gerimis itu Mengusir Sendu

Tertatih dalam penantian akan hadirmu
Tak menampakkan diri di sekian waktu
Tergores rindu bergema di relung kalbu
Titipkan pesan pada angin dalam desau

Di saat mata bertatap langit
Menjumpai rintik air membangkit
Sekian lama tiada menyapa bumi
Sampai keringnya menggaungkan sunyi

Sesaat merasa tetesan lembut gerimis
Menyentuh kulit namun bercampur debu
Tak tahu harus bahagia atau menangis
Bertemu barisan air namun kelabu

Kemarau panjang telah terjalani
Dalam segala aneka panas terik
Seruan perlunya air semakin naik
Pada yang berkuasa atas nurani

Seolah kini mendapat restu
Dari Sang Penguasa Jagad Raya
Mulai mengguyur dingin hujan itu
Dalam buaian rindu alam semesta

Gerimis memang baru saja datang
Memberi harapan kian membentang
Seolah tahu hati yang sedang meregang
Dalam gejolak tekanan yang meradang

Titik air sejuk ingin segera terus terasa
Tidak hanya dalam sejenak saja
Ingin hadirnya kini seiring masa
Hingga semua kering itu lepas dahaga

Gerimis datanglah lagi dan selalu
Untuk membantuku mengusir sendu

...
Written by Ari Budiyanti
26 Agustus 2019




Minggu, 25 Agustus 2019

Indonesia Bangsa yang Ramah Tamah Budi Bahasa

Karya siswa di bulan Agustus. Photo by Ari


Hari ini saya ingin sekali menulis. Sudah dua artikel saya postingkan sebelumnya. Satu bertema lagu daerah, satunya lagi tentang ornamen kota. Sekarang saya akan menambah tulisan saya tentang keunggulan orang Indonesia. Ini artikel ke tiga yang saya tulis di Minggu malam yang ceria. 

Long time ago, iya sudah lama sekali, ada satu lagu yang sering diputar di TV. Lagu yang dinyanyikan anak-anak SMA. Berikut ini lagunya. Mari nyanyikan bersama.

Ini lirik lagunya.

Berkibarlah bendera negeriku
Berkibarlah engkau di dadaku
Tunjukanlah kepada dunia
Semangatmu yang panas membara

Daku ingin jiwa raga ini
Selaraskan keanggunan
Daku ingin jemariku ini
Menuliskan kharismamu

Berkibarlah bendera negeriku
Berkibar di luas nuansamu
Tunjukanlah kepada dunia
Ramah tamah budi bahasamu

Daku ingin kepal tangan ini
Menunaikan kewajiban
Putra bangsa yang mengemban cita
Hidup dalam kesatuan

Berkibarlah bendera negeriku
Berkibarlah engkau di dadaku
Tunjukanlah kepada dunia
Semangatmu yang panas membara

Daku ingin jiwa raga ini
Selaraskan keanggunan
Daku ingin jemariku ini
Menuliskan kharismamu

Daku ingin kepal tangan ini
Menunaikan kewajiban
Putra bangsa yang mengemban cita
Hidup dalam kesatuan

...
Lagu ciptaan Gombloh ini telah menyatu dengan hati saya selama bertahun-tahun. Sejak saya dengar lagu ini dinyanyikan cukup sering di TV, seperti menjadi panutan dalam hidup saya. Berkarya nyata bagi bangsa Indonesia tercinta. Perhatikan pilihan kata dalam tiap liriknya, sungguh indah dan memupuk rasa nasionalis setidaknya pada diri saya. 
Kalimat yang selalu terkenang di bagian ini 
Tunjukanlah kepada dunia
Ramah tamah budi bahasamu ". 
Iya inilah kita yang seharusnya. Menjadi bangsa yang beretika tinggi. Kita bangsa yang berbudaya. Bangsa yang ramah tamah budi bahasanya. Bagaimana kita menunjukkan pada dunia. 
Tentu saja dengan kita menunjukkan dan melakukannya terlebih dulu dengan sesama warga Indonesia. Saudara setanah air. Kalimat dalam lirik lagu ini berhasil mengingatkan saya bahwa saya warga Indonesia yang harus bisa menjaga tutur bahasa saya. Baik dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah maupun dalam bermedia sosial. 
Mari saudara-saudariku setanah air. Siapapun Anda yang membaca tulisan saya ini. Kita bersama bahu membahu menjadi bangsa yang selalu menjaga keramah tamahan dalam budi bahasa kita. Jauhilah kata-kata kasar yang saling hina. Jauhkanlah kalimat-kalimat yang bisa menyakiti sesama saudara. Mari wujudkan persatuan bangsa. 
Seperti satu lagu yang saya ajarkan ke murid-murid saya di sekolah. Satu lagu yang menurut saya sangat baik bagi generasi penerus bangsa. Mungkin sudah banyak pendidik yang tahu lagu ini. Mars PPK. Lagu Mars PPK judul aslinya Siswa Berkarakter Indonesia. PPK adalah singkatan dari Penguatan Pendidikan Karakter. 
Mari disimak dan nyanyikan bersama.

MARS PPK -
Siswa Berkarakter Indonesia

Gerakan Nasional Revolusi Mental
Membangun karakter generasi gemilang
Menuju kebangkitan generasi emas
Bagi manusia Indonesia

Melalui pendidikan nasional
Tumbuh kembangkan moral etika bangsa
Berbudi pekerti akhlak yang mulia
Siswa Berkarakter Indonesia

Religius hidupnya
Nasionalis jiwanya
Integritas jadi tujuannya

Mandiri hidupnya
Gotong royong smangatnya
Persatukan Bangsa Indonesia

Melalui pendidikan nasional
Tumbuh kembangkan moral etika bangsa
Berbudi pekerti akhlak yang mulia
Siswa berkarakter Indonesia

Religius hidupnya
Nasionalis jiwanya
Integritas jadi tujuannya

Mandiri hidupnya
Gotong royong smangatnya
Persatukan Bangsa Indonesia

Siswa Berkarakter Indonesia
Siswa Berkarakter Indonesia

...

Bagus sekali lirik lagu Mars PPK-Siswa berkarakter Indonesia. Waktu pertama saya mengajarkan pada murid-murid saya, mereka sangat suka lagu ini. Mereka bersemangat menghapal lagunya dan menyanyikannya setiap pagi setelah doa. 

Perhatikan, siswa yang diharapkan adalah mereka yang religius hidupnya, sekaligus mempunyai jiwa nasionalis. Lalu hidup berintegritas adalah tujuan yang harus diwujudkan. Menjadi siswa yang mandiri, dan juga bisa mengembangkan sikap gotong royong. Semuanya itu untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Itulah siswa yang berkarakter Indonesia. Kita Indonesia. Setuju? 
Jika ditanya pada saya keunggulan bangsa kita, tentu ada di pribadi masing-masing warga negara. Harapan saya, kita semua benar-benar mencerminkan budaya bangsa yang terkenal di manca negara sebagai bangsa yang ramah tamah budi bahasanya. Bangsa yang bersatu dan mengamalkan ke lima sila Pancasilabersama untuk Indonesia maju. Mari berperan serta aktif mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul. 
Mari berkarya bersama dengan kepal tangan kita untuk kemajuan bangsa Indonesia. Saya cinta Indonesia.
Salam Persatuan bagi semua 

Saya dan Ibu di Museum 10 November Surabaya. Dokumen Pribadi

..
Written by Ari Budiyanti
25 Austus 2019

Sabtu, 24 Agustus 2019

Kau dan Aku, Sahabat


Kuresapi setiap memori yang aku punya
Bersama sahabat-sahabatku yang dari TUHAN
Bervariasi berjuta sifat yang berbeda
Terkadang menarik simpati dan perhatian spesialku

Namun setalah lama kupikirkan lebih indah persahabatan
Tanpa ada rasa lain yang mengganggu kalbu murni
Yang terkadang justru merusak jalinan indah itu

Lebih indah bila bersama sahabat sebagai sahabat
Ku dapat tertawa bersama berbagi dalam suka
Juga saling mengolok seperti anak kecil tanpa malu
Bahkan menangis pun tak perlu disembunyikan
Bukan saja dalam suka berdua namun duka pula

Tawa canda canda tiada henti menyimpan kenangan
Manis dan berharga di hati yang terdalam
Sahabat, terimakasih untuk persahabatan ini
Ku bersyukur pada TUHAN untuk sahabat-sahabatku

Pernah terpikir seandainya ku dan kau bukan sahabat
Tapi ada hubungan khusus sebagai kekasih
Namun ternyata kusadari penuh betapa aku . . .
Hanya dapat menjadi sahabat baikmu, sungguh

Tak bisa aku menjadi lebih dari sahabat untukmu
Juga kamu padaku hanya dapat menjadi
Sahabat baikku sampai kapanpun jua
Jangan rusak persahabatan ini dengan apapun itu
...

Thanks GOD for our friendship. It is from YOU

Written by Ari Budiyanti

Jumat, 23 Agustus 2019

Labirin Kehidupan dalam Puzzle Kisah

Merentang perjalanan musafir
Dalam pengejaran akan kisah
Merajut segala kasih bukan takdir
Mendamba rasa bergema indah

Dalam lorong sempit terlalui pula
Lika-likunya membahana sukma
Akan lantunan nada berirama
Mengiring sebuah pencarian makna

Berkeping kisah seolah terpisah
Tak cukup satu atau dua meresah
Membuat nurani menjadi gerah
Meninggalkan sepucuk alunan gundah

Masih harus menapaki hari
Dalam kelak-kelok berpadunya waktu
Mencoba mendalami sebuah arti
Yang menanti di ujung perlajanan itu

Masih mengumpulkan keping yang lain
Mengharap terangkai menjadi jawaban
Memunguti semua kisah yang tersalin
Memenuhi lajur labirin kehidupan

Apakah semua tanya kan terjawab
Apakah semua kepingan terperangkap
Apakah semua yang kucari terdapati
Apakah semua perjalanan ini sejati

Di ujung labirin kehidupan ku nanti
Semua puzle kisahku terpatri
Akankah berkahir dalam bahagia
Ataukan hanyalah pantulan rasa duka

Di sepanjangnya labirin kehidupanku
Masih ku merangkai puzzle kisah rasaku

...

Written by Ari Budiyanti
23 Agustus 2019

Rabu, 21 Agustus 2019

Terkepung bayangmu

Lagi oleh dia yang kusebut kenangan
Aku terpenjara sunyi dalam bayangan

Oleh dia yang telah pergi lama
Meninggalkan segala torehan duka

Sejenak sembuhkan diri dalam langkah tertatih
Terus melangkah maju dalam batin merintih

Kusadari hidup harus terus berlanjut
Meski perih membuat kaki tersangkut

Luka berdarah bukan yang terperih
Namun hati yang terlukai terasa pedih

Abaikan semua kenangan berdua
Yang terajutkan karena satu pesona

Telah mantapkan batin melangkah menjauh
Dengan segala kekuatan menjadi sauh

Mampu lagi bangkit tanpa berasa sakit
Pun melupai semua kisah yang mengigit

Terasa mantap sudah kaki berpijak
Dalam kepastian kaki yang menjejak

....

Namun bentangan keyataan itu
Hanya dalam sesaat saja kemunculanmu
Seolah menghapus semua usaha kerasku

Hadirmu yang tetiba saja di depan mataku
Membuka semua perih yang terkoyak sendu
Kusadari dalam sekejap, ku telah terkepung bayangmu

...
Written by Ari Budiyanti
21 Agustus 2019

Sekelebat Hadirmu di Hadapku

Setelah sekian lama
Hadirmu tak lagi ada
Setelah sekian rentangan waktu
Keberadaanmu telah tersapu

Menahan hati dari semua gundah
Hingga berakhir kurasa sudah
Mengawal seluruh perjalanan
Dalam gejolak rasa berpadan

Namun saat itu
Tetiba saja hadirmu
Berkelebat bayang sendu
Mengiringi memori membatu

Ternyata
Saat kau mendadak ada
Semua rasa itu kembali membara
Dalam kungkungan pesona yang sama

Ku masih juga
Tak bisa melupakan kenanganmu

...
Written by Ari Budiyanti
21 Agustus 2019

Selasa, 13 Agustus 2019

Hanya Ingin Menjadi diri sendiri


Mempunyai nama Ari adalah pergumulan tersendiri buat saya. Di Indonesia, banyak sekali nama Ari. Dua diantaranya adalah selebritis Indonesia yang saya cukup sukai karya-karyanya. Mereka berdua adalah  Ari Lasso dan Ari Wibowo. Pun ada satu lagi Ari Sihasale. Ketiganya mempunyai persamaan dengan saya. Sama-sama bernama depan Ari. Tapi perbedaan diantara saya dan merek bertiga juga sangat menyolok. Mereka adalah laki-laki dan saya perempuan. Ingat ya saya perempuan beneran hehe. 

Nama Ari sangat umum dipakai sebagai nama laki-laki. Masa kecil saya sempat membuat saya ninder karena saya bernama Ari. Tambah lagi saya selalu potong rambut model laki-laki. Iya jaman dulu terkenal dengan potongan rambuk demi moore. Jadi masa kecil saya so tomboy. Apalagi saya kemana-mana lebih sering bermain dengan ke dua kakak lelaki saya dan teman-temannya. 

Sekilas kisah tentang nama Ari yang saya sandang sejak lahir. Nama Budi yang menyambung di belakang nama saya juga biasa sebagai nama pria. Jadi bayangkan, kalau orang mencoba tebak saya dengan nama Ari Budi tanpa baca teliti belakangnya, yanti, akan cenderung mengira saya laki-laki. Entah sudah berapa kali saya dipanggil mas atau pak. 

Tapi iya sudahlah. Toh saya tidak bisa juga memilih nama saya sendiri. Itu pemberian orang tua yang harus saya syukuri. Karena orang tua mempunyai pertimbangan khusus memberi nama Ari Budiyanti.

Selain itu, saya juga jarang dikenal sebagai Ari. Sejak SMA, saya sudah tidak tinggal di kampung halaman karena menuntut ilmu di luar kota. Sehingga banyak orang kampung tidak terlalu hapal dengan saya. Kalau saya pulang, seringkali mereka hanya tahu saya ini adiknya mbak Desi, kakak saya yang cukup dikenal di kampung. Atau kakaknya Vitri, adik saya yang juga sangat dihapal di lingkungan tempat kami tinggal. Jadi siapakah saya. Saya adalah adik mbak Desi atau kakak Vitri. Jarang ada yang kenal saya sebagai Ari. Ya sudahlah saya yakin koq itu bukan satu-satunya pengalaman saya saja. Mungkin ada pembaca yang mengalami hal yang sama dengan saya? 

Pengalaman hidup juga membawa saya pada berbagai peristiwa yang sering menekan saya. Seolah lingkungan saya ingin membentuk saya menjadi seperti yang mereka inginkan. Sehingga saya sering lupa menjadi diri sendiri. Maksud saya, saya sering tanpa sadar ingin memenuhi kemauan orang-orang di sekeliling saya untuk menajdi seperti yang mereka mau. Berbahaya sekali ternyata efeknya buat saya. 

Saya hanya sekedar berbagi ya. Semoga ada hal baik bisa diambil dari kisah saya. Contohnya, saya pernah mengalami penolakan semua karya saya dalam tulisan. Saya tidak memenuhi standar penulisan yang diharapkan seseorang sehingga semua karya saya tidak tepakai dan dirombak total. Wow. Pengalaman pahit tapi ada baiknya buat saya. Memang sih saya jadi belajar cara berkarya yang lebih baik menurut versi sesorang. Iya setidaknya saya belajar. 

Pernah juga karya-karya saya mendapat kritik tajam karena terlalu sederhana dan tidak berjualitas baik. Iya pasti dengan standar penilaian sesorang kan. Tentu saja itu menyakiti hati saya. Saya berpikir, kenapa ada saja ya hal-hal tidak baik menimpa saya berkaitan dengan karya-karya saya. Kadang saya mudah sekali baper alias terbawa perasaan. Semua hal tidak.menyenangkan ini menjadi semacam "barrier" buat saya untuk berkembang. 

Baiklah, terlepas semua itu tetap ada sisi baik untuk menempa saya, namun akhirnya saya lelah. Saya merasa susah sendiri ketika harus berkarya seperti kemauan-kemauan orang-orang. Saya seperti kehilangan ciri khas pada karya saya. Saya seperti menjadi seseorang yang lain dan bukan diri saya sendiri. Tidak baik pula untuk kesehatan emosi saya. 

Akhirnya saya sampai pada keputusan akan menjadi diri saya yang sebenernya. Menjadi diri saya yang berkarya dengan menampilkan keberadaan saya yang sesungguhnya. Berkarya bukan menurut standar-standar orang lain yang mungkin terlalu tinggi buat saya. "I just want to be myself as God wants me to be"

Setelah keputusan itu saya ambil dengan segala resikonya, ternyata saya malah semakin produktif berkarya. Tulisan-tulisan saya yang sederhana dan "easy reading" mengalir dengan mudahnya di sini. Iya di Kompasiana.

Saat saya ingin menulis cerpen, semua mengalir begitu saja dan jadilah cerpen. Ketika ingin menulis puisi, maka jadilah karya puisi-puisi saya. Ketika ingin berkisah liburan saya, jadilah catatan traveling. Ketika saya menikmati berkebun, jadilah kisah-kisah berkebun. Begitu juga dengan aneka karya saya lainnya. 

Akhirnya saya mengerti, ketika saya tidak membiarkan hati saya terbebani dengan berbagai standar orang lain, saya seperti membebaskan diri dalam menulis. Bahkan di Kompasiana ini banyak tulisan saya yang ternyata terapresiasi dengan baik. Sering masuk jadi pilihan editor, ada beberapa jadi artikel utama dan sering masuk kategori Nilai Tertinggi. Beberapa kali jiga tulisan saya masuk ke ranah terpopuler. 

Saya terbiasa mengabadikan pencapaian-pencapaian saya dengan melakukan tangkapan layar HP saya. Lalu saya sering posting di media sosial tentang pencapaian saya. Bahkan beberapa jadi tukisan di Kompasiana. Apakah mungkin ada yang akan mengira saya sombong? Bisa jadi. Silakan Anda mengintepretasikannya. Yang jelas bagi saya pribadi, semua dokumen pencapaian saya itu penting untuk memotivasi diri sendiri "that I can do all of these things even when others think I can't do it."

Just be myself. Menjadi diri sendiri. Menampilkan ciri khas saya sendiri dalam tulisan-tulisan saya, dalam karya-karya saya. Ternyata membuat saya lebih ringan menjalani hidup. Menulis menjadi semacam refreshing otak bagi saya setelah penat menempuh perjalanan di dunia nyata. Maksud saya dalam area kehidupan sehari-hari. Baik dalam pekerjaan maupun keluarga. Menulis menjadi sarana saya untuk mengekspresikan diri. Sungguh membantu saya untuk bisa lebih seimbang menjalani kehidupan. 

Sekian kisah saya di malam ini. Selamat beristirahat semuanya. Tak sadar kalau sudah mendekati dini hari. Tetaplah semangat menulis dan jadilah dirimu sendiri.


Salam hangat. 

Just be yourself as God wants you to be 



Written by Ari Budiyanti

13 Agustus 2019

Sabtu, 10 Agustus 2019

Bersemangat dan Berjuanglah

Tak perlu membantah petang
Karena dia selalu datang

Tak usah lelah mengejar mentari
Karena dia selalu pergi dan kembali

Tak guna menyesali yang telah terjadi
Karena tak bisa pun kau mengganti

Tak ada waktu untuk lama bersusah hati
Karena itu bersegeralah sukakan nurani

Biarlah berjalan seperti seharuanya hadir
Hanya jangan pernah mendadak berhenti

Suka duka akan datang dan pergi
Mengiringi perjalanan hidup penuh arti

Bangun selalu semangat dalam diri
Jangan biarkan muram mengekang kaki

Siapakah akan memberimu dukungan setia?
Apakah teman, rekan atau keluarga?

Tak ada!
Jangan pernah semata-mata andalkan mereka.

Sejauh kau bisa bertahanlah
Topang diri dalam doa dan berusahalah

Karena hidupmu tanggung jawabmu
Karena maknai langkah adalah kewajibanmu

Bersemangatlah dan berjuanglah

..

Written by Ari Budiyanti
10 Agustus 2019