Kamis, 31 Oktober 2019

Dahulu Cinta Pun Kini Jua (Jangan Berubah)

Suaramu merdu mendayu
Saat ternyanyikan sebuah lagu
Nada cinta terlantunkan merindu
Hadirnya kisah kasih dua insan memadu

Suara itu sekejap berubah
Menjadi serak dan penuh gundah
Keras menyeruak merebakkan amarah
Tak lagi dalam lembut sapa yang indah

Mengapa menjadi cepat berubah
Ketika bersama dalam sebuah bahtera
Bukankah untuk kebahagiaan berdua
Namun mengapa menjadi bagai neraka

Ketika kau ingin aku memahamimu
Ketika ku ingin pun kau mengertiku
Saling menuntut tanpa pemahaman
Menjadikan berat semua perjalanan

Mampukah kita seperti waktu dulu
Saat sebelum memadu rindu bersatu
Ketika bentangan jarak menghias rasa
Penuh kekaguman di antara dua jiwa

Cinta yang dulu menyatukan kita
Mampukah berkuasa meredam beda
Adakah kesempatan membuai mimpi
Untuk tak lagi sekedar imajinasi

Bila dua hati mau bersama mencoba
Memadukan semua beda dalam asa
Harapan itu ada untuk perbaruan
Hidup di masa depan penuh harapan

..
Aku dan kamu mari saling mengerti
Untuk menyatukan hati dalam harmoni
...

Written by Ari Budiyanti
30 Oktober 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti

Rabu, 30 Oktober 2019

Saat Itu Semua Menjadi Kenangan

Karena kamu, aku berani menggayuh
Saat hanya dalam sejenak katamu
Memberi semangat mampu merengkuh
Sebuah keberanian kemudian timbul

Kupikir kau lah dia si pelita hati
Karena hadirmu selalu menginspirasi
Bahkan lakumu memberi sejuta arti
Hanya sesaat sampai kau pergi

Di senja ini aku sedang mensyukuri
Tetibamu yang hanya hadir sementara
Mungkin garis hidup tak menghendaki
Kebersamaan kita menjadi selamanya

Bagai tertelan senja semua memori
Namun tak jua menghilang atau berhenti
Semua pesona yang pernah terpatri
Kini terus menghiasi riuhnya hati

Mentari beranjak menuju peraduannya
Mengganti masa terang jadi petang
Demikian pula seperti kisah akhir kita
Membawa rindu di masa mendatang

...
Saat itu semua sudah menjadi kenangan
...

Written by Ari Budiyanti
30 Oktober 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti

Selasa, 29 Oktober 2019

Pagi Nan Ceria

Riuhnya gempita suara ceria
Menyambutku setiap fajar datang
Dalam berbagai harapan terbentang
Akan sebuah kebahagiaan penuh suka

Meski terkadang ada pertengkaran kecil
Dihiasi tangisan dan sedu sedan
Dengan berbagai pernak pernik laporan
Tentang kisah yang baru saja terjadi

Bila mata ini tal bisa menjangkau semua
Pun saat raga tak sedang menemani
Pikiran penuh pekerjaan mengerubuti
Dalam batin doa selalu ternaikan dari hati

Pagi datang lagi tak pernah henti
Pun mentari dengan hangat sinarnya
Tang tak pernah sekalipun lupa
Pada putarannya yang menepis sepi

Tawa riang juga terkadang penghiasnya
Atau berbagai cerita apik saat petang
Senantiasa terlantunkan penuh sayang
Memberi nuansa cerah pagi mempesona

Meski kisah ini selalu bergantian
Datang dan pergi dalam sebuah harmoni
Memberi warna-warni  tersendiri
Membuat hari-hari semakin berarti nian

Akan selalu kutunggu setiap pagiku
Yang pasti datang meski sesaat siang
Seperti petang yang akhirnya pun datang
Tak pernah berubah peralihan masa itu

Menikmati hari itu kunci bahagiaku
Karena sadar akan saatnya tiada
Mungkin ini yang terakhir dariku
Atau bersua lagi di pagi yang lainnya

...
Selamat pagi
Selamat beraktivitas
...

Have a nice day

Written by Ari Budiyanti
30 Oktober 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti

Binar di Matamu Apakah Pertanda?

Aku bertanya kemakah gerangan arah
Membuatmu tetiba bersemangat wajah
Menatapku dalam senyum ramah
Membuat wajahku merona merah

Tak hanya senyum terberikan sudah
Pun sapamu penuh asa menggugah
Dalam rasa tak terduga bagai terpanah
Sebuah asmara yang membangun kisah

Aku dan kamu masih terbiasa
Menelan semua duka dan suka
Menikmati kesendirian atas semua
Dalam rangkaian kehidupan bersama

Kapankah akan akhirnya terbuka
Bila rasaku dan rasamu bersua
Tanpa gelisah dan resah bertanya
Hanyai mengurai sebuah rasa cinta

Mungkin doaku pun doamu
Sudah ternaikkan tanpa jemu
Pun bila akhirnya tak bertemu
Dalam harap semoga bukan rasa semu

(Saat kutemui binar di matamu
Apakah itu sebuah pertanda untukku?)

....

Written by Ari Budiyanti
29 Oktober 2019
..

#PuisiHatiAriBudiyanti

Senin, 28 Oktober 2019

Meniti Pelangi di Hatimu

Melodi itu kau mainkan kini
Dalam merdu nuansa harmoni
Pekik rindu menyelubungi nurani
Mengusir sunyi dari sudut hati

Langkah tegapmu penuh keyakinan
Akan suatu pengharapan di depan
Memberi semangat kuat menahan
Segala apa yang disebut rintangan

Saat jingga menghiasi angkasa
Berpadu dalam birunya jiwa
Menari dalam alunan nada
Yang tercipta oleh karena cinta

Tersembunyi di relung kalbu
Menyadari kisah yang tak bisa menyatu
Meski jiwa terus merintih letih
Namun sadari itu hanya impian perih

Mendung menggelayut kelabu
Pekat menghitam nuansa melarai
Seperti ingin meniti pelangi di hatimu
Yang ternyata hanya sebuah imajinasi

...
Written by Ari Budiyanti
28 Oktober 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti

Sabtu, 26 Oktober 2019

11 Tahun Kompasiana dan 11 Bulan Usiaku Sebagai Kompasianer



Kompasiana sudah berusia 11 tahun pada bulan Oktober 2019. Saya ucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke 11 untuk Kompasiana. Saya senang sekali bisa ikut merayakan moment indah di Kompasiana ini melalui tisan saya. Ini dia kisahku bersama Kompasiana tentang hal-hal "Yang Bikin Aku Makin Sayang sama Kompasiana".


Pertama kali join Kompasiana di 1 Desember 2018, saya hanya berani mempostingkan koleksi puisi saja di Kompasiana. Selama 1 bulan itu telah tersimpan 100 puisi pertama saya di Kompasiana. Dengan menayangkan puisi di Kompasiana, saya mendapati bahwa koleksi puisi saya tidak lagi hanya dibaca pribadi dan beberapa orang teman di media sosial. Namun puisi-puisi saya ini jadi dibaca oleh siapapun yang membaca Kompasiana. Bukan hanya itu, adanya komentar baik dan vote dari teman-teman Kompasianer ternyata mendorong semangat saya untuk lanjut menulis. 


Pada awal tahun 2019, saya mulai mencoba menayangkan 10 tulisan narasi sederhana dengan berbagai kategori, mulai edukasi, hobi, lingkungan dan lain-lain. Namun ada yang menciutkan hati saya. Ketika tak satupun tulisan narasi saya (yang bukan puisi) terpilih jadi pilihan editor. Bahkan sempat berpikir hanya akan berpuisi saja di Kompasiana. Teman-teman dekat sqya memotivasi saya. Coba aja nulis terus. Nanti pada saatnya akan jadi pilihan editor juga. Akhirnya saya pun terus mencoba menulis narasi, bukan puisi. Tapi Puisi juga saya tetap tulis. Ternyata benar, akhirnya mulai dipilih sama editor jadi pilihan. Bahkan ada beberapa yang jadi artikel utama. Tidak banyak sih. Tapi saya sudah senang. Tahu tidak Kompasiana? Hal ini yang buat saya juga makin senang menulis di Kompasiana.


Saya mengamati diri saya sendiri, setelah saya bergabung menjadi Kompasianer, saya semakin giat menulis dengan berbagai kategori tulisan. Bahkan cerpen pun saya tulis. Bulan ini saja, Oktober 2019 mungkin ada sekitar 10 cerpen yang saya tuliskan. Saya senang ketika bisa menuangkan imajinasi saya dalam benntuk cerita pendek yang ternyata cukup disukai pembaca. Bagaimana saya tahu? Karena beberapa komentar positif rekan kompasianer, maupun rekan di media sosial yang bukan Kompasianer. Bagaimana saya tidak tambah sayang sama Kompasiana.


Berikutnya adalah adanya blog competition di Kompasiana. Saya pernah berulang kali mencoba ikut berpartisipasi dalam blog competition. Di sini saya menulis tidak boleh mengikuti sepenuhnya kemauan saya sendiri. Ada tema yang ditentukan dan aturannya dalam perlombaan menulis. Semua itu harus saya taati. Terbukti saya  bisa melakukannya. Meskipun, belum pernah satupun blog competition yang saya menangkan. Setidaknya saya "menang" pada diri sendiri  karena bisa menjadi peserta yang menulis menurut tema yang ditentukan. Puncaknya adalah saat mengikuti blog competition #SamberThr. Ini menjadi saat pertama saya bisa menulis 33 artikel setiap hari nonstop dengan tema yang ditentukan Kompasiana. Ini sudah jadi kebanggaan saya tersendiri. Terimakasih Kompasiana, sudah membuat saya ingin terus menulis.


Topik pilihan yang diberikan secara berkala di Kompasiana juga menjadi salah satu motivasi saya mencoba menulis dengan tema sesuai topik. Memang saya hanya pilih topik yang sesuai bidang minat saya. Misalnya tentang lingkungan, edukasi maupun budaya. Tapi apaun itu, Kompasiana membuat saya menemukan kemampuan saya menulis dengan berbagai gaya tulisan. Sebagian besar tulisan saya berbentuk narasi memang lebih banyak bergaya bercerita atau semacam story teller saja. Tapi tidak apa, saya menikmatinya. 
Jumlah pembaca dalam beberapa tulisan saya ada yang mencapai di atas 1000 untuk 1 artikel. Bagi beberapa kompasianer mungkin ini biasa saja, tapi tidak bagi saya. Ini hal yang luar biasa. Artinya buah karya saya ini ternyata sudah menjadi konsumsi khalayak yang jumlahnya banyak. Senang sekali hati saya. Dan saya sengaja menuliskan artikel ini pada saat saya naik tingkat di Kompasiana. Poin saya sudah di atas 10.000 sehingga masuk sebagai Kompasianer Penjelajah hanya dalam waktu usia 11 bulan saya join di Kompasiana. Ini prestasi tersendiri buat saya. Bukti lain bahwa menulis di Kompasiana sungguh menggiatkan semangat saya di bidang literasi.

 
Adanya K-Rewards di Kompasiana terladang juga membuat saya ingin mencoba meraihnya. Misalnya dengan menambah tulisan saya di topik pilihan. Menambah banyak karya saya di Kompasiana. Meski demikian setidaknya dalam 11 bulan bergabung, ada  1 kali saya mendapat K-Rewards. Senang juga mendapat pengalaman itu.


Jadi, terimakasih Kompasiana. Di usiamu yang ke 11 tahun ini, dan di usiaku yang ke 11 bulan sebagai Kompasianer, total semua artikelku termasuk yang ini jadi ada 528 artikel. Memang sih paling banyak puisi dan cerpen. Saya jadi tahu, bidang minat saya terbaik adalah dalam menulis puisi dan cerpen. 
Kisah jalan-jalan saya dan foto-foto menarik sepanjang wisata saya pun akhirnya bisa menjadi artikel. Pekerjaan saya sebagai guru pun bisa membuat saya bersumbangsih dalam beberapa artikel edukasi. Kecintaan saya pada budaya Indonesia bisa pula tertuang dalam tulisan. Hobi saya membaca dan berkebun juga membuat saya rajin menuangkan kisah saya dalam bentuk tulisan di Kompasiana. Anda pasti pernah kan baca kisah-kisah berkebun saya dan beberapa kisah saya bersama buku-buku saya. 


Dari semua total tulisan saya, sampai tulisan ini dibuat, sudah ada 5 tulisan saya yang menjadi headline atau artikel utama, dan ada 245 karya saya menjadi highlight atau pilihan editor. Bahkan keterbacaan semua artikel saya sudah mencapai 65.450 kali. Wow. Ini sebuah prestasi tersendiri buat saya. Apapun komentar negatif orang yang pernah saya dengar berkaitan tulisan-tulisan saya di Kompasiana, tetap saya akan melihat nilai positif yang ternyata sangat banyak saya dapatkan dengan menulis di Kompasiana.


Dirgahayu yang ke 11 untuk Kompasiana. Aku makin sayang kompasiana. Semoga selalu sukses dan memberi banyak manfaat bagi para penulis Indonesia. Salam Literasi. Salam Kompasiana
....
#BeyondBlogging
#11TahunKompasiana
.....
Written by Ari Budiyanti
27 Oktober 2019

Foto penulis artikel mengenakan salah satu baju tradisional Indonesia. Dokumen Pribadi


Kompasiana.com

Buah dari Kesabaran dan Ketabahan



"Kapan kamu mulai penelitianmu di sini? Ayolah cepat datang. Aku sendirian saja berjuang di sini. " kata Ratih padaku. Ratih sudah mulai penelitian kultur jaringan tumbuhan untuk skripsi reproduksi tanaman sejak awal semester lalu. Sementara aku terus menunda pergi ke kota itu. Tempat di mana kami berdua seharusnya menyelesaikan tugas penelitian kami.

Sudah untung punya dosen pembimbing yang baik dan sabar, bahkan mengenalkan kami pada temannya yang peneliti di sebuah perusahaan di kota lain. Yang membuatku menahan bersegera memulai tak lain adalah pikiran-pikiranku yang ribet sendiri. Bagaimana perjalanan ke sana. Macetnya. Harus tinggal di kota baru. Bagaimana penyesuain diri dengan rekan-rekan kerja di perusahaan teman dosen kami, dan lain-lain.

Tak berani kuungkap semua cemasku pada Ratih. Bisa kena marah aku. Setelah lama berpikir, akhirnya aku datang juga ke perusahaan tersebut sebagai mahasiswa peneliti kedua setelah Ratih. 

"Akhirnya kamu datang juga. Semakin lambat memulai, akan selesai lebih lama. Penelitianku beberapa bulan lagi selesai, selanjutnya aku akan balik ke kampus mengerjakan laporan skripsiku di sana. Coba kamu lebih cepat datang, kan kita bisa mulai bersama. " Ratih kembali menasehatiku panjang lebar. 

"Kamu kos di sini saja, sementara berdua denganku. Kalau aku sudah selesai kamu bisa lanjutkan kos di sini. Tidak jauh koq dari perusahaan. Paling jalan kaki 15 menitan." Aku masih diam saat pertama sampai di kota ini. Aku dengarkan saja semua perkataan Ratih. Tentang banyak hal di perusahaan. Nama-nama orang yang akan berkaitan dengan penelitian kami. Dan masih banyak hal lainnya.

Ratih akhirnya mengajakku jalan-jalan mencari makan di sekitar tempat kami kos. Bahkan Ratih menunjukkan jalan menuju alun-alun kota yang ada banyak penjual makanan kalau malam menjelang. 

Keesokkan harinya, Ratih menemaniku bertemu teman dosen kami, yang bertanggung jawab sebagai dosen pembimbing skripsi kami yang kedua. Dalam bimbingan Pak Budi, kami mengerjakan skripsi tentang pohon yang sedang dibudidayakan perusahaan itu.

Aku juga berkenalan dengan beberapa staf yang selalu ada di laboratorium. Mereka yang akan terlibat dalam membantu kami menjelaskan bagaimana menyediakan perlengkapan untuk penelitian. Semuanya orang baik. Selalu bersedia membantu.

Akhirnya Ratih selesai dengan semua penelitiannya. Tapi aku masih baru seperempat jalan. Ratih sudah kembali ke kota tempat kami kuliah dan aku harus tinggal di kota ini. Sendirian sebagai mahasiswi peneliti di perusahaan ini. Baru kutahu rasa sendiri yang dirasakan Ratih sebelumnya. Meski semua staf di sini baik, tapi semua berusia di atasku. Tak ada kawan sebaya. Aku hanya perlu fokus pada penelitianku saja.

Sampai suatu pagi aku dapati ada 2 mahasiswi dan 1 mahasiswa baru di perusahaan. Kaget, senang dan lain-lain. Mereka ternyata para mahasiswa yang magang untuk PKL di sana. Bukan dari kampusku. Mereka dari kota lain lagi. Tapi senang juga ada sesama mahasiswa yang bisa diajak ngobrol. Ketiganya memang mahasiswa yang lebih muda 1 tahun dariku, tapi tak mengapa. 

Selain mengerjakan skripsku adakalanya kami ngobrol di luar materi kuliah. Hanya mengobrol santai. Pernah satu kali dalam tahap penelitianku, yang terdiri dari tiga tahap, pada tahap ketiga penelitianku gagal. Sedihkah aku? Jangan ditanya. Menangis aku dalam hati. Menatap semua botol berisi media tanam dan eksplan yang kutumbuhkan penuh dengan jamur. Semua terkontaminasi.

Di dalam laboratorium, ruang pertumbuhan di mana ku letakkan semua hasil penelitianku, aku terdiam. Dalam hati aku berdoa, berbicara pada Tuhanku apa maksudMu ya Tuhan. Memgapa harus gagal di tahap ketiga? Itu tahap akhir. Yanga rtinya aku harus mengulang lagi dari tahapan awal.

Tak ada titik airmata menetes. Semua orang melihatku dengan rasa iba. Aku hanya tersenyum. "Saya harus mengulang lagi. Mungkin harus ambil calon eksplan dari tempat tumbuh pohon di tempat yang lain" Semua staf dan mahasiwa PKL pun mendoakan keberhasilan penelitian saya berikutnya.

Perbicangan sore itu, saat adik mahasiswi bermain ke kosku, tak kusangka dia mengomentari sikapku menghadapi kegegalan penelitian. "Kak Gita, aku merasa kagum. Kak Gota sama sekali tak nampak marah, atau menangis saat melihat penelitian kak gota gagal. Kalau itu terjadi padaku, mungkin aku akan nangis-nangis sampai marah-marah kali. Kak Gita sabar dan tabah sekali ya" Kata Nia padaku. Kaget juga mendengar komentar itu. Ternyata cataku bersikap mengahadapi kegagalan penelitian sangat diperhatikan.

Aku tersenyum. "Terimakasih Nia. Aku tak menyangka kalau kau sangat memperhatiakan reaksiku terhadap kegegalan. Iya, sebenernya aku amat sangat sedih. Semua tangisku luber di hati dalam doa-doaku pada Tuhan. Nyatanya jika aku marah-marah, menangis dan emosi berlebihan lainnya, bukankah tidak mengubah hasil? Gagal ya tetap gagal. Tak berubah jadi berhasil dengan marah-marah. Aku belajar bahwa kesabaran yang kau lihat dariku, tak lebih dari hasil doaku pada Tuhan. Tuhan sendiri yang menolongku menerima kegagalan dengan ketabahan. Mau tak mau ya harus mengulang lagi dan lebih hati-hati agar tidak sampai gagal lagi. " jelasku pada Nia. Aku jujur. Tak mau aku berpura-pura tetap bahagia. Sedih itu ada, hanya semua kubawa dalam doaku pada Sang Kuasa.

Perbincangan sore itu menolong membuka mataku. Bahwa betapa hidupku ini bagai surat terbuka yang sedang dibaca jelas oleh orang-orang di sekelilingku. Termasuk adik kelas dari kampus lain yang sedang PKL di perusahaan tersebut. 

"Aku akan ingat semua nasehat kak Gita, jika tiba saatnya aku skripsi nanti, akan kucoba hadapi dengan kesabaran dan ketabahan. " kata Nia. Aku senang sekali mendengarnya. Petang data g membuat Nia pamit pulang. 

Hanya beberapa hari kemudian semua mahasiswa PKL itu sudah selesai. Tinggal aku sendiri saja melanjutkan skripsiku. Penelitian terpakasa kuulang lagi. Dan kali ini aku lebih hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi pada hasil penelitianku dalam botol-botol kecil itu.

Akhirnya, semua berakhir indah. Penelitianku berhasil. Dan aku bisa pulang ke kota di mana kampusku berada. Aku bisa melanjutkan mengerjakan skripsiku dan mengejar ujian pada waktu yang ditentukan. Akhirnya aku memang bisa wisuda dengan teman-teman seangkatanku. Meskipun aku termasuk yang terakhir mengikuti ujian skripsi.

Gelar S1 pun kuterima dengan senang saat wisuda. Memang nilai skripsiku tidak maksimal layaknya beberapa teman. Tapi setidaknya semua pelajaran kehidupan kudapati saat proses pelaksanaan penelitian skripsiku ini. Aku menikmati prosesnya. Hasil dari kesabaran dan ketabahanku pada akhirnya berbuah manis. Bapak dan Ibu sangat bangga dan juga datang pada acara wisudaku. Aku berfoto bersama teman-teman seangkatan. Jiga tentu saja berfoto dengan Ratih. Teman seperjuangan di perusahaan itu. 

Jadi teman-teman, jika ada masa di hidupmu seperti gagal dan harus mengulang sesuatu, sabar dan tabahlah. Jangan pernah berhenti di tengah perjalanan. Perjuangan yang sudah dimulai, selesaikan dengan baik hingga garis finis.

Mau berjuang bersamaku menggapai mimpi? Ingatlah bahwa Tuhan selalu bersamamu dalam masa suka dan dukamu.


Tamat

..

Eksplan: bagian dari tanaman yang dijadikan sumber perbanyakan dalam kultur jaringan.

....

..

Written by Ari Budiyanti

26 Oktober 2019

Selasa, 22 Oktober 2019

Aku Ingin Melompat

Ujarmu padaku
Jangan sekarang
Tahan sejenak
Kau pasti bisa

Tertunduk lesu
Lagi jiwa ini
Pada siapa
Bisa berbakti

Itu mampumu
Itu kelebihanmu
Itu kesukaanmu
Itu talentamu

Mungkin begitu
Seperti yang kau pikir

Namun
Dayaku bagai dalam senyap
Melampaui batasanku

Kau tahu
Setiap detikku berlalu
Membuatku meratapi detak waktu

Kuatku tak sama denganmu
Bisaku tak sesuai takarmu
Batasku terlewati sudah sejak dulu

Kau saja yang selalu
Memintaku bertahan
Membuatku mengira saja

Kini semua lelahku menumpuk di bahu
Ragaku menangiskan nada-nada pilu
Batinku membawa beratnya beban rindu

Rindu bebasku dari semua penat
Penat nurani membelit hati
Hati meronta ingin kembali

Lagi pada masa-masa itu
Saat tiada yang tahu adaku
Bersama para pelindung kalbu

...

Written by Ari Budiyanti

#PuisiHatiAriBudiyanti

22 Oktober 201

Hai .. Aku Lelah (Lagi)

Kuat ..kuat .. kuat
Kukira selalu saja begitu
Menapakkan kaki dalam kuatku
Itu yang kupikir ku mau

Semangat..semangat..semangat
Itu yang kuserukan sendiri pada jiwa
Meski langkahku terus penat
Namun masih juga diri ku motivasi saja

Lalu raga berseru dengan jelas
Cukup sudah kau beri siksa
Padaku yang hanya ingin lepas
Semua lakumu membuatku lelah parah

Desah nafas menjadi jengah dalam ilusi
Yang kupikir sedang ku bangun berdiri
Namun ternyata kefanaanku menjerit
Betapa ragaku tak sanggup menahan lagi

Lelah itu menamparku dengan nyeri
Yang terus saja kusembunyikan
Namun apa daya fisik semakin melemah
Seolah menghantam segala perjalanan

Berhenti.. berhenti...berhenti
Seperti terus nyaring mengiang di telinga
Sama0 kapan kau mau bertahan
Apa mau sampai raga tak lagi bersuara

Jika raga menyerukan letih
Mengertilah dan pahamilah
Jangan terus memberontak ingin
Jika kau tak mau nantinya lemah

Bila akhirnya terkapar terpanah
Semua jerat kalbu yang membebani
Busur penghiburku pun tak mempan
Menolongmu berjuang lagi

Saat raga tertatih merintih
Saat lelah menyapa tanpa henti
Jujurlah pada diri jangan tutupi
Bila memang harus berhenti maka jalani

...
Written by Ari Budiyanti

#PuisiHatiAriBudiyanti

22 Oktober 2019

Senin, 21 Oktober 2019

Tujuh Kuntum Sekar Wijaya Kusuma


Sekar kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya bisa bunga, atau juga nyanyian. Namun dalam hal ini saya mengambil arti yang pertama yaitu bunga. Sementara Wijaya Kusuma adalah nama salah satu jenis bunga. Jadi kalau Anda baca Sekar Wijaya Kusuma berarti Bunga Wijaya Kusuma. 

Saya memang pernah mengisahkan tentang bunga ini di artikel saya beberapa bulan lalu. Anda bisa baca di sini: Asyiknya bertanam-bunga-wijaya-kusuma. Apa yang sudah saya tulis di artikel tersebut tidak akan saya ulang. 

Saya memang cukup lama menantikan sampai mendapati bunga ini mekar banyak. Beberapa kali hanya mekar satu atau dua bunga. Lalu bertambah hingga empat bunga. Meski sering lihat bunga ini mekar, namun setiap kali saya selalu nantikan lagi dan lagi. 

Suatu kali saya mendapati ada tujuh kuncup bunga Wijaya Kusuma. Sebuah kejutan indah bagi saya. Sampai saya beri tanda dalam foto untuk memastikan kalau ketujuh calon bunga itu tetap pada daunnya saat waktunya mekar. Tidak ada yang runtuh satupun. Itu harapan saya.


Lihatlah foto ketujuh kuncup bunga di atas. Jenis bunga Wijaya Kusuma ini memang kecil. Tapi kalau bisa mekar semua pasti akan lebih semarak baik warna pun harumnya. Dengan penuh kesabaran saya terus menantikan mekarnya mereka bersama. 

Pada waktu sore dan malam terlihat sekali perbedaan bentuk dan ukuran kuncup yang siap merekah menjadi bunga indah. Saya juga sempat mengabadikannya.


Apakah ada diantara Anda yang pernah melakukan hal ini juga? Mengambil gambar setiap moment perubahan bunga ini dari kuncup hingga mekar? Kalau ada dari pembaca melakukan hal ini, berarti kita sama. Anda dan juga saya bukan satu-satunya pencinta bunga yang sampai sebegitunya menunggu bunga mekar. 

Kesabaran macam apa yang saya punya, jangan Anda tanyakan. Karena sejak membawa tanaman bunga ini dari rumah  dan merawatnya hingga berbunga, memang lebih dari dua tahun. Apakah saya putus asa? Kadang itu terasa.


Namun ketika akhirnya kini, pada sekitar menjelang tahun ke 4 saya merawatnya, sekar wijaya kusuma bersedia mekar hingga tujuh bunga bersamaan. Indah dan patut ditunggu. 

Bagaimana jika Anda adalah saya? Apakah Anda juga akan menunggunya mekar meski harus begadang sampai malam? 


Bukan hanya itu, seandainya saja bunga ini bisa bicara dan bergaya, entah berapa kali dia harus merubah posisi untuk dapat jepretan kamera saya. 

Saya memiringkan bunga-bunga itu kesana-kemari demi mendapatkan segala posisi terbaik bunga. Baik dari tepian atau samping, dari belakang dan juga dari depan. Untung ya bunga-bunga ini tidak protes pada saya. 


Angka tujuh melambangkan apakah? Adakah rekan pembaca yang menyukai angka tujuh? Saya tidak mau mengartikan angka tujuh berdasarkan keyakinan saya. Karena ini bisa berbeda dengan Anda. Dan itu sungguh sah-sah saja.

Namun, dari hasil pencarian saya di Wikipedia, angka tujuh ini mempunyai penggunaan yang cukup umum dan penting. Saya kutipkan di sini ya.


Jumlah Bangunan yang merupakan keajaiban dunia.


Jumlah bulan pada kalender Masehi yang lamanya 31 hari.


Jumlah hari dalam 1 pekan.


Jumlah huruf yang dipergunakan dalam angka Romawi (yaitu: C, D, I, L, M, V, dan X).


Jumlah nada dalam tangga nada diatonik.


Nilai pH air dan larutan netral (bukan asammaupun basa).


Jumlah nomor atom Nitrogen.


(Sumber Wikipedia)

Wah tanpa sengaja pun saya cantumkan tujuh contoh keistimewaan angka tujuh yang dipakai secara umum. 

Itu hanya sedikit intermezo saja dari saya yang kebetulan mendapati ada tujuh sekar wijaya kusuma yang mekar bersama.


Foto di atas salah satu hasil karya saya yang saya sempat postingkan di instagram saya. Sekar Wijaya Kusuma dari segala sisi. Rasanya saya tak ingin keanggunan dan keindahan sekar Wijaya kusuma ini berlalu begitu saja. Harus diabadikan.

Setelah mekar indah sampai tujuh bunga bersamaan, tanaman Wijaya Kusuma saya belum mekar bunga lagi. Hanya beberapa kuncup yang saya sudah mulai lihat. Kalau bunga ini mekar sempurna, ukurannya memang tidak ada setangkup tangan orang dewasa karena jenis bunga kecil.


Serunya menanam bunga Wijaya Kusuma adalah tidak perlu sering-sering menyiraminya. Karena termasuk jenis kaktus, maka bunga ini justru bisa bertahan meski dalam kondisi kemarau. 

Namun bukan berarti tidak butuh air ya. Malahan menurut cerita Ibu saya, hampir semua tanaman Wijaya Kusuma di rumah mengering daunnya dan sepertinya mati karena tidak ada saya yang menyiraminya.

Meskipun demikian, ada satu rumpun tanaman bunga Wijaya Kusuma yang sempat saya tanam di lubang pohon Mangga malah bisa timbuh indah. Ajaibnya pemeliharaan Tuhan pada tanaman ini bagi saya.


Ibu saya meski sudah lansia memang rajin berolah raga. Setiap pagi selalu sepedaan dan sorenya ikut senam bersama para tetangga. Tidak apa asal sehat dan menikmatinya. Ada foto tanaman ini di sebelah Ibu saya. Apakah terlihat? Coba saya krop dan perbesar semoga lebih jelas fotonya untuk Anda. Tapi maaf ya kalau fotonya kurang jelas hasil "crop"nya.


Tanaman Wijaya Kusuma yang di sela-sela lubang pohon mangga inilah yang saya tanam dan masih bertahan.

Dan terakhir akan saya tampilkan foto tanaman Wijaya Kusuma di antara koleksi tanaman saya lainnya. Indah nian dia saat malam tiba. Tepat seperti sebutannya secara umum, " Queen of the night ". Sering juga orang menyebutnya" The Cereus ". Foto saya tidak perlu tampil lagi kan? Sudah terlalu banyak ya foto diri saya muncul di artikel lainnya.


Sekian kisah saya bersama ketujuh Sekar Wijaya Kusuma yang mekar bersama. 

....

Written by Ari Budiyanti

20 Oktober 2019

Sabtu, 19 Oktober 2019

Jangan Tebarkan Takut di hadapku

Kala senja kian terlewati
Dalam deru harap melanda kalbu
Pun melaju pada sang pagi
Beranjak pelan menuju harap baru

Di sana ku dengar berita
Yang menggemparkan batin
Di sini kujalani hidup nyata
Dalam perjuangan penuh prihatin

Lalu gegap gempita kisah lara
Makin disuarakan kian menggema
Membuat jiwa ini meronta
Menahan rasa takut kian membara

Biar kujalani hidupku dalam tenang
Hingga saat ku bisa berpulang
Jangan kau tambahkan cemas datang
Dalam jeruji perjalanan terbentang

Aku hanya ingin berjalan di garisku
Ku tahu bukan kamu sang penentu
Jangan tebarkan cekam membatu
Dalam nurani yang rapuh tak menentu

Biarkan aku terus melangkah
Dalam keyakinanku terpadu
Bahwa setiap jalanku telah tepat arah
Meski jauh berbeda denganmu

..
Catatan batin
Written by Ari Budiyanti
20 Oktober 201

#PuisiHatiAriBudinyanti

Kamis, 17 Oktober 2019

Melompati Batas Kuatku

Gerak lenganku terhambat diri
Oleh nyeri yang membiru hati
Masih bisa bergerak lukiskan hari
Bahwa karyaku belum usai di sini

Entah lelah apa menggelayuti
Saat kaki enggan melangkah lagi
Bahwa raga seolah tertusuk duri
Membuat kaki berderap tertatih sepi

Belum pula sakit yang berpadu perih
Menghiasi sepanjang jalan pulang tadi
Karena kaki terantuk seolah seperti besi
Meninggalkan memar menghitam kini

Kubilang lelah aku ingin berhenti
Dalam masa yang kukira sebuah transisi
Saat hampir celaka pun menghampiri
Menimpa perjalanan sibuk meski di tepi

Mungkin aku sudah tak sanggup
Menghadapi semua aral redup
Seolah semua telah penuh menjadi
Sebuah lompatan pada kuat nurani

Ternyata sudah melompati batas kuatku

....

Written by Ari Budiyanti
17 Oktober 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti

Jumat, 04 Oktober 2019

Taman Bunga Nusantara, Surga bagi Pencinta Bunga


Taman Bunga Nusantara menjadi alternatif tempat wisata yang saya rekomemdasikan bagi Anda dan keluarga. Menjelang akhir Minggu, jika Anda ada rencana bepergian, bisa coba mengunjungi taman ini. Letaknya di Jl. Mariwati KM. 7, Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi, Kawungluwuk, Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43254 Bogor. 


Jadi bagi Anda yang berdomisili sekitar Jawa Barat, lokasi taman bunga ini cukup dekat. Atau seandainya Anda sedang ada kegiatan di area sekitar Bogor, ada baiknya mengunjungi taman bunga ini. 

Mengapa saya merekomendasikan tempat wisata ini? Berikut ini kisah saya saat menikmati sejenak Taman Bunga Nusantara. Saat masuk ke area Taman Bunga, kita akan disambut dengan keindahan bunga anggrek aneka warna yang terdapat di bagian depan gedung utama. 


Kedua sisi dihiasi tanaman bunga anggrek. Baik sisi depan gedung dekat pintu masuk maupun bagian sisi gedung lainnya setelah melewati loket.


Loket tempat Anda mendapatkan tiket pun tidak kalah indahnya. Ada hiasan bunga-bunga yang digantung dengan rapi. 



Setelah Anda membeli tiket dan masuk ke dalam area taman bunga, sambutan berikutnya adalah tanaman bunga yang ditanam merambat dan bunganya bergantungan indah bertebaran saling melengkapi dengan keberadaan anggrek.



Lihatlah baru di area pintu masuk saja, saya sudah menghadirkan banyak foto bunga. Bisakan Anda bayangkan keseluruhan Taman ini? Sebagai pencinta bunga, saya pun tidak akan buang kesempatan berfoto bersama bunga anggrek ini. 


Saya melihat hamparan bunga indah dengan warna beraneka. Ada air yang mengalir sejuk dikelilingi bunga-bunga. Anda bisa simak video yang saya buat berikut ini. Aneka bunga Celosia disusun rapi berderet dengan bunga begonia dan bunga lainnya.

Bunga-bunga berwarna kuning di bagian tengah adalah bunga marigolds. Bunga marigolds ini juga terhampar indah di sisi bagian taman. Nanti akan saya sajikan pula gambarnya. 

Bunga berwarna merah tua atau keunguan di dalam video termasuk bunga jengger ayam atau celosia. Sementara bunga oranye kecil-kecil adalah jenis begonia. Tanaman bunga begonia juga ditanam di pot-pot yang diagantung ataupun ditepian jendela. 


Taman Bunga Nusantara akan lebih nyaman dinikmati saat suasana mendung, tidak terasa terlalu panas namun juga cerah. 


Gambar di atas adalah bunga-bunga yang ditata apik di dekat gedung utama. Jika Anda terus berjalan menurun ke arah taman yang luas, Anda akan melihat sebuah jam raksaksa yang ada di taman dengan diiringi musik lagu tema Taman Bunga Nusantara. Berikut ini video saya untuk Anda simak.

Berikut ini foto jam raksaksa di Taman Bunga Nusantara.


Jam ini memiliki jarum berwarna merah yang terus bergerak berputar tiada henti mengikuti musik dan dua jarum lainnya berwarna abu-abu. Jarum panjqng dan jarum pendek layaknya pada jam dinding pada umumnya. Keunikannya adalah di sekitar jarum jam ini, ditanami dengan tanaman bunga yang pendek. Lalu di sekitar jam ini ada tembok batu pendek yang dikombinasi dengan pagar besi mengkilap. 

Tidak jauh dari jam raksaksa ini ada labirin yang siap menguji nyali Anda untuk ditemukan jalan keluarnya. Lalu ada pula lapangan luas penuh bunga yang ditengahnya ada air mancur menari. Berikut ini video untuk Anda nikmati.

Videonya singkat saja ya. Saya mengambil video ini sambil duduk-duduk di kejauhan sebelum acara yang saya ikuti dimulai. 


Tapi saya sempat mengambil foto air mancur ini. Semoga Anda bisa menikmati keindahannya melalui foto yang daya buat ya. 


Bukan hanya menarik tarian air mancurnya. Ada beberapa bangku taman yang mengelilingi air mancur ini. Bisa Anda gunakan untuk duduk-duduk sambil menikmati percikan airnya. 

Tak kalah menarik dari air macur, pemandangannya pun sangat indah. 


Selain itu ada menara indah yang bisa Anda kunjungi untuk melihat pemandangan dari atas. 


Jika Anda masih kuat berkeliling, Anda bisa menikmati aneka taman bunga khusus di dalam taman bunga Nusantara. 

1. Taman Mawar

Salah satunya adalah taman mawar atau Rose Garden. Saya pernah menuliskan sedikit kisah tentang taman mawar ini. Anda bisa baca dalam artikel Taman Mawar di Taman Bunga Nusantara.


Beberapa bunga mawar yang sempat saya abadikan adalah berikut


Bagi yang ingin lihat videonya ada juga di sini. Silakan disimak.

Video saya yang buat. Aneka mawar tidak akan saya bahas detail karena pernah saya tuliskam di artikel tersendiri. Saya sudah cantumkan linknya di atas. 


2. Taman Amerika

Di taman Amerika, ada aneka jenis tanaman bunga yang khas tumbuh di Amerika. Bunga-bunga yang ditanam beraneka warna. Mulai dari aneka jenis bunga Aster, bunga hibiscus yang juga banyak tumbuh di Indonesia, bunga lavender, dan lain-lain. Foto di atas adalah bunga lavender ungu. Selain itu bunga Aster ungu juga ada tumbuh banyak di taman ini. 


Bunga-bunga lainnya tidak sempat tefoto satu persatu. Hanya secara garis besar saja.


Foto di atas adalah aneka bunga yang ditanam di taman Amerika di dalam Taman Bunga Nusantara. Ada foto penulis artikel di sana. 

Selain bunga sepatu pink besar yang nampak indah megah, Hidrangea pink  juga saya temui pula tumbuh di area ini. Berikut fotonya hibiscus pink dan hydrangea pink. 



Ada pula bunga-bunga bernuansa putih yang berkombinasi apik dengan bunga-bunga ungu di taman ini.



3. Taman Dahlia

Dari taman Amerika, saya mengunjungi taman dahlia. Taman dahlia letaknya bersebelahan dengan taman Amerika. Ada semacam pintu penghubung ke dua taman yang berada diantara bebungaan. Jika Anda tidak jeli, Anda tidak menemukan pintu itu. 

Berikut ini video saya saat mengunnjungi Taman dahlia. Silakan disimak

 

Kisah singkat taman dahlia yang Anda simak tulisannya di sini: Taman Dahlia di Taman Bunga Nusantara.

Ada beranek ragam bunga dahlia di taman ini. Ada pula saung dahlia. Foto-foto bunga dahlia ada di artikel di atas ya. Berikut ini saya tambahkan foto saya bersama beberapa bunga dahlia koleksi taman ini. 


Saya merasa teramat senang melihat tanaman dahlia yang bisa tumbuh setinggi orang dewasa. Pastilah ada banyak foto saya bersama bunga-bunga cantik ini.


Anda bisa melihat aneka bunga dahlia cantik di dalam taman dahlia. Silakan tentukan warna favorit bunga dahlia Anda.

Saya melanjutkan perjalanan mengilingi taman ini untuk menikmati bunga marigolds kuning yang ditanam dalam larik-larik yang rapi dan imdah. 


Saya menaikan syukur saya pada Tuhan Sang Pencipta keindahan bunga yang beraneka warna ini. Megah dan kemilaunya marigolds kuning ini sungguh menawan hati. 



Selain itu, warna kuning ini nampak sangat kontras saat dipadukan dengan bunga celosia merah yang juga ditanam berderet rapi. 



Jadi, dengan keindahn ini, bukankah lebih dari cukup untuk saya merekomendasikan wisata bunga di taman bunga Nusantara bagi Anda? Bukankah ini bagai surga bagi para pencinta bunga? 

Jika Anda bilang kalau Anda pencinta warna pink, jangan kawatir, di sini ada pula bunga-bunga warna pink selain mawar. 



Masih banyak tempat yang belum saya ceritakan di sini. Ada foto-foto keindahan taman ini yang belum terpasang di artikel ini. Menunggu Anda untuk mengunjungi langsung ke lokasi. Untuk kenang-kenangan, Anda juga bisa berfoto di dekat batu besar yang menyajikan data peresmian Taman Bunga Nusantara. 


Masih ada kesempatan untuk Anda berfoto dengan aneka anggrek di dekat pintu keluar. Apa warna Anggrek kesukaam Anda? Dominasi ungu dan putih yang ada di dekat pintu keluar Taman Bunga Nusantara. 




Semoga Anda menikmati sajian kisah wisata saya di Taman Bunga Nusantara.

Terakhir tapi tidak kalah pentingnya. Jika Anda mau pulang dan ingin beli bibit bunga, Anda bisa mampir ke Bursa Bunga dan tanaman. 



Saya sempat masuk dan melihat-lihat tanaman yang dijual di sini. Memang ada beraneka. Dan saya sempat memotret satu bibit indah bunga matahari.


Karena letak bursa tanaman ini ada di bagian luar, Anda bisa mengunjunginya setelah puas menikmati bagian dalam Taman Bunga Nusantara. 

Bahkan di area luar taman pun ada bung-bunga yang menghiasi dan patung angsa raksaksa akan menyambut maupun menyampaikan selamat jalan atas kunjungan Anda. 

Ingin rasanya saya kembali ke sana. Pesona taman bunganya sungguh sangat menancap di hati. Sudah sekitar bulan April 2019 saya mengunjungi Taman ini. Tapi saya baru bisa menuliskam lengkap jadi satu artikel di bulan Oktober 2019. Tulisan dengan teman ini saya pilih sebagai tulisan saya ke 500 di Kompasiana. 


Semoga Anda menikmati perjalanan kisah-kisah saya di Kompasiana. Terimakasih telah menjadi di pembaca - pembaca setia tulisan-tulisan saya sampai yang ke 500 ini. Terimakasih bagi para kompasianers yang berkenan memberi vote pada artikel-artikel saya. 


Biarlah artikel ke 500 dari penulis menjadi artikel ciri khas penulis yang sangat mencintai bunga dan puisi. Maka artikel ini saya akhiri dengan sebait puisi karya saya pribadi: 

"Saat aku dan bunga ingin menyatu
Dalam semerbaknya pun tak tersisa satu
Indah pesonanya tak terperi kalbu
Meninggalkan jejak kenangan manis menderu "


..
Kisah lama
Wisata bunga
#TamanBungaNusantara


Semua foto dan video dalam artikel ini adalah dokumen pribadi saya. By Ari Budiyanti

Sebagian besar adalah hasil foto saya


Written by Ari Budiyanti

4 Oktober 2019


Sudah dituliskan di Kompasiana