Selasa, 30 April 2019

Tanpa Suara

Seperti denyut nadi tak tertangkap radar telinga
Pun terkadang desau lembut semilir angin tanpa jejak
Atau sepinya kepakan burung kecil di angkasa
Terkadang dalam nada alaminya tak terkuak

Sama seperti hadirmu yang tanpa suara
Tetina menyusup dalam alunan lembut jiwa
Menjadi seolah dua berpadanan
Di dalam ruang asa  bergemerlapan

Pun ketika perih menyayat hati saat pergimu
Melangkah menjauh tanpa ijinku
Sesaat menengadah ke ruang mimpi
Menemukan kekosongan ruang hati tak bertepi

Saat kau datang dan pergi tanpa suara 
Dan tak kuasa aku menahanmu tinggal
Kembali berteman secercah harapan
Akan kembalimu meski tanpa suara

...
Written by Ari Budiyanti
30 April 2019

Menyepi Sendiri

Kadang..
Jarak memberi ruang pada rindu
Memberi makna pada mendamba
Membawa riuh pada sendunya kalbu

Kadang
Diam membuat renung diri terselami
Menyelidik sampai ke nurani
Menjumpai arti kedalaman pribadi

Kadang
Tawa membawa bahagia sementara
Dari riuhnya dunia penuh problema
Dari penatnya jiwa yang merana

Kadang
Senyum memberi sedikit harapan
Mengalirkan pesona kesejukan
Dan suatu pencapaian kenyamanan

Kadang
Semua itu menyatu dalam bayangan
Akan suatu indah kebersamaan
Yang  ingin terasai dalam kehidupan

Dalam sebuah malam penuh lamunan
...

Written by Ari Budiyanti
30 April 2019
Saat harus melepas kepergian April dan menyambut kehadiran Mei

Senin, 29 April 2019

Tertebak Aku (Olehmu)

Lagi dapat kau baca tulisanku
Yang terangkai dalam untaian sendu
Terkadang ceria menyeruak kalbu
Pun nada-nada riang menghias ruang

Lalu kau datang berkunjung
Untuk membaca dan menyanjung
Tanpa ada diskusi di ujung
Namun tertebak aku hingga terhuyung

Heranku padamu bisa mengerti
Setidaknya memberi puisiku arti
Meski tiada bicara saat ku untai
Namun semua sungguh kau pahami

Kini
Tertebak lagi aku olehmu

...
Spesial to mbak Dewi yang hampir selalu berhasil memaknai puisiku sesuai mauku
..
Salam hangat selalu

Written by Ari Budiyanti

Penjual Bunga

Berhayal...seandainya saya penjual bunga..atau petani bunga .. di masa masa ini

Merenung dalam sepi.. mengapa tiada kunjung datang pembeli..
Ah bukannya sepi itu biasa dalam bisnis.. namun jika begini terus .. hati pun menjadi gundah. .
Bukankah kebutuhanku banyak.. namun tiada jua pemesan bunga..
Aku termenung menatap bunga -bungaku yang berjajar manis di tokoku..

Tetiba terdengar suara teleponku berbunyi.. juga handphone berdering..
Bukan hanya nada panggilan.. namun juga ada nada pesan masuk.. pesan pesan singkat
Terperanjat aku dari lamunanku..
Kuangkat telepon lebih dulu yang berdering di awal..
Dan ternyata pemesanan bunga.. khusus untuk seorang yang dikagumi..
Baiklah.. kutulis pesannya..juga kupilihkan jenis rangkaiannya..
Lalu kututp teleponnya.. kuangkat handphoneku.. panggilan masuk lainnya. .
Apakah sedang aku bermimpi..
Kumendapatkan lagi pesanan bunga.. untuk orang yang sama.. seorang yang begitu dikagumi..
Demikianlah hari itu.. telepon tokoku.. dan handphoneku.. terus berdering bergantian..
Dan semuanya pesanan bunga dengan berbagai variasi dan pesan singkat..
Dan semuanya dari orang-orang yang berbeda..

Aku terkejut..begitu jga semua rekan yang bekerjasama denganku.. kami mendadak begitu sibuk.. menyiapkan semua pesanan..
Apakah aku menduga sebelumnya..?
Oh tidak.. ini seperti mimpi.. semua begitu mendadak..semua mengejutkan termenungku yang dalam sepi tadi..

Syukur ku naikkan pada Pemberi berkat sejati.. yah.. bisa melalui cara-cara tak terduga..
Bisa tiba-tiba..
Dan itulah berkat dari Yang Kuasa..

(Mencoba sedikit membayangkan jadi penjual bunga yang sepi order mendadak rame pesanan bunga.. bahagianya kayak apa ya.. ? Masih belum bisa sepenuhnya memahami karrna belum pernah jualan bunga aslinya saya.. hehe)

Written by Ari Budiyanti
28 April 2017
Terinsiprasi bunga-bunga di balaikota

Seketika Lupa

Pilu
Itu kata yang tepat untukmu
Setelah semua bukti terbaikmu
Kau berikan setulus hati bukti pengabdianmu

Malu
Seketika perbuatanmu yang satu itu
Membuat orang seketika melupa padamu

Cela
Kini makian bertemu menghina
Teruntukmu karena satu lakumu berbeda

Benci
Entah darimana rasa itu seketika hadir
Kepadamu yang pernah sepenuh jiwa berbakti

Diam
Melihat seolah terangmu padam
Menelisik ke relung jiwamu terdalam

Lalu
Pergi tanpa kau hiraukan hujatan pilu
Yang terus mendera namamu berlalu

Simpatiku pun mungkin tak cukup lagi
Empatikupun mungkin tak kau perlu
Karena hidupmu terus melaju
Dalam nilai-nilai yang tersembunyi
Sebuah rahasia tak terselami

..
Hanya doa kupanjatkan selalu untukmu
Agar kau tahu dalam kesadaranmu
Semua perbuatan nyatamu
Yang nantinya kau kan tuai di ujung perjalananmu
...

Written by Ari Budiyanti

Minggu, 28 April 2019

Lupa Luka Tak Bisa

Hati siapa tak pernah luka
Pasti tiada di dunia
Karena manusia sudah semua berdosa
Pasti pernah meninggalkan luka

Batin siapa bebas dari luka
Nurani siapa tak kenal derita
Jika ada, beritakanlah pada mereka
Bahwa merekalah yang berbahagia

Bila luka itu ingin bersama
Jadi penghias dalam rasa
Tidaklah pantas berlama-lama
Berikan tempat di sementara

Mungkin bukan asal bicara
Bahwa itu sungguh tak ada
Mana bisa mengusir luka
Apalagi yang bercampur derita

Tak mudah melupa luka 
Tak bisa melupa derita
Yang terbaik bisa dicoba
Berhentilah mengingat-ingatnya

...

Berpuisi terinsipirasi puisi karya pemuisi

...

Written by Ari Budiyanti

Puisiku Untukmu

Hari ini
Menikmatinya dengan keceriaan hati
Terlupa sejenak belum berpuisi

Hari ini
Sebuah pesan mengingatkanku lagi
Ayolah segera berpuisi

Hari ini
Aku mencari rasa apa ingin kutulis
Dalam larik untaian puisi

Hari ini
Pun aku tersentak mengetahui
28 April sedang bersama diperingati

Hari ini
Adalah hari Puisi Nasional di negri
Yang kusebut bumi pertiwi

Hari ini
Kurangkaikan lagi satu puisi
Khusus untukmu para penyair nurani

Hari ini
Tulus kuucapkan pada semua pemuisi
Selamat hari Puisi

Hari ini
Marilah saling memberi semangat diri
Untuk selalu giat berpuisi setiap hari
..

Written by Ari Budiyanti

Jumat, 26 April 2019

Bintang

Mendung kelabu gelap gempita
Kilat menyambar kian kemari
Semakin deras hujan turunnya
Tiada satu burung nampak menari

Derunya petir begitu seru
Bergantian dengan kerlapnya kilat
Tiada terlihat satu pun bintang
Yang terbiasa menghias angkasa

Mata tak mampu menatap hadirnya
Meski tak pernah sekalipun beranjak
Setiap bintang setia berada
Di tiap titik yang menjadi tahtanya

Begitu juga dengan sahabat sejati
Selalu menetap di hati
Meski tak nampak kini di sisi
..

Written by Ari Budiyanti

Kamis, 25 April 2019

Memori

Memori
Ke mana kau berlari?

Memori
Di mana kau bersembunyi?

Memori
Segerakah kau pergi?

Memori
Kenapa kau tak tertemui?

Memori
Bosankah menemani?

Memori
Kau sungguh berarti

Memori
Tinggalah di sini

Memori
Segala yang indah tak terperi

Memori
Pun yang pahit memberi nyeri

Memori
Tinggalah lebih lama bersama diri

Memori
Ku selalu di sini menanti

Memori
Kau dan aku juga dia berdiri

Memori
Tetaplah menjadi sahabat sejati

Memori
Janganlah berlalu lagi

Memori
Oh
Memori

...

Nimatilah semua memori yang masih melekat
Bila tiba saatnya terhapus memori, segala daya mengingatnya pun percuma

...

Written by Ari Budiyanti

Di dalam tangan Tuhan yang Kuat

Diawali dengan suara teratur di pagi hari
Yang segera menyadarkanku kan hadirnya mentari
Tidak ada suara ayam jantan lagi
Tiada pula suara burung bernyanyi

Pagi menjadi begitu sibuk teramati
Teramat banyak orang sudah pergi
Berusaha secepatnya melampaui hari
Mereka lupa untuk sejenak diam menyepi

Ah bukankah aku pun masih demikian
Ada Hati yang sedang menanti
Kedatanganku untuk menyapa dan bercakap
Berbagi segala rencana sepanjang hari

Ayolah berhenti dulu
Bawa semua perkaramu
Bawa kepada Tuhan
Sang Sumber Kekuatan

...
Written by Ari Budiyanti

Rembulan Itu Sangat Terang

Malam kujalani dengan tenang
Seiring dengan langkahku pulang
Dari atas cahaya begitu terang
Yang membuatku berpaling ke angkasa
Rembulan itu sangat terang bercahaya
Malam ini
..
Hati ini sedang tak benderang
Redup mulai cahayanya menghilang
Begitu banyak beban menumpuk
Seolah ingin ku buang saja

Berharap hadir seseorang
Yang menebarkan semangat
Yang memberi makna hidup
Mengembalikan secercah cahaya itu
Kembali pada tempat yang tepat
...
Dari dulu rembulan tetap sama
Ada kalanya nampak terang
Ada saatnya menjadi redup
Secara isi hati itu juga tetap

Sebenarnya yang hilang adalah
Hiasan-hiasan di luarnya
Cahaya itu bersembunyi
Di sisi yang lain
Karena belum begitu kuat
Menembus kedua sisinya
...
Dan
Malam ini rembulan itu sangat terang
Bercahaya dengan benderang
Namun hati ini sedang begitu redup
..

Written by Ari

Rabu, 24 April 2019

Jeruji Malam

Seperti
Terkurung oleh gelapnya
Berdinding sunyi
Beratap sepi
Tiada jendela hati
Hanya satu pintu nyeri

Menanti hadirnya mentari
Mengharap segera berganti
Menghitung detak waktu bergulir
Namun mengalun lambat setiap detik

Masih di sini menyendiri
Terkungkung bagai mahadewi
Yang terpenjara dalam puri
Sekuat tenaga ingin berlari

Berkejaran angan dengan mimpi
Menahan malam lebih lagi
Menusuk dinginnya sampai ke sendi
Bagai hidup di balik jeruji

Begitulah kisahku kelam
Yang terjebak dalam jeruji malam
Oh mentari, janganlah engkau tenggelam
Karena ku tak mau bertemu malam
...

Written by Ari Budiyanti

Menghentikan Laju Sang Rembulan

Kau berseru padaku

Hentikan itu

Apa...?
(Tanyaku)
..
Dia terus berlari
Bersembunyi
Di tempat
yang tak terjangkau mataku
(Katamu)
..
Apa..?
(Tanyaku lagi masih tak mengerti)
...
Rembulan
Aku ingin sekali menangkapnya
Merengkuhnya
Menerangi gelapnya sunyiku
(Bisikmu lirih)
..
Lalu
Kutemani kau mencari Rembulan
Yang seolah berlari
Bersembunyi di balik arakan awan
Kadang nampak
Kadang tidak
...
Dia tidak pernah pergi
Dia selalu ada di sini
Di tempat tinggi sekali
Dia pun sedang mencari
Yang merindukannya setiap hari
(Kataku padamu)
..
Kau terdiam
Aku pun jua
Menatap Rembulan
Bersama di kala malam
Terkadang ditemani bintang
...
Jangan pernah lelah berlari
Hanya untuk sekedar mencari
Rembulan yang tak pernah pergi
Sabarlah kau menanti
Dia yang akan datang lagi
Memberi hangatnya sinar menerangi
Malammu dan malamku yang sunyi
...

Written by Ari
Penggemar sinar rembulan
24 April 2019

Selasa, 23 April 2019

Selamat Hari Buku


Koleksi buku saya. ABy Online Library. Photo by Ari

Buku. Siapapun yang kenal dan dekat dengan saya tahu itu. Setiap kali ada buku bagus, mereka rekomendasikan pada saya. Ada bazar buku, mereka infokan juga ke saya. Dan entah berapa kali dalam hidup saya, mendapatkan hadiah buku tak henti-hentinya. Hampi setiap ulang tahun pun selalu ada kado buku. Sampai suatu kali, teman-teman kerja di Surabaya bingung mau memilihkan buku apa, akhirnya untuk hadiah saya mereka memberi saya voucher membeli buku senilai sampe 1 juta. Biar saya pilih sendiri. Kaget, senang, dan kalap saya mendapat hadiah itu. Kebetulan sekali memang, tempat kerja saya di Surabaya berdekatan dengam toko buku, jadi saya langsung cairkan voucher itu menjadi tumpukan buku baru. Ini kenangan tak terlupakan. Jadi, kalau Anda melihat koleksi buku saya banyak, todak semuanya saya beli sendiri. Banyak juga yang merupakan hadiah.


Koleksi buku saya. ABy Online Library. Photo by Ari


ABy Online Library, adalah nama yang saya pilih untuk kumpulan buku saya yang jumlahnya sudah lebih dari 200 judul buku. ABy adalah singkatan dari nama saya Ari Budiyanti. Online Library, maksudnya perpustakaan saya yang secara online saya daftarkan judul buku koleksi saya. Sebenernya hanya untuk mempermudah saya sendiri. Semua buku ini adalah koleksi pribadi, tidak dijual. Jadi kalau saya posting foto buku dengan label nama Aby Online Library, hajya pertanda itu buku punya saya. Bukannya saya mau jualna buku ya. Karena pernah sekali saya posting di kompasiana foto satu buku saya bertulisakan ABy Online Library, dan dihapus. Saya berpikir, apakah dikira saya berjualan sehingga dihapus? Jadi saya tuliskan di sini untuk memperjelas bahwa buku-buku itu untuk bacaan pribadi saya. Not for sale.


Design by Ari Budiyanti


Membaca buku memang kegemaran saya sejak kecil. Mengoleksi buku adalah kesempatan saya setelah punya uang sendiri. Tidak pernah terbayangkan di masa kecil saya, memiliki koleksi buku banyak apalagi sampai punya perpustakaan. Apalagi keluarga kami pas-pas an secara ekonomi di masa kecip saya. Seperti yang pernah saya tuliskan di artikel "Keseruan Menulis di Kompasiana berawal dari Kegemararan Membaca Buku"


Tulisan saya tentang kegemaran membaca dan menulis. Dokumen pribadi


Meskipun demikian, buku-buku itu "berdatangan" pada saya sejak masa kecil. Tuhan itu baik luar biasa pada saya. Selain memberi tetangga yang punya perpustakaan pribadi, untuk saya membaca buku sampai masa SMP saya tanpa mengeluarkan uang, pada waktu SMA pun, depan sekolah ada perpustakaan umum yang bisa menjadi tempat saya meminjam dan membaca buku sepuasnya tanpa bayar juga. Tak habis pikir, cara Tuhan mendatang buku-buku bagus pada saya tanpa harus membelinya.


Buku-buku kisah biografi adalah kegemaran saya sejak dulu. Saya juga suka baca buku-buku cerita anak, kisah klasik. Buku pengetahuan juga saya baca. Fiksi dan non fiksi menjadi bacaan saya selama ini, sampai sekarang.  Ada banyak pilihan buku di perpustakaan yang bisa saya baca di masa SMA saya.


Kisah saya bersama murid-murid pun menjadi karya tulisan. Dokumen pribadi.


Kegemaran membaca akhirnya saya tularkan pada murid-murid saya setelah menjadi guru. Berbagai cara positif saya usahakan untuk mendekatkan anak-anak pada literatur yang bermanfaat. Bahkan berulang kali saya diminta pihak sekolah untuk menjadi penanggungjawab pelaksanaan "Bookweek" atau Minggu Buku di sekolah. Sudah 3 tahun berturut-turut. Saya melakukannya dengan senang karena memang membaca buku adalah kegemaran saya yang sudah menjadi kebutuhan.


Kembali pada kisah bersama buku-buku saya. Lalu, apakah saya sudah bisa mengoleksi buku setelah lulus SMA? Tidak. Waktu saya kuliah di Surabaya, saya pun tinggal tidak terlalu jauh dari perpustakaan. Selain ada perpustakaan di kampus yang memenuhi kebutuhan saya akan buku-buku pengetahuan dan bidang study yang saya pelajari, saya juga sering mengunjungi perpustakaan bersama yang dikhususkan untuk para mahasiswa yang mau belajar lebih. Para alumni menyediakan banyak jenis buku uhtuk kami baca. Tuhan sungguh-sungguh sayang pada saya, tanpa keluar uang, masih bisa baca-baca buku yang bagus.


Sesekali ada buku-buku tertentu yang saya sangat ingin miliki. Untuk mendapatkan buku itu, saya harus menghemat luar biasa, memotong uang makan saya, sisihkan sedikit untuk beli buku tersebut. Saya tidak pernah mau membebani orang tua saya untuk buku-buku yang bukan buku wajib perkuliahan. Beliau sudah habis uang banyak untuk membiayai kuliah saya, dan kebutuhan buku-buku wajib di kampus. Begitulah, samapi saya lulus kuliah, saya paling hanya punya 2 atau 3 buku yang saya beli dengan menyisihkan uang tersebut. Tidak banyak. Koleksi buku. ABy Online Library. Dokumen Pribadi


Perubahan terjadi sangat drastis setelah saya mulai bekerja. Sebagai seorang guru, yang mengajar di sebuah sekolah di Surabaya untuk pertama kalinya, saya pun memperoleh uang gaji yang bisa dibelanjakan dengan membeli buku-buku. Percaya atau tidak, letak sekah tempat saya mengajar berdekatan sekali dengan toko buku yang selalu memberi poyongan harga 10% bagi guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Nah klopkan. Kegemaran membaca menjadi bertambah dengan kegemaran membeli buku.


Surabaya menjadi semacam "surga" buku buat saya. Bersama teman-teman penggemar buku juga, saya sering keliling ke toko-toko buku, jauh dekat untuk mendapatkan diskonan buku-buku bagus.


Beberapa buku rekomendasi teman saya tentang kisah klasik anak pun, yqng jadi best seller dunia, dalam sekejap menjadi koleksi saya. Mulai dari Little Princess, Heidi, Nello, Ceddie, Secret Garden, Railway Children, Nobody Boy dan lain-lain. Juga karya Paulo Coelho ikut berderet memenuhi rak buku saya. Yang menjadi favorit saya, buku berjudul The Alchemist.


Koleksi Buku. ABy Online Library. Dokumen pribadi


Saya menyukai buku-buku di atas karena begitu sarat makna. Nilai-nilai kehidupan yang diangkat disuguhkan dengan apik dan menarik. Memberi banyak manfaat.


Koleksi buku. ABy Online Library. Dokumen pribadi


Nah, itu baru beberapa saja judul buku yang saya sebutkan. Masih sangat banyak yang lainnya. Dan bila sudah mengajak bicara soal buku, saya sering lupa diri, atau tepatnya lupa berhenti. Teman-teman saya tahu hal itu. Mirip-miriplah seperti kalau diajak bicara soal bunga. Nah itu, buku-buku tentang merawat bunga pun saya baca, meski tidak semua bunga itu saya tanam. Saya beli pasti juga pas acara diskon besar-besaran.


Koleksi buku. ABy Online Library. Photo by Ari


Buku-buku tentang pendidikan juga saya koleksi. Karena itu sesuai dengan pekerjaan saya dan bidang minat saya. Berada di antara koleksi buku saya berasa seperti berada di antara sahabat lama. Tidak pernah merasa sepi meski sendiri.


Bagaimana dengan Anda? Apa buku kesukaan Anda? Boleh tuliskam ya di kolom komentar artikel ini. Siapa tahu jadi rekomendasi menarik untuk saya dan pembaca lainnya.


Koleksi buku saya. ABy Online Library. Photo by Ari


Sebagai pendidik adakalnya saya mengalami kesulitan menghadapi anak-anak dengan berbagai karakter dan sikap yang dibawa dari rumah. Saya perlu membaca buku panduan untuk bisa mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul. Tidak semua murid di kelas bersikap manis. Ada juga yang sangat butuh bimibingan dalam tutur kata, bersikap sopan dll. Buku-buku ini sangat menolong saya karena ditulis oleh pakarnya.


Koleksi buku probadi. Photo by Ari


Itu salah satu buku bacaan saya, yang mungkin bisa menjadi rekomendasi bagi para pendidik dan orang tua.


Oya, sebenernya bicara soal cita-cita, di awal saya ingin menjadi ilmuwan, tapi semua pintu kesempatan waktu itu tertutup dan yang ada saya jadi guru sekarang. Setidaknya saya juga mengajar IPA, jadi ada kaitannya sedikit.


Ini salah satu buku kesukaan saya. Metode kultur jaringan tumbuhan. Buku ini menjadi salah satu buku panduan saya saat mengerjakan skripsi.


Koleksi pribadi. ABy online Library. Photo by Ari


Saya sangat menikmati laboratorium dan pernak-pernik di sekitarnya. Tentu saja karena ini menjadi bidang minat saya. Bekerja di laboratorium bersama aneka tumbuhan sungguh sangat menyenangkan. Tenang dan damai. Itu yang sebenarnya pernah amat sangat saya inginkan.


Namun, ketika kesempatqn yang hadir di depan mata terus menerus adalah pendidikan, menjadi guru sekarang adalah hal yang paling saya sukai, melebihi keinginan saya menjadi Scientist. (Meskipun sebenarnya kalau ada kesempatan, saya masih mau juga mencobanya.) Terkadang hidup itu bukan untuk memenuhi apa yang kita inginkan saja, tapi apa yang kita butuhkan.


Membaca buku-buku membuat saya merasa mengelilingi dunia, berbicara dengan orang-orang yang punya pemikiran hebat, mengenali cara berpikir mereka yang berbobot dan menceriakan hari-hari saya secerah aneka warna bunga. Jadi banyak sekali buku-buku kesukaan saya. Jangan ditanya ya apa buku favorit saya, karena akan membawa Anda dalam pembicaraan panjang tanpa ujing dengan saya, alias saya akan bicara terus.


Oya ada satu pengalaman menarik yang tak bisa dilupakan. Saya pernah bekerja di Jakarta, dan ikut satu komunitas para pembaca buku yang disebut care group. Di situ, kami membaca buku bersama dan bergantian membahas isi buku per bab nya. Salah satu anggota, sekarang sudah almarhum, sangat baik pada saya. Beliau seorang bapak yang suka membaca dan menulis. Beliau memberi saya buku-buku sangat banyak. Beberapa adalah huku-buku bahasa Inggris. Berikut ini salah satu buku kesukaan saya yang beliau berikan.


Buku hadiah teman. ABy Online Library. Photo by Ari


Buku yang sangat menginspirasi dan memberi semangat untuk terus berjuang.


Dan terakhir, buku lain yang saya sukai adalah kumpulan puisi. Baik itu puisi dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris saya menikmatinya. Ada juga seorangvteman yang memberi saya hadiah perpisahan sebuah buku kumpulan puisi ketika saya pindah dari Surabaya. Buku itu menjadi salah satu yang saya bawa kemanapunn saya pergi.


Buku hadiah teman. ABy Online Library. Photo by Ari


Demikianlah kisah saya bersama buku-buku saya yang dengan sangat sengaja saya tuliskan pada hari ini, 22 April 2019 yang diperingati sebagai "Hari Buku".


Selamat Hari Buku


..


Written by Ari Budiyanti


22 April 2019

Senin, 22 April 2019

Renungan Pagi

Sepagi kemarin hingga sesiangnya
Perjalanan tertempuh dalam penat
Lelah badani tak tertolak
Pun bersama penat menyapa sangat

Marah tak bisa mengubah keadaan
Sedih tak bisa mengurangi lelah
Semangat ingin yang kudapat
Namun justru yang keluar gerutuan

Melihat pemandangan alam sejenak
Saat melintasi bukit menanjak
Cukup terhibur hati oleh hiasan
Berbagai tanaman bunga liar di hamparan

Mencari terus keindahan
Yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan
Untuk menyeimbangkan kebosanan
Terduduk tegak merapat seharian

Sepagi ini aku terdiam
Berusaha menemukan makna
Tentang pelajaran apa seharusnya
Yang ku hasilkan dari sebuah pengalaman

Pengalaman macet berkepanjangan
Yang membuat ku urungkan pekerjaan
Hingga pagi ini tak juga ku pahamkan
Mengenai makna segala kejadian
Yang kemarin menimpa seharian

...
Written by Ari Budiyanti

Rabu, 17 April 2019

Jarak

Aku memandangmu
di kejauhan ..
Namun tak nampak..
Ku menengadah ke langit..
Namun tak terlukiskan bayangmu pun
Terlanjur ku merindukanmu..
Yang terjarakkan
benua yang lainnya
..
Written by Ari Budiyanti

Selasa, 16 April 2019

Kuberikan Satu Suaraku, Tanda Cinta pada Negriku

Aku pulang ..
Jauh ke kampung halaman..
Untuk hari ini..
Aku berikan satu suaraku
..

Meski aku hanya satu suara
Namun kutahu itu berarti
Untuk masa depan bangsaku
Aku berikan satu suaraku
..
Penat semalam hingga dini hari
Lelah perjalanan dan berpeluh diri
Terhambat macet sana-sini
Demi satu suara kuberikan pada ngeri
..
Puasku kini sudah melewati
Memberikan satu suaraku sejati
Semoga bermanfaat bagi negri
Untuk kelangsungan masa depan Indonesia
..

Written by Ari Budiyanti

Senin, 15 April 2019

Aku Putih

Putihnya bunga

Oh bunga putih
Kuingin memetik dikau
Namun kulihat
Lebih indahmu di sana
Bersama teman-temanmu
Bermekaran seirama

...

Putihnya percikan air

Percikan airnya mengharukan
Memencarkan rindu yang terpendam
Ingin bersua namun tak jua
Karena hati yang berjarak
Bukan oleh cinta atau rindu
Namun sebuah keyakinan
....
14 April 2018
Barisan Air Mancur
Taman Legenda Keong Mas
TMII

Minggu, 14 April 2019

Tentang Hadirmu, Terimakasih Kawan

Terimakasih
Saat kau hadir di setiap tulisanku
Menilik tiap baris kalimatnya
Saat kurangkaikan narasi kisahku

Terimakasih
Saat kau mengunjungiku di sini
Dalam untaian kata di tiap larik puisiku
Saat hatiku pilu pun penuh suka

Terimakasih
Telah mengingatku dalam tiap datangmu
Menikmati keseruan kisah bungaku
Saat ku bercerita tentang taman bunga

Terimakasih
Telah meyapaku dalam perjalananku
Saat kubawa pengalamanku
Mengunjungi berbagi tempat wisata

Terimakasih
Telah menyempatkan waktu
Membaca tiap kegiatan kesukaanku
Yang terceritakan di sini selalu

Terimakasih
Tidak pernah mencelaku
Apapun hasil tulisanku
Yang tertuang sebagai puisi pun narasi

Terimakasih
Bahkan pujian diberikan untuk apresiasi
Membuat hati ini makin bersemangat
Untuk melantunkan bait dan prosa selalu

...
Terimakasih
Untuk semua kawan yang selalu hadir
Bagaikan bunga krisan yang siap ada
Dalam suasana suka maupun duka
Seperti hadirnya tulisanku
Yang bernuansa segala warna rasa
Baik suka maupun duka
...

Salam hangat dariku
Untuk para kawan yang selalu membaca
Memberi komentar dan apresiasi (vote)
Di setiap karya saya di Kompasiana
...
Written by Ari Budiyanti
15 April 2019

Tercipta Puisi di Segala Kala-ku

Aku duduk
Terangkaikan sebait puisi
Aku berjalan
Terlantunkan larik puisi
Aku diam
Terpikirkan puisi
Aku girang
Terciptalah puisi senang
Aku sedih
Barisan kata puisi pun jadi
Aku lelah
Goresan hati dalam untaian puisi
Aku bicara
Ada pula puisi terkatakan
Aku tidur
Mungkin hadir puisi pula di mimpiku
...
Sebuah tanya terlantun padaku
"Bagaimana bisa begitu?"
Tak tahu kujawab apa
Hanya bisa bilang
"Itulah Talenta"
...

Written by Ari Budiyanti
14 April 2019

Butiran Air di Jendela

Menjadi titik-titik air nampak dihadapan
Sisa gerimis kapankah ku tak paham
Mungkin seharian karena kebersamaan
Membuatku lupa ada hujan

Bahagia saat bersama yang terkasih
Cerah ceria hati lupa penat yang ada
Bahagia penuh tawa dalam canda
Sukacita tak terbendung karena bersua

Meski hanya sejenak saja
Namun memberi penghiburan nyata
Di tengah kesibukan menerpa
Yang sejenak itu membawa suka

Saat kulihat lagi butiran air itu
Tersebar rapi di atas kaca jendela
Tak bisa kuhilangkan sisa hujan
Begitu juga segala indahnya kenangan

Bila sejenak itu berlalu segera
Seperti butiran sisa hujan
Pun bersegera hilang nantinya

Tidaklah begitu dengan kebahagiaan
Akan selalu di hati bertahan
Keindahan bersama para keponakan
...

Sebuah kisah di tulis di bus antar kota warna merah, ketika waktu kunjungan tepah usai dan kembali pada kepenatan pekerjaan esok hari. Semangat.

Written by Ari Budiyanti
14 April 2019

Jumat, 12 April 2019

Lurus Menujumu

Lurus
Memandang ke depan aku
Saat kau terus melaju merahku
..
Tidak sesak
Pagi kunikmati dalam buaian hangat
Lajumu yang masih tetap
...
Mendung
Hanya kelabu saja belum pekat
Burung-burung kecil mengangkasa
..
Tanya
Tak kutahu mengapa
Itu menjadi tanya di pagiku
..
Irama
Mengiringku juga dalam melodi lembut
Dalam lantunan menyapa memori lama
..
Masih kutempuhi perjalanan ini
Dalam gejolak rindu bersua
Dengan mereka yang kukasihi
..
Hingga tiba nanti kebersamaan
Saat lajunya mulai terhenti
Karena perjalananku telah usai
...

Written by Ari Budiyanti
13 April 2019

Goresan Kata Karena Luka

Diam..
Aku terpekur dalam hening malam
Malam yang tak biasa sesunyi ini
Ini membiaskan sejenak memori
..
Lisan..
Yang untuk membangunku
Memberi kebaikanku di depan
Namun tergoreskan luka beku
..
Hati..
Sesensitif inikah
Susah melupa
Kata-kata bagi diri
..
Jiwa..
Merenungku dalam sendiri
Penuh tanya pribadi
Mengapa lisan memberi nyeri
...
Akhirnya..
Belum kutahu bagaimana
Menyikapi nurani yang melara
Karena lisan yang berlalu sudah
..
Aku belajar
Untuk menjaga tutur kataku
Agarku tak melukai dengan lisanku
Pada sesama di sekelilingku
...
Karena luka itu lama tersimpan
Terendap membengkakkan rasa
Menjadi merasa tersepikan wacana
Yang belum tentu benar bagi jiwa
..

Written by Ari Budiyanti
12 April 2019

Kamis, 11 April 2019

Nada-Nada Jiwa

Kau bersenandung di dalamku
Oleh dawai rinduku atas semayammu
Membuatku terbawa irama rasaku
...
Aku seolah mau ini saja
Aku seperti sudah dalam jalur benar
Aku merasa tepat perjalananku
..
Namun terkadang ada sumbang nada
Dalam lantunan melodi simponi
Simponi yang saling beradu
Antara mau-ku dan mau-mu
Yang terkadang sering bertentangan
Dengan mau-nya, jadi bagaimana?
...
Lanjutkan irama lagunya sampai akhit
Ataukah aku menghentikan hentakan tarian kata-ku
Mengalunkan melodiku meski berhias nada sumbang
Ataukah menghentikan semua demi nyaman diri
..
Namun..
Nyaman seperti apakah yang kucari?
Puas sebatas apakah yang kudamba?
Bila seluruh benak mendesak
Pun hati sesak berteriak
Ingin melampiaskan seluruh isi kepala
Dalam untaian kata riang pun sendu
Dalam alunan melodi nada jiwaku
...

Written by Ari Budiyanti

Rabu, 10 April 2019

Pilu oleh kisahmu

Gadis kecil
Berita duka tentangmu telah meluas
Kisah menyedihkan yang kau alami
Karena luapan emosi yang tak terkendali
Oleh mereka yang sedikit lebih usianya darimu
..
Gadis Kecil
Tak sanggup aku baca detail kisahmu
Sungguh sangat mengerikan
Tak sanggup hati menanggungnya
Tak mampu batin menyimaknya
...
Gadis kecil
Ada berontak dalam nuraniku
Hati telah terkoyak oleh trauma
Yang tak sepantasnya kau terima
Di masa-masa remajamu
..
Gadis kecil
Doa-doa kini yang bisa kupanjatkan
Agar kesembuhan ilahi melingkupimu
Percepatan pemulihan pasca trauma
Yang menyerang fisik dan psikismu
Sungguh tersayat mengatahui ini kisah nyata
...
Gadis kecil
Kupanjatkan doa untukmu
Dan keluarga besar yang mendampingimu
Agar diberikan kekuatan menanggung semua duka ini
...
Gadis Kecil
Jika ku di sisimu kini
Ingin ku dekap erat
Karena kataku pun mungkin tak bermakna
Tak sebanding dengan kisah sedihmu
Ataupun merananya kalbumu
..
Gadis kecil
Harapku kau segera sembuh
Kau segera pulih
dan mempunyai pengaharapan nyata

Menyambut masa depan yang cerah
Gilang gemilang di hadapanmu kelak
Saat kau sudah berhasil lewati segala masa trauma dan dukamu
...
Teiring doa dan kasihku untukmu
Gadis kecil yang terbaring lemah di sana
Kuatkanlah hatimu
...

Written by Ari Budiyanti

Cinta selamanya adalah cinta

Meski cinta ini masih ada
Namun harus relakannya berlalu
Bukan menahannya terus di kalbu
Cinta selamanya adalah cinta
Boleh datang dan pergi kemana jua menuju
Hanya dibutuhkan satu pengertian

Betapa cinta tak bisa dan tak akan pernah
Mau dipaksa tinggal
Di satu sisi hati tertentu
Karena cinta akan menentukan
Tempat tinggalnya
Untuk menetap selamanya
..

Written by Ari Budiyanti

Selasa, 09 April 2019

Jati Diri

"Ada yang hilang.. "
Katamu yang tetiba dihadapku
...
Jeda
...
Aku terpukau
Seketika keberadaanmu
Tak terduga di depan mata
..
"Kenapa diam?"
Tanyamu yang membangunkanku
Dari termenungku sesaat itu
..
Pikiranku penuh
Ku berjalan sambil menatap langit
Tak sanggup lagi berlari mengejarmu
Untuk sekedar beriringan berdampingan
Dan aku hanya berjalan
Dengan sisa daya yang kupunya
...
Tak terbersit meski setitik
Kau duduk diam di depan sana
Sedang menungguku
Kau tidak bergerak
Tepat seperti mau hatiku
..
Aku tidak bermantra
Pun tak berkekuatan magic
Aku hanya bersuara dalam hatiku
Memintamu Jangan Bergerak
...
Dan hatimu
Ternyata mendengarkanku
...
"Kenapa masih diam?"
Lanjutmu yang kini berganti terheran
...
"Kau tadi mengejar apa?
Apa yang hilang?"
Kuberanikan mengungkap saja
Rasa ingin tahu yang terpendam lama
...
"Jati diri"
Singkat jawabmu
Mengurai pekat jiwa
Yang tersekat misteri
Kini telah terselami
Ketika kau mau berbagi
..

Written by Ari Budiyanti
9 April 2019

Mengejar Apa?

Kau terus berlari lagi
..
Mengejar apa?
Tanyaku dalam batin
...
Kau tak mendengarku
..
Meraih apa?
Penasaranku di kalbu
..
Kau tak menyapaku
..
Membuktikan apa?
Lagi gejolak nuraniku oleh heran
..
Kau tak peduli
...
Semakin aku terperanjat
Oleh berjuta tanya tak berjawab
...
Kau masih terus berlari
Semakin cepat
Kau makin berlari
Semakin semangat
...
Terpendam segala rasa ingin tahuku
Karena semua menjadi rahasiamu
Yang tak sedikitpun ingin kau beritahu
...
Dan lagi
.  ...
Ku tak pernah bertanya padamu
Semua tanyaku hanya di hatiku
Sampai saatnya kau mau berbagi denganku
...
Kamu .. sebenernya mengejar apa?
..

Written by Ari Budiyanti
9 April 2019

Jangan Bergerak

Lajumu begitu cepat
Kau tak terhampiri

Langkahmu semakin merapat
Dalam deru tak tersaingi

Aku berseru memanggilmu
Kau menoleh sejenak

Lalu..
Kau mempercepat jalanmu

Aku terseok mengejarmu
Namun tak jua terdampingi

Semakin lama
Semakin jauh

Jarak bagaikan pedang kini
Berujung tajam begitu melarai

Tenagaku kini berkurang sudah
Beriring denganmu jadi harapan punah

Lelahku tak lagi tertahankan
Dayaku pun telah musnah

Kau terus melangkah maju
Kau tak lagi menungguku

Dalam hati ingin ku seketika
Membuatmu sekejap jangan bergerak

Agar ku bisa segera berlari
Untuk berada tepat di sisi hati

Jadi..
Jangan bergerak

   ....

Written by Ari Budiyanti
9 April 2019

Senin, 08 April 2019

Tersembunyi dalam Kotak

Mana karyamu..?
Pernah kutanya itu pada diri

Ada..
jawabmu singkat..

Memberi penasaran hati
Di sebelah sini

Aku ingin lihat
Biarlah kubaca sendiri

Kau menatapku tanpa ekspresi
Namun tak kudapat jawaban

Mengapa kau simpan sendiri
Bukankah selalu indah puisimu itu

Berharap kau tunjukkan padaku
Karya itu yang selalu menginspirasi

Tak mau
Katamu sambil menggeleng
Lalu kembali hanyut dalam buaian puisimu sendiri

Aku terdiam
Tak mau memaksamu

Kawan..
Mengapa kau simpan karyamu
Dalam kotak tersembunyi?

Iya kotak di sisi hatimu
Tempat terdalam yang tak terselami
Olehku

...
Apapun alasanmu
Tetaplah berkarya
Meski kau simpan saja
Dalam kotak yang tersembunyi

..

Written by Ari Budiyanti
8 April 2019

Menginginkan Cahaya

Redup lagi di ujung sana
Di sisi sebelah kiri tempatku berdiri
Resah dibuatnya karna terkungkung gelap

Kelabu pula di ujung lainnya
Di sisi kanan tempatku termangu diam
Gelisah pun merundung hati

Di kala wajahku mendongak ke atas
Berharap ada seberkas sinar pemberi harapan
Namun paling gelaplah justru di atasku

Resah dan gelisahpun bertambah
Menjadi gundah gulana batin ini
Ketika yang dinanti tak kunjung hadir

Memantik waktu dalam sendu
Mendamba cahaya meski hanya sebersit
Agar ada ketenangan sedikit

Namun ..
Kadang kenyataan justru membelit
Semua harapan tergantung pelik

Bersegeralah pulang
Bercepatlah datang
Sebelum angin badai menghadang
Dalam deru ribut hujan bersarang

Kau..
Segeralah di sini
Kau..
Jangan lagi pergi

Berharap cahaya menghantarmu
Menunjukkan padamu arah padaku
Aku sedang menantikan cahaya

...
Written by Ari
8 April 2019

Sabtu, 06 April 2019

Seribu Kata

Bila bisa aku ingin berkata-kata
Namun hanya jika bermakna

Bila mampu aku akan bercerita
Namun hanya bila tertata

Apakah mampu aku ikuti
Maumu yang penuh tinggi

Bila mampuku hanya di batas ini
Mungkinkah tetap kau tempuhi

Aku bukan kamu
Pun kamu bukan aku

Tulislah segala apa yang kau mau
Pun jua aku mengukir kata yang dihatiku

Bila .. dan hanya bila
Kau dan aku satu pribadi
Maka karyaku kan serupa
dengan karyamu membahana

Kadang kata bagai umpan duri
Terpijak kaki memberi nyeri

Namun kata bisa jadi pelangi
Saat diterima tepat sesuai mau diri

Jangan paksa apa yang tak kau bisa
Pun jangan paksa agar sama

Mari hargai beda yang ada
Karna itulah bentuk segala karya

Aku dan kau sahabat selamanya
Dalam suka dan duka
Pun dalam menjaga kata
..

Ari Budiyanti
7 April 2019

Jumat, 05 April 2019

Mematahkan hening

Sepi yang mana menantangku
Gelap yang mana menghantuiku

Saat gegap malam menghalangiku
Pun desau ribut angin mengacaukanku

Mendung kemelut menutup angkasa
Dalam redupnya rembulan malam

Bintang enggan menampakan senyuman
Terlebih suka bersembunyi dibalik mega

Lalu aku menghambur pada sepi
Yang semakin sunyi di kala hati nyeri

Oleh sakit karena apa telah terjadi
Oleh lisan tajam bagai tusukan duri

Masih bisa menyelamatkan diri
Karena dekapan kasih sahabat sejati

Jangan biarkan lisanmu menyakiti
Suatu hati yang tak terobati

Bagikan kasih dalam tebaran sayang
Pun bahasamu yang menyejukkan

Meski kadang kiramu kau mau
Menyembuhkan yang terlanjur luka

Berhentilah menambah derita
Beralihlah memberi cinta

Karena banyak jiwa merana
Hanya oleh kata-kata
..

Written by Ari Budiyanti
5 April 2019

Kau tak bisa menghentikanku

Apapun itu..
Katamu kudengarkan
...
Apapun itu
Ku menghargainya
..
Apapun itu
Karena pedulimu padaku
..
Aku tahu
Dan
Aku berterimakasih
..
Namun
Aku akan tetap melaju
Dan lagi akan tetap menulis
Apapun itu
...
Aku akan terus
merangkaikan aksaraku
Menuangkan ideku
Yang menari bersama rasaku
..
Aku akan terus
Menyenandungku larikku
Memberi nada pada untaian kata
Yang berbaris bagai lirik lagu
...
Dan apapun itu
Aku sudah memutuskan
Untuk terus maju dan menanjak
Takkan lagi mundur
Atau terlebih lagi sampai terhenti
Ya.. tak akan lagi
..
Karena bagiku
Menulis kisah adalah jiwaku
Berpuisi adalah batinku
Karena aku suka berbagi
Dalam bahasa yang sederhana
..

Ari Budiyanti
5 April 2019

Rabu, 03 April 2019

Ketika mekarmu tiada

Senang ..
Iya .. sempat terbersit
Melihat kuncupmu mulai muncul

Harapan
Ada .. akan melihat mekarmu
Di suatu ketika

Kenyataan
Kudapati kutu putih menyerangmu
Kubersihkan sebisaku
Menyelamatkanmu, usahaku

Akhirnya
Kuncupmu melayu saja
Lalu tangkai kuncupmu mengering pula
Mekarmu pun tiada

Sedih
Benar kini kurasa itu
Harapan tak terkabulkan
Usaha tak menghasilkan
Kuncup bungamu lalu berguguran

Bunga sedap malamku
Kau tak mau memberikan mekarmu padaku
Meski aku menanti segenap hati

Doa
Semoga di suatu saat nanti
Kau mau mekar untukku
Menemani hari-hari sibukku

...
Terinspirasi bunga sedap malam yang batal mekar meski kuncup telah datang
Pertama kali menanam bunga sedap malam, berharap lihat sampai mekarnya bunga, namun ternyata hanya impian semata.. untuk kini

..
Written by Ari Budiyanti
3 April 2019

Notifikasi

Tak bersua beberapa hari denganmu
Membuatku merinduimu
Ku harus "berlari" ke sana kemari
Demi mengetahui apa yang terjadi

Kadang masih ada yang terlewati
Untuk kembali saling menyapa
Karena kau menghilang sekian lama
Membuatku kadang melupa

Kini kau telah kembali
Betapa bahagianya aku lagi
Bisa kusapa lagi yang terlewati
Dalam relasi terbangun karena hadirmu, oh notifikasi
..

Terinspirasi kembali aktifnya Notifikasi di akun Kompasiana saya malam ini
Terimakasih Admin untuk perbaikannya

Note:
Maafkan saya rekan-rekan Kompasianer yang mungkin sudah vote artikwl saya atau bahkan memberi komentar namun belum saya balas
..
Written by Ari