Kamis, 30 Januari 2020

Sebuah Jeritan Tangis (Pohon)

Apa salahku padamu sehingga keberadaanku tak kau maui
Katakan jika aku pernah menyakitimu di masa lalu
Kau tahu di sepanjang tumbuhku sejak masa kecil hingga besarku
Tak sekali aku memohon bantuan darimu

Aku hidup dalam perlindungan Penciptaku
Yang sedia selalu memberiku makanan dan minuman setiap hari
Bahkan apa yang berbahaya di udara kuserap sesuai fungsiku
Lalu kugantikan dengan yang segar untukmu semua

Apakah aku meminta timbal balik padamu
Tidak, aku tidak pernah
Bagian bawahku mencengkeram erat tanah tempatku berdiri
Menahan air hujan untuk tersimpan di bawah bentangan akarku
Demi apa aku lakukan semua itu
Karena itu tugasku dari Penciptaku

Terkadang buah-buahku kau ambil untuk kebutuhanmu
Atau jika kau rasa tak suka dan biarkan saja di sana
Burung-burung beterbangan mendapatlan makanan dari buah-buah yang kuhasilkan
Juga hewan-hewan kecil lainnya yang singgah menjengukku

Kala terik siang menghujam kulitmu
Ku lindungi dengan tangkupan ribun dedauananku agar tiada panas mentari itu menyentuhmu
Bahkan ku tahan tanah dibawahku agar tidak longsor menimpamu
Yang terkadang membuat tempat bermukim di are bawah tempatku tumbuh

Kurang baik apa aku padamu
Aku hanya meminta padamu biarkan aku hidup
Namun entah demi apa engkau menghalau keberadaanku
Kau musnahkan aku dari tempatku berdiri
Aku tersingkir dan tergantikan oleh tingginya gedung-gedung pencakar langit
Yang bagimu kaupikir itu mungkin lebih penting

Jika alam tempatku tinggal marah padamu
Pastilah atas ijin Pencipta semesta
Kau tebang aku demi apa
Kau musnahkan aku demi apa
Kini jerit tangisku telah hanyut terbawa banjir besar
Teriak marahku karena sakit hati mengalir bersama longsornya tanah menimpamu

Maaf, aku tak bermaksud mencelakakanmu  hai manusia
Itu akibat ulahmu sendiri seolah yang membeci adaku

Written by Ari Budiyanti
30 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Rabu, 29 Januari 2020

Singkat

Bukankah bertele-tele itu melelahkan
Hendak mengejar apakah makna sejati
Jangan lagi buang kata percuma
Pilah saja yang bermakna dan lepaskanlah itu

Meski hanya singkat
Namun berguna sepanjang hayat

...
Written by Ari Budiyanti
29 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Selasa, 28 Januari 2020

Marah yang Bukan padaku

Lagi dan lagi terdengar di kedua telingaku
Alunan nada sumbang tanpa harmoni
Semua berceceran seperti asap hitam penyebab polusi udara
Namun ini berbeda karena meracuni jiwa yang mendengarnya

Umpatan-umpatan kian merajalela
Lupa pada siapa sedang berbicara
Terus meluapkan amarah yang melanda
Dalam basuhan emosi yang meronta

Sungguh tak habis heran batin ini melihat semua
Yang begitu nyata di depan mata
Bagaimana bisa ada kejam yang tak berbatas dalam umbaran aksara
Saat meluncur bebas dalam rangkaian kata-kata

Luka mendalam dibuatnya tanpa ampun
Bahkan salah pun tiada dirasanya
Bagaimana bisa terucap sejenak maaf
Jika bebal hati merasa paling benar saja

Entah berapa sayatan sudah dibuat pada lembutnya hati
Yang sudah mencintai tanpa syarat sepanjang hayat
Mengapakah bisa ada insan lupa atas kebaikan
Yang dirasanya semenjak masa mudanya

Balas budi macam apa yang dikira sudah diberikan
Pada luapan kasih sayang tak berbatas
Manusia macam apa bisa begitu tanpa batasan
Mengumbar amarah dalam cekalan kata-kata tajam mendulang petaka

Jika tak jua bertobat dan sadar jiwa
Akan berakhirlah bahagianya di masa depan
Curahan kejahatan verbal yang tak terbendung
Berbalik pada diri si penebar angkara
Meski marahnya bukan padaku
Namun ku tetap tak rela mendengarkan segala kata-kata nestapa

Ingat
Tuhan di atas sana tidak tinggal diam

..
Written by Ari Budiyanti
28 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Rahasia Penantian

Kau bodoh masih jua menunggu yang tak memberi pasti
Mungkin hanya ilusi saja rasa itu bagi dia
Kau tahu seberapa lama dan tahan pun kau kerahkan
Dia di ujung sana sungguh tiada merasa
Segera kau sadarlah kawan

Ujarmu seperti kisah indah telenovela
Ataukah mimpimu seperti romatisme drama Korea
Berharapkah macam sinetron yang tak kunjung berhenti serinya
Itu semua hanya fiksi
Ingatlah selalu sobat

Apakah belum cukup pertanda itu
Bahwa semua rasa hanya di pihak padamu saja
Tak ada berita kabar yang terucap apalagi tersebut
Bagaimana masih mengira hatinya padamu
Segeralah terjaga dari mimpimu hai teman

Penantianmu dan tunggumu bagai tak bertepi
Bila ada penghujung kisahmu dengan dia sungguh ingin ku tahu
Benarkah semua rasa yanv kau simpan rapi di relung hatimu
Agar berbalas kasih murni dari nurani dia yanb kau damba
Aku tak tahu

Kau menatapku,
Terucap sederhana katamu
" Ini sebuah rahasia penantian "

...
Written by Ari Budiyanti
28 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Senin, 27 Januari 2020

Di Sudut Kotamu Aku Masih Menunggu

Kau tahu apa itu rindu?
Kata orang itu menyiksa karena menahan hasrat ingin bertemu
Lalu mengapakah bisa bertahan selama itu jika menyiksa
Apakah ketahanan seseorang akan siksaan nyata dalam merindu?

Seandainya ku tahu jawaban yang tepat
Tentulah hati ini tak selalu terikat dan merekat
Bilakah suatu cinta yang mereka kata sebagai penuh ketulusan
Adalah sebuah sauh kuat untuk menggayuh rindu
Mungkin itulah yang sebenarnya mengisi nurani di dasar palung hati

Ah cinta
Benarkah keberadaanmu menancap kuat pemberi harapan
Namun jika telah berlalu lebih dari 60 purnama terlewati pada akhirnya
Apakah benar rindu itu masih nyata?
Ataukah hanya sebuah semu rasa dalam angan semata yang seolah akan bersama
Andai ku tahu jawabnya

Masih sama di sini saat duduk terpaku
Di salah satu sudut kota tempatmu dan ku bertemu
Dalam bincang akan kehidupan meraih cita-cita
Ataukah tentang mimpi yang ingin tergapai oleh diri
Namun tak pernah terselip satu pembicaraan tentang cinta

Jadi, apakah merindumu adalah hal yang wajar dalam sebuah penantian
Aku sungguh tak tahu
Aku hanya merasakannya setiap waktu bahwa rindu terus menumpuk
Seperti berjuta beban yang makin menghimpit rasa
Dan di sini, di satu sudut kotamu, aku masih saja menunggumu
Entah berapa purnama lagi
Mungkin hingga rindu itu lenyap

...
Written by Ari Budiyanti
27 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Minggu, 26 Januari 2020

Keangkuhan Airmata

Saat kata-kata terlemparkan pedas menyakiti hati hingga terluka
Bening di pelupuk mata mengalir deras sehingga terkadang lupa cara berhentinya
Terus saja berlangsung tahun demi tahun bagaikan sebuah pusaran emosi lara

Namun hati menjadi terasa berat mengikuti alurnya
Karena ternyata tiada berubah lagi si penebar bahasa kasar
Membuat nurani memilih menahan agar bulir bening itu tak berjatuhan lagi

Kini apapun terkatakan yang menyakitkan batin
Sudah berhasil ditepikan oleh gelombang kepedihan yang terbendung
Tiada lagi mau turun dari tempatnya bernaung
Di sudut pelupuk mata tak lagi menggantung

Kini bulir air mata menjadi jarang turun
Apapun rasa pedig yang melanda tak lagi dirasa
Seperti membiarkan batin menjadi kebal pada luka
Sehingga nurani tak lagi mengagungkan lara
Kini menjadi seolah ada keangkuhan airmata
Yang tak mau lagi menunjukkan keberadaannya

Jika kemudian ditanyakan padaku
Mengapa tiada lagi pernah menangis seperti masa-masa itu
Apa bisa kuberikan jawaban sendu bagi kalbu
Hanya kubilang airmataku terlanjur menjadi angkuh pada nyatanya pedih

..

Written by Ari Budiyanti
27 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Sabtu, 25 Januari 2020

Di Sukacita Kebersamaan

Saat melewati waktu bersama
Dalam suka aneka cerita
Saat ada pula tawa canda
Meski terkadang pun tangis jua

Tak ada yang terlewatkan pada kala
Keluarga bersama dalam bahagia
Saling mengenal tanpa penyekat
Untuk lebih memahami yang terdekat

Mungkin kesibukan selama sepekan
Membuat terlupa untuk berbagi rasa
Memang tetap saling memperhatikan
Namun masih kurang dalam kedekatan

Lalu di akhir pekan menjadi saat
Pemulihan diri dalam kebersamaan
Agar setiap anggota keluarga makin rekat
Dalam kasih pengikat persaudaraan

Terdengar senandung lagu sukacita
Juga saat cerita pergumulan terbagikan
Pun acara bermain meski sederhana
Asal ada sukacita dalam kebersamaan

....
Selamat menikmati akhir pekan
Written by Ari Budiyanti
26 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Jumat, 24 Januari 2020

Di titik pertemuan gerimis

Aku sedang duduk termenung
Di kolong jembatan penyeberangan
Menanti si merah datang
Membawaku pergi ke tujuan

Tetiba si hitam terus menggelayut kakiku
Membuat risih rasa hati tak tenang
Saat lompatannya mendekati kaku
Rasa batin semakin ingin berang

Tersadar akan gangguan mencekam
Berdiriku di sela gerimis senja
Menghindar dari kejaran si hitam
Hingga ku tersadar hadir sebuah tawa

Ku toleh menatap keberadaanmu
Nampak tersenyum lebar penuh ceria
Kegundahanku apakah nampak lucu
Membuatmu tak bisa menahan canda

Aku terpana akan senyum sekejap itu
Yang menjadi penghias mendung senja
Namun tatap hanya berkejap satu
Lalu tiada lagi relasi dua manusia

Si merah datang sehingga ku harus pergi
Meninggalkan si pemilik senyum manis
Yang memberi sedikit getaran di hati
Di tengah gejolak riuh rendah gerimis

Itulah titik pertemuan pertama dua insan
Yang mungkin hanya sekali di kehidupan
Namun ceria yang sesaat menjadi lukisan
Pada sebuah hati penerima senyuman

...
Written by Ari Budiyanti
25 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Kamis, 23 Januari 2020

Senja di Katulistiwa

Aku tahu banyak kenangan tertinggal
Saat kaki melangkah menjauh pergi
Bukan karena ingin hati yang sepenggal
Namun kenyataan memaksa langkah kaki

Di sana tempat terbesarkan diri
Hingga ku mengerti makna kehidupan
Saat selamanya ingin hanya di sini Kenangan pahit tak mampu kutahan

Semua senja indahku di Katulistiwa
Beraneka ragam bunga menemani
Saat kupu-kupu berkejaran mengelilingi
Ketika kalbuku dipenuhi kisah cinta

Namun angan tak biss tersampaikan
Bayangan kelam memantik emosi
Raga tak lagi mampu menoleransi
Semua luapan pedih di persimpangan

Kini ku harus kepakkan sayapku tinggi
Meski benua dan samudera terlintasi
Sejauh apapun jejakku menapaki
Kisah senjaku dikatulistiwa tak terganti

...
Written by Ari Budiyanti
23 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Rabu, 22 Januari 2020

Kau memantik senjaku hingga ungu

Sedang bahagia menggelayut kalbu
Pun berbunga-bunga oleh pesona cinta
Yang terkadang diiring mabuk rindu
Karena kisah dalam angan yang meraja

Lalu sekejap berita menyontakkan kejut
Menghempas semua harap pada derita
Mengapa seolah smua rasa menghanyut
Dalam derasnya pusaran kabut asmara

Kembali tiba waktunya senja
Saat terasa pahit lebih dari kina
Mengapa pula harus nyata
Kisah pedih hadir di ujung masa

Jangan pernah membenci senja
Meski duka meradang di saat sama
Luka membara menyentakkan lara
Batin meronta ingin meninggalkan senja

Kau ternyata kini telah mampu
Memantik senjaku hingga menjadi ungu

  ....
Written by Ari Budiyanti
22 Janiari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Selasa, 21 Januari 2020

Bersembunyi Di Balik Aksara

Senada rasa yang menggeliat sukma
Menutup semua pesona garangnya
Amarah bergejolak menukik dada
Bersama amukan rindu membara

Ternampakkan di hadapan
Hanya sebuah diam tanpa kata
Bersembunyo di balik aksara
Yang tertenun dalam dekap makna

Semburat nada benci yang lainnya
Menggurat dalam hingga ke nurani
Menyeberangi nyatanya pedih dunia
Yang terselimiti kobaran emosi

Masih terlihat tenang di depan mata
Semua tersembunyi dalam bait nada
Yang masih teruntai manis dalam sajak
Meski batin berontak tetap tak nampak

Penyair itu sekali lagi merasa aman
Saat semua rasa yang lama tertahan
Kembali mengalir lepas tanpa batasan
Dalam larik aksara sekelebat harapan

Beginilah rasa yang menyelinap
Dalam tentram yang dibuat semata
Saat semua kembali pada senyap
Pujangga kembali menyusun aksara

Di situlah tempat dia bersembunyi
Suatu tempat dibalik aksara
...

Written by Ari Budiyanti
21 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Di Pelupuk Mata Senja

Kembali menanti temaramnya rindu
Bersama pudarnya sinar sang surya
Ketika suara riuh kicau burung beradu
Seolah memberitahu datangnya senja

Bergulir setiap kenangan indah itu
Meski dalam sejenak bersama hadirmu
Dalam puja akan kelembutan cinta
Yang membelai nurani hingga ke jiwa

Lalu serentak kenyataan memberi berita
Tentang pilunya rasa yang tak berbalas
Seolah tak ingin berlanjut segala asa
Yang terlanjur merajai seisi sukma lepas

Seperti menatap masa tanpa semarak
Seolah asa tenggelam bersama sesak
Di pelupuk senja terdengar isak
Yang berkejaran hingga ingin teriak

Namun tak boleh menyepi dalam sendu
Karena esok akan selalu menyapa
Meski di pelupuk senja terpapar rindu
Cinta sepihak sungguh memuat luka

...
Written by Ari Budiyanti
21 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Senin, 20 Januari 2020

Sudahkah Syukur Kau Naikkan

Saat tenang tidak terasa lara
Semua berjalan apa adanya
Sungguh lupa mensyukuri
Sehat yang cuma-cuma diberi

Umpatan mengalir saat pening
Kepala bagai tertusuk duri
Lalu teringat akan nasehat penting
Betapa terkadang lupa diri

Berapa lama bahagia yang terasa
Sekejapkah sirna karena duka
Seberapa banyak manis kehidupan
Sejenak tergilas saat hadir pahitnya

Mudahkah bagi insan dunia
Untuk sekedar mengingat yang baik
Melupakan yang jahat mereka kata
Sungguh tak mudah sering terbalik

Saat pening menusuk kepala
Terasa berputar bumi dan langit
Mencari apa yang menyembuhkannya
Untuk menghentikan segala jerit

Sudahkah sejenak hari ini, kawan
Pada Pemilik hidup syukur kau naikkan
Saat terjagai segala keadaan
Dalam baik dan buruk bergantian

...
Written by Ari Budiyanti
20 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Minggu, 19 Januari 2020

Sajak dalam Diri

Seperti gumaman yang berisik
Seolah hanya ingin menelisik
Pada sebuah tanya bagi diri
Mengapa sunyi menemani bagai duri

Senyapnya malam membentang sepi
Mencari rimbunan bintang yang tiada
Atau rembulan sekedar agar menerangi
Tak jua ada tanda-tanda secercah cahaya

Aku terdesak dalam penjara rasa
Yang mengkungkung segala logika
Dalam emosi yang terus merajalela
Seolah lupa bagaimana mengelola asa

Sajak terus tiada henti mengalir
Menguntai aksara yang terukir
Melukiskan rasa pilu karena cinta
Yang tak kunjung jua menyatu jiwa

Berkejaran dalam benak saja
Semua rindu yang mengusik hati
Seolah lupa akan beratnya dera
Yang tercipta karena lelah menanti

Setiap ragu itu kembali menggelegak
Karena ruang terpisah memberi jarak
Lantunan nada kembali semerbak
Seolah ingin menguntai indahnya sajak

Bagaimana bisa rasa ini bertahan
Dalam terpaan gelombang kehidupan
Akan suatu penantian kebersamaan
Di antara penuhnya bentangan harapan

Sajak itu kembali menyeruak
Ingin melepaskan diri dari sesak
Menyimpan rasa yang terus bergejolak
Dalam tahanan buai cinta penuh semarak

...
Written by Ari Budiyanti
19 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Jumat, 17 Januari 2020

Hampamu Akan Berlalu

Ku tak memuja senja, dia milik semua
Ku tak menanti malam, gelap tak ku suka
Ku tak menyambut pagi, karna dinginnya
Ku tak mendamba siang, terik menyiksa

Lalu mengapa kujalani setiap masa
Saat perguliran waktu menyapa
Meski tak mengidola di setiap waktunya
Karena kehidupanku masih bersama

Tak bisa ku menolak pagi
Tak sanggup ku tentang siang
Tak pula ku musuhi senja
Tak kuasa menghindari malam

Putaran waktuku masih mengiringi
Detak jantungku masih menetap
Aliran darahku masih setia
Deru nafasku pun masih ada

Lalu bagaimana kujalani hidup
Bila dalam hampa rasa tak bertuan
Semua terjalani bagai angin bertiup
Tak kunjung menyatu pemilik perasaan

Meski bumi putarannya terhenti
Atau mentari melupakan waktu terbit
Bila bintang tak bersanding rembulan
Dan lautan tak lagi menuju pantai

Tetap tak bisa kujawab sebuah tanya
Tentang asa, rasa dan daya yang tercipta
Saat semua yakin pada masanya
Aku terkurung dalam timbunan hampa

Waktu akan membuktikan keberadaan
Kisah yang fana di dunia sementara
Adakah tertinggal jejak makna kehidupan
Ataukah hanya kesia-siaan meraja

Pilih arah hidupmu, tentukan sekarang
Agar tak menyesal di waktu mendatang
Goresanku ini hanyalah perenungan
Nyata kehidupan terkadang tanpa teman

Bila iti sedang menimpamu
Ingatlah segera Pribadi Pencipta
Keberadaanmu sangat berharga
Bagi Dia yang mendesain indah dunia

Iya, kau dikasihi Tuhanmu

...
Written by Ari Budiyanti
17 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti



Rabu, 15 Januari 2020

Di jelang 16 ku

Ini yang kedua di Kompasiana
Melewati hari ke 16 di Januari
Saat yang dinanti sejak lama
Hanya di masa kecil diri

Ketika sapa lembut Bapak
Masih terasa begitu nampak
Memberi secercah rasa bahagia
Dalam kenangan yang tak kan terlupa

Deru haru mengusik kalbu
Menuju enam belas Januari
Tetes rindu menitik sendu
Ingin kembali sejenak jelang hari

Bila boleh masa kecilku kembali
Saat Bapak memberi ucapan manis
Menyimpan indah kenangan i relung hati
Akan hari itu yang kini disambut tangis

Pernah ku tak ingin melewati satu hari
Yang selalu hadir di bulan Januari
Saat jelang enam belas menjadi sepi
Masa berpulang Bapak member sunyi

Bukan tak rela melepas pergi
Seorang yang bersahaja di hati
Hanya terkadang rindu menyelimuti
Dalam dekap ingin sejenak kembali

Sungguh ku rindu menantikan
Hari ke enam belas itu datang
Di masa kecil penuh kenangan
Saat bahagia tiada penghalang

..
I love you my Dad in Heaven already
..

Written by Ari Budiyanti
15 Januari 2020

Di jelang enam belas ku

#PuisiHatiAriBudiyanti

Selasa, 14 Januari 2020

Hujan dan Memori Rindu

Kala mendung menggegap
Gelap menjadi mencekam
Langit seolah menumpah
Segala rasa sepi ke bumi

Dingin terguyur hujan
Deras tanpa perantara
Membasahi semua yang ada
Seolah mengajak bersama menangis

Atau menutupi tangisan
Yang terlanjur jatuh ke pangkuan
Angin ikut berhembus kencang
Menemani hujan seakan sejalan

Percikannya membuatku terhanyut
Dalam deru rasa tak menentu
Hingga kucari sang ujung
Namun tak kunjung kutemukan

Kukira sudah bertepi
Namun terus saling menyambung
Hujan semakin deras
Bergemuruh di atas genteng

Hati ikut bersajak
Dalam gelapnya kelabu awan
Hingga seluruh jiwa merebak
Menepis segala rasa bercampur rindu

Ah hujan
Kau kembali membangkitkan
Memori sedu sedan
....

Written by Ari Budiyanti

#PuisiHatiAriBudiyanti

Senin, 13 Januari 2020

Persembunyian Rasa

Di angkasa yang mana kau taruh kunci
Di belahan bumi mana telah sembunyi
Di bagian palung terdalam samudera
Atau di kepundan gunung berlahar bara

Tak jua kutemukan tempat rahasia
Di mana tersimpan segala rasa bersahaja
Tiada lelah ku menyelidik ruang penjara
Yang membelenggu rentangan nada

Meniti pelangi pun rela kujalani
Merenangi sungai hingga ke muara
Jika memang ada jawaban pasti
Tentulah hati tak mengurung daya

Terkungkung aku oleh rindu nuansa
Yang tak kunjung redam menggelora
Membatin asa yang memadu cinta
Dalam genangan air mata asmara

Hingga malam tiba meninggalkan senja
Menunggu hadirnya sang fajar yang ceria
Masih jua tiada kudapati makna rahasia
Dalam sebuah persembunyian rasa

...
Written by Ari Budiyanti
13 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Mengurai Senja dengan Air Mata

Di pelupuk mata telah menumpuk
Buliran bening nan basah dan syahdu
Apakah itu sisa deras hujan pagi tadi
Tak bisa menyimpan sendiri alirannya

Bukan sisa rintik hujan di sendu tatapan
Namun itu lukisan batin yang tersesak
Berbagai rasa berpadu dalam getir jiwa
Menusuk batin yang menggelora sesak

Bila masih ada nafas menghembus
Pun ada detak jantung mengirama
Tetap batin bisa menggugah nurani
Meski berteman butiran air mata

Menjaga dengan sepenuh hati
Segala perjuangan melawan dera
Yang terus menimpa setiap hari
Seolah tanpa jeda membayangi

Hingga senja tiba dalam dekapan dingin
Pun angkasa mengiringi dengan pekat
Seolah cuaca di atas sana ingin senada
Mencurah deras hujan bersama air mata

Ingin kutahan senja agar tak tiba
Supaya air mata ini tak pula tumpah
Ingin kutiup awan gelap agar tersingkap
Sehingga mentari menyinari bumi

Namun apa dayaku tak kuasa
Semua kuat itu telah miliknya
Aku hanya bisa mengurai senja
Berteman air mata dari tepian lara

Ah Senja, mengapa hadirmu
Telah sengaja mengurai air mata
Yang tak bisa kutahan lagi semua
Bersama derasnya air hujan menyapa

  ...
Written by Ari Budiyanti
13 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Minggu, 12 Januari 2020

Penggamit Ceria Pagi seorang Guru

Kembali datang tepat waktu sebenernya
Sempat kukira datang terlambat
Gelayut mendung gelap kukira malam
Ternyata hanya mentari saja tertutupi

Lalu aku memaksa diri bangun
Dari lelap tidur semalam yang dingin
Masih tak juga beralih gigilnya pagi
Seolah ingin hati kembali lelap

Namun ku ingat siapa aku
Yang pagi harus bekerja dengan hati
Meski cuaca seolah tak mendukung
Aku harus tetap pergi menujumu

Mendengar sapaan kecil murid-muridku
Menangani masalah mereka timbulkan
Mendapat aneka kisah akhir pekan
Atau hanya menjumpai cemberut muka

Semua ada di setiap pagiku
Ketika hari pertama hingga kelima
Di setiap waktu siswa belajar
Melimpahiku dengan kaya rasa

Apapun pagiku yang terasai
Selalu harus bangkit diri
Pada tanggung jawab pribadi
Agar kehidupan terlampaui

Tak ada alasan untuk menjadi malas
Meski hujan pun harus tetap setia
Karena ini masa depan bangsa
Berada di pundak para pendidik

Bangkit menyapa pagi nan dingin
Menerobos hujan tanpa basah
Kenakan selimut cinta pada hati
Agar semua rintangan teratasi

Mari bekerja lagi di hari ini
Apapun cuaca menemani
Jangan hilang semangat diri
Demi membangun negri

...
Written by Ari Budiyanti
12 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Sabtu, 11 Januari 2020

Kata-kata Kita

Jangan ...jangan... jangan..

Sepertinya kau lemparkan belati itu
Begitu tinggi ke atas
Menancap tanpa ampun
Ntah di sisi bagian bumi yang mana

Mungkinkah melukai tanaman saja..
Atau adakah hewan yang tak sengaja menjadi berdarah
Atau hanya terjatuh di tanah
Mungkin juga tenggelam di air
Bahayanya jika itu menancap tepat di jantung manusia
Tak terbayang apa akibatnya

Tidak..tidak..tidak..
Kita bilang
tak pernah lah aku
Tak punyalah aku belati itu

....tapi..
Setiap kita punya
yang lebih tajam dari belati
lebih ringan pula
sehingga jauh lebih mudah melemparkannya setinggi apapun melebihi lemparan tertinggi belati itu
karena mudah tertiup angin

Ya
kata-kata kita

Hati hatilah dengan kata kata kita
Seringkali begitu tajam kita lemparkan
dan kita tak pernah terlalu paham
siapakah yang terluka sangat dalam olehnya

.....

Written by Ari Budiyanti
January 12, 2016
Di kamar kos Pamulang
Malam malam 20.33 wib

#PuisiHatiAriBudiyanti

Perjalanan yang Tak Terhentikan

Aku tertunduk
kepalaku, mataku
semua menuju ke bumi
terkatup rapat menatap arah dasar bumi

ah dimanakah dasar bumi sesungguhnya
hanya kata orang saja yang ku tahu

Benar
seluruh keberadaanku nampak seperti aku tertunduk dalam lesu

Namun...

Tahukah kau yang tak nampak di penghujung penglihatanmu kawan?

Hatiku
kau tak bisa melihat hatiku
yang menengadah sepenuhnya ke atas

Ke arah surga
yang dipercaya sebagai tempat keberadaan sang Mukhalis..

Yah
karena di situlah sumber kekuatanku
untuk ku lalui perjalananku
untuk kuteruskan langkahku
sehingga
meski dalam derak serak kakiku
namun aku tetap maju
Tak sedikitpun terhenti di perjalananku
yang untuk menetap

...

The joy of the Lord is my strength
...

Written by Ari Budiyanti

#PuisiHatiAriBudiyanti

Kala Luka Menggoda

Tempias rasa tercipta karena kata
Yang menggores tajam ke relung hati
Jika tak kuasa menahannya saja
Terlampiaskan dalam larik puisi

Ketika kuatnya gemuruh kasih sayang
Pada jiwa yang tak bisa memilih
Karena nyata dalam dunia bukan bayang
Yang terajut menjadi pilihan kasih

Harus kulukiskan dengan apa besarnya
Perlukan gunung sebagai pembanding
Atau kupadankan dengan kedalaman apa
Samudera rayakah menjadi pesaing

Sungguh tak bisa ku menyandingkan
Dengan yang terbesar atau terdalam
Karena cinta sejatinya adalah ketulusan
Bukan semata berjuta rasa terpendam

Mungkin kau tak paham apa ku bilang
Ini sebuah kisah hati yang terlukai
Ketika kata-kata yang tak ditimang
Meluncur tanpa ampun penuh maki

Nada suara meninggi menjadi-jadi
Lupa pada siapa sedang berkata
Bila ada maaf itu karena luasnya nurani
Pun mengingat sebuah relasi jua

Bila mereka kata, sabar itu tanpa batas
Mungkin hanya Tuhan pemiliknya
Karena aku sadari hanya manusia
Yang tak bisa selalu menahan luka

Saat ku masih juga menyapamu
Setelah semua goresan tajam kata
Hanya karena kujagai sepanjang kalbu
Dalam untaian doa untukmu yang kucinta

Aku bukan mencinta membabi buta
Aku pun bukan tak bisa membenci
Namun bila aku masih di sini juga
Mengingat darah sama mengalir diri

Tak kan cukup semua larik kata
Untuk mengingatkan diri agar melupa
Bila tentang luka yang menggoda
Dalam kehidupan sepanjang masa

Bisakah kau memilih diam saja
Bila katamu terangkai untuk melukai
Bisakah kau berubah murni jiwa
Dalam pertobatan sejati nan abadi

...
Written by Ari Budiyanti
11 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti





Jumat, 10 Januari 2020

Penyambut Harmoni Pagi

Saat hati meratapi kisah sedihnya
Dia sedang berduka karena matinya rindu
Mengurai segala pahit kenangan cinta
Seolah beban berat menimpa beri sendu

Namun tidak pernah dihentikannya
Perjalanan dalam menantang cobaan
Menerobos perintang mimpi bermakna
Meraih semua cita-cita abadi kehidupan

Luka perihnya sudah dikesampingkan
Seolah ingin membekukan sepotong hati
Menyambut hari baru dengan harapan
Akan munculnya secercah semangat diri

Terutama dia percaya pada Tuhannya
Yang dia sembah siang dan malam
Imannya terus menopang laku jiwa
Menepis semua kenangan kelam

Dalam persimpangan mohon pimpinan
Lurus langkah tepat pada tujuan
Halau semua pemahat duka di perjalanan
Hadapi kuat para perintang masa depan

Ini bukan bicara semata tentang insan
Ini bukan pula hanya tentang kejahatan
Ini bukan juga sekedar perenungan
Ini hanyalah pengisi pagi dalam coretan

Bahwa kehidupan terkadang bertemu pilu
Namun tak boleh menghentikan langkah
Bergantian mengiring detak sang waktu
Menorehkan beda rasa di setiap kisah

Sambutlah setiap pagimu yang baru
Lukiskan segala rancangan cita-cita
Biarkan kemaren bersama malam berlalu
Tanggalkan putus asa yang melanda

Hai para penyambut Harmoni pagi

...

Selamat pagi
Selamat berakhir pekan
Selamat menjalani kehidupan dalam bahagia

...
Written by Ari Budiyanti
11 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Rabu, 08 Januari 2020

Lelaki Pemuja Senja

Dia sudah di sana saat senja tiba
Berteman rindu yang meriuh jiwa
Menunggu sang pujaan hati dalam sapa
Namun senja itu berlalu lagi dalam tiada

Menanti setia di sepanjang senja
Hingga tiba saatnya luluh sang rasa
Dengan beraneka padanan cara
Merebut hati sang pujaan pemilik cinta

Senja ini kembali meninggalkan lara
Pada dia si lelaki pemuja senja
Meski hati dirundung sendu mendayu
Bersama sentuhan pada angan pilu

Dia kira senja akan bicara
Membantunya mengungkap asa
Pada sang kekasih pemilik cinta
Dalam dendang penih nada

Dia meyakini kala senja berikutnya
Ada secercah harap memenangkan rasa
Meski sekuat tenaga berusaha
Apa daya hati terkasih tak sama

Dia terus mencoba pada senja yang lain
Dengan membawa sejuta impian
Menata pesona berjuntai kain
Hanya untuk memikat hati sang pujaan

Senja masih terus berganti lagi
Hari demi hari tak jua terjadi
Seluruh cita hati tak terpenuhi
Karena sang pemilik cinta terus pergi

Dia sang lelaki pemuja senja
Yang percaya pada sejatinya cinta
Menanti dan berusaha menyapa
Meski berakhir sama di setiap masa

Kini dia telah merapuh pesona
Dalam pandangan mulai samar mata
Masih setiap menunggu kala senja
Hadirnya sang kekasih pujaan jiwa

Ah cinta
Sekuat itukah adanya
Membuat dia
Menjadi lelaki pemuja senja

...

Written by Ari Budiyanti
8 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti



Minggu, 05 Januari 2020

Beda

Kau kini menyepikanku karena beda
Kau kini tak menyapaku karena tak sama
Kau kini bahkan menganggap ku tiada
Sekedar memberi sapa pun kau lupa

Aku tahu aku tak mudah mau sama
Dengan apa yang tidak sesuai nurani
Lalu apakah aku harus bergulat saja
Dengan diri sendiri agar aku serupa

Tapi nuraniku sungguh tak bisa
Memaksa inginku menjadi senada
Dengan apa yang kau anggap rasa
Maaf karena aku sungguh tak bisa

Bila akhirnya beda memisahkan kita
Dari semua persahabatan yang ada
Terpaksa harus rela aku kehilangan
Sebuah kisah yang ku anggap berkesan

Aku hanya tak mau hidup dalam tekanan
Apalagi jika untuk memenuhi mau hati
Di bawah kata sebuah kebersamaan
Aku memilih pergi di jalan ku sendiri

Tak mengapa bila ku kini berdiri
Dalam sepi tanpa hangat sapamu lagi
Tak mengapa bila aku berteman sunyi
Namun nuraniku beriring dengan damai

Aku memang memilih beda
Karena aku tak ingin sama
Aku menentukan jalanku tanpamu
Meski akhirnya nanti mungkin bertemu

Biarlah beda ku kini dengan semua
Menjadi ciri khas ku yang tak terlupa
Bila pililhanku ini menyakiti
Hanya kata maaf bisa terpatri dari hati

...

Written by Ari Budiyanti
5 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Sebuah Kisah Yang Tak Pernah Tertulis

Sedang aku menyusuri tepian jalan raya
Dengan sejuta lika-liku kehidupannya
Kadang tertemui tawa penuh gelak canda
Atau amukan amarah pada sesama

Di persimpangan lain ku tatap tangisan
Dalam bentangan lapar tanpa makanan
Lalu roda kembali berputar hingga ada
Tarian sukacita karena berlimpah harta

Sedang di sebuah sudut kota terduduk
Lelaki tua menengadah tangan mengiba
Harap seadanya belas kasih penduduk
Sambil menahan dingin yang melanda

Di tengah kota nampak gempita
Terdengar pesta pora penuh bahagia
Berlimpah makanan dengan aneka rasa
Bahkan sampai terbuang percuma

Ada suara merdu nyanyian anak jalanan
Memadu nada dengan musik sederhana
Sambil sedikit memaksa setiap insan
Yang ada tak jauh dari jangkauan suara

Di sebuah bilik pun ku lihat
Ada nenek tua sedang meratap
Menahan kelu rindu keluarga dekat
Yang tak kunjung datang menatap

Apakah lagi akan kutuliskan
Untuk menjadi bahan bacaan
Tentang aneka kisah kehidupan
Yang terkadang penuh ratapan

Namun bila ada satu terpisah
Pasti selamanya tak terlukis
Menjadi sebuah kisah
Yang tak pernah tertulis

...
Written by Ari Budiyanti
5 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Beranda Nurani

Guratan hati itu tertutup rasa tertahan
Dalam sebuah lukisan bermakna
Lalu para pemahat berusaha mengartikan
Setiap bentangan rasa yang tercipta

Di sebuah beranda hati aku menunggu
Tentang makna lukisan rindu sebuah asa
Yang terpaut dalam karya menyatu
Tak jua terartikan para pujangga kata

Semburat senja di angkasa
Menandakan akan tiba masa
Saat mentari bersembunyi
Dalam peraduan harmoni

Namun aku masih juga menunggu
Hadirmu membuka tabir rahasia
Akan makna terdalam dari rindu
Yang terabadikan dalam kisah cinta

Bila di beranda nurani akhirnya ku tiada
Karena penantian tak jua berujung
Maka dalam lembar lukisan karya
Aku mau menanti hingga di penghujung

Datanglah kekasih raga
Berilah makna pada kuat jiwa
Singkapkan selubung rasa
Pada beranda hati yang menyapa

...

Written by Ari Budiyanti
5 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Semburat Biru Di Wajahmu

Mengapa tak kulihat sorot mata itu
Yang selama ini menjadi alasan rindu
Hanya ada muram di rupa wajahmu
Apakah gerangan sebagai pemicu

Aku tahu musim hujan sedang merajai
Menguasai segala pelosok hingga kota
Memberi dingin yang memenjara nurani
Menelisik batin yang sering meronta

Bila terbiasa kau membuka kata
Untuk mencurahkan isi jiwa
Namun mengapa kini hanya diam
Membuatku penuh tanya di temaram

Ah jiwa
Mengapa begitu mudah berubah jua
Dalam birunya suasana
Memberi semburat ungu di muka

Kau tak juga mengalihkan tatapan
Dari apa yang kau bilang masa depan
Meski raga dan jiwa menggigil
Karena padanan rasa terpanggil

Aku menunggu lama akan hadirnya
Semburat suka di wajahmu
Lengkungan bulan sabit tanda sukacita
Menghias di wajah anggunmu

Segeralah berbahagia kawan
Hilangkan semburat biru
Bersukalah menjalani kehidupan
Agar bebanmu meringan bagai bulu

....

Teriring salam dan doa untukmu
Yang dalam pergulatan batin

...

Written by Ari Budiyanti
5 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Sabtu, 04 Januari 2020

Jangan Mengekangku

Aku bukan tidak suka kebersamaan
Apalagi dalam keseragaman
Aku hanya tidak mau terbeban
Saat aturan tegas diberikan

Aku bukan juga pembangkang
Terlebih sekedar ingin menghalang
Bukan maksud hati merintang
Terlebih lagi jadi penyebab radang

Tak perlu resah bila tak bisa
Sekedar menengokku dalam sejenak
Hanya karena ku sembunyikan rasa
Dari apa yang mereka sebut gejolak

Aku tetap akan menyapamu
Dalam lantunan nada puisiku
Biarkan aku menulis sesuka kalbu
Tanpa ada tekanan pemberat sendu

Bila larik kataku tak cukup jua
Menyatakan gempita emosi dalam jiwa
Kiranya puisiku menyambungkan asa
Pada sebuah keberadaan jiwa

Aku hanya tak ingin terkekang
Dalam aturan yang terbentang
Aku sungguh hanya ingin menulis
Tanpa ada genangan karena  menangis

Maafkan aku teman
Maafkan aku para rekan
Bila aku tak bisa menjadi sama
Dengan semua yang bersedia jua

Bukan pula aku ingin menjadi beda
Aku hanya tak ingin dalam beban
Biarkan aku membebaskan aksara
Tiap baitnya teruntai tanpa tekanan

...
Written by Ari Budiyanti
5 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Jumat, 03 Januari 2020

Penunggu Pagi

Malam mencekam telah berlalu
Menyisakan pahit yang menggigit
Sebuah hati sedang menghilangkan pilu
Yang terus merenggut memberi sakit

Surya pagi yang bersinar lagi
Tiada henti memberi kehangatan
Pada semua insan yang menanti
Tak pandang apapun rasa tertahan

Kalbu menderu karena silau cahayanya
Menembus sampai relung batin
Seolah menguak segala rahasia jiwa
Menyingkapkan semua dengan rutin

Si penunggu pagi telah terbit
Membawa pesan bagi penantang jalan
Menggeser bintang dan bulan sabit
Menyingkir menjauh dari peraduan

Cahaya terangnya tak memberi ruang
Bagi batin untuk terus bersama lara
Kehangatan kasih sapanya berjuang
Mengentaskan para insan dari duka

Kala penunggu pagi itu datang
Tersingkir kini para penghalang
Terusir sudah pekat malam gelap
Berganti terang benderang menggegap

Si penunggu pagi selalu tepat waktu
Memberi harapan bagi penyandang sendu
Mematahkan hati dari segala ragu
Menggapai cita-cita yang menunggu

...
Written by Ari Budiyanti
4 Januari 2020

#PuisiHatiAriBudiyanti

Kamis, 02 Januari 2020

Menduka di permulaan 2020

Bukan hanya kata terucap
Saat dalam berita terkecap
Kisah duka lara sesama warga
Yang berpulang ke Sang Pencipta

Bencana itu datang tak terduga
Banjir melanda di mana-mana
Bukan hanya terendam harta
Namun raga ikut melara

Saat alam bicara dengan amarah
Sungguh siapakah dapat menggugah
Kaya dan miskin dalam derita
Tanpa bisa memilih rasa

Bahkan saat keluarga harus berpisah
Karena malaikat maut merenggut nyawa
Mereka yang terkasih dalam resah
Tak terduga berpulangnya karna bencana

Turut berduka aku ucapkan
Pada setiap anghota keluarga
Ketika harus kehilangan terpaksa
Mereka yang terkasih dalam jiwa

Berduka merenggut sukacita
Di awala tahun 2020 yang diharap ceria
Berduka di hari kedua
Karena hadirnya bencana melanda

Doa yang tulus terpanjatkan
Dari lubuk hati terdalam
Untuk semua yang menjadi korban
Kemarahan dalam luapan alam

...
Written by Ari Budiyanti
2 Januari 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti

Puisi untuk para korban banjir di Indonesia, khususnya Jabodetabek yang sampai ada korban jiwa

Dari seorang yang pernah merasa lara karena banjir melanda rumah dan desa

Rabu, 01 Januari 2020

Berhenti sembunyi di balik hujan

Lagi dan lagi merintik langit angkasa
Menutupi semua ceria di awal tahun
Mendung sepanjang hari kah di sana
Sama seperti rindu yang menahun

Titik hujan semakin menderas
Hanya menebar beku dinginnya
Kau tahu pedih itu sungguh selaras
Dengan timbunan sakit hati di dada

Lalu mengapa amarah begitu menguasai
Begitu saja melupa ikatan yang kuat
Di antara kasih umat manusia sendiri
Hanya karena luapan emosi mengikat

Tak perlu lagi bersembunyi di balik hujan
Meski air mata bagai terjun bebas
Jangan kau menyembunyikan kepahitan
Bersama sgala rasa dendam mengimbas

Tak mudah pun tak bisa ringan
Saat membara batin segala insan
Oleh beratnya semua pergulatan
Yang tak kunjung nampak akhir cobaan

Kau tikamkan lagi segala amarah
Pada dia yang sesungguhnya mencinta
Meski rasa yang tak kunjung berarah
Tak bisa menghentikan dia yang setia

Karena kasih sejati makin teruji
Saat pergolakan perseteruan terjadi
Membuktikan pada sejatinya diri
Siapakah sang pencinta sejati

...
Written by Ari Budiyanti
3 Januari 2019

#PuisiHatiAriBudiyanti