Ku tak memuja senja, dia milik semua
Ku tak menanti malam, gelap tak ku suka
Ku tak menyambut pagi, karna dinginnya
Ku tak mendamba siang, terik menyiksa
Lalu mengapa kujalani setiap masa
Saat perguliran waktu menyapa
Meski tak mengidola di setiap waktunya
Karena kehidupanku masih bersama
Tak bisa ku menolak pagi
Tak sanggup ku tentang siang
Tak pula ku musuhi senja
Tak kuasa menghindari malam
Putaran waktuku masih mengiringi
Detak jantungku masih menetap
Aliran darahku masih setia
Deru nafasku pun masih ada
Lalu bagaimana kujalani hidup
Bila dalam hampa rasa tak bertuan
Semua terjalani bagai angin bertiup
Tak kunjung menyatu pemilik perasaan
Meski bumi putarannya terhenti
Atau mentari melupakan waktu terbit
Bila bintang tak bersanding rembulan
Dan lautan tak lagi menuju pantai
Tetap tak bisa kujawab sebuah tanya
Tentang asa, rasa dan daya yang tercipta
Saat semua yakin pada masanya
Aku terkurung dalam timbunan hampa
Waktu akan membuktikan keberadaan
Kisah yang fana di dunia sementara
Adakah tertinggal jejak makna kehidupan
Ataukah hanya kesia-siaan meraja
Pilih arah hidupmu, tentukan sekarang
Agar tak menyesal di waktu mendatang
Goresanku ini hanyalah perenungan
Nyata kehidupan terkadang tanpa teman
Bila iti sedang menimpamu
Ingatlah segera Pribadi Pencipta
Keberadaanmu sangat berharga
Bagi Dia yang mendesain indah dunia
Iya, kau dikasihi Tuhanmu
...
Written by Ari Budiyanti
17 Januari 2020
#PuisiHatiAriBudiyanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar