Dunia literasi sangat dekat dengan saya sejak kecil. Saya makin dekat
dengan dunia literasi ini seiring dengan pilihan profesi saya sebagai guru.
Saya mendapat banyak kesempatan untuk mendekatkan dunia literasi pada anak-anak
yang juga adalah murid-murid saya.
Pada waktu mengajar di Surabaya, saya selalu membagikan cerita selama sepuluh
menit pada murid-murid saya sebelum pulang sekolah. Cerita-cerita tersebut
masuk dalam program closing story di
sekolah. Closing story ini menolong
saya untuk mendekatkan anak-anak dengan aneka jenis buku bacaan, terutama
dongeng yang mereka sukai.
Salah satu variasi yang saya lakukan adalah dengan menceritakan dongeng
karya saya sendiri. Dari sekian banyak dongeng yang pernah saya ceritakan pada
murid-murid, ada empat dongeng yang telah dibukukan oleh sebuah penerbit.
Buku-buku tersebut menggunakan teks bahasa Inggris karena sekolah tempat
saya mengajar di Surabaya menggunakan pengantar bahasa Inggris. Tentu saja
mendongeng pun harus dalam bahasa Inggris.
Berikut ini judul buku-buku cerita anak yang saya tulis: 1) Lala, 2) Didi and Lisa, 3) A Little Duck and A Little Cat,
dan 4) Three Friends. Anda bisa melihat sampul buku karya saya pada gambar di bawah ini.
Buku-buku cerita yang saya tulis ini selalu saya bawa ke mana pun saya
mengajar di beberapa kota. Waktu saya mengajar di Purwokerto, Jawa Tengah, saya
juga membacakan buku-buku cerita karya saya pada anak-anak didik. Mereka
menyukainya. Saya juga
memotivasi mereka untuk menuliskan cerita mereka sendiri.
Ketika saya mengajar di kota Pamulang, saya juga mengajak anak-anak untuk giat membaca. Saya memanfaatkan aneka koleksi buku bagus di sekolah tempat saya mengajar.
Saya juga terlibat satu program menarik bersama tim guru di
sekolah tersebut, yakni membawa
satu buku setiap hari Jumat untuk dibaca siswa di rumah. Para murid diharapkan mengembalikan
buku-buku itu pada hari Senin.
Ini semacam tugas baca anak bersama keluarga di rumah. Anak-anak suka sekali membaca dan memberi tanggapan positif. Demikian juga para orang tua sangat mendukung program ini.
Saya mendapati ada beberapa sekolah lain yang juga mempunyai program
tersebut. Salah satunya di sekolah tempat saya mengajar sekarang di Tangerang.
Siswa-siswa TK juga dipinjami buku dari sekolah untuk dibaca di rumah bersama
orang tuanya saat akhir pekan.
Saya mengajar anak-anak SD. Di sekolah ini ada kegiatan literasi selama 35
menit untuk kelas bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Anak-anak mendapat
banyak kesempatan membaca buku di kelas. Bahkan di tiap kelas, ada pojok buku
yang berisi rak buku dengan berbagai koleksi buku.
Koleksi buku saya pilih dari perpustakaan sekolah. Buku-buku saya ganti
secara berkala. Pada awalnya, saya memberi contoh dengan memilih aneka jenis
buku. Mulai dari fabel, aneka kegiatan kreatif siswa, pengetahuan sederhana dan
banyak buku yang lainnya. Saya memperhatikan bagaimana perkembangan minat baca anak dengan program tersebut.
Pada bulan-bulan berikutnya, saya memberi tugas pada anak-anak secara
berkala untuk membantu memilihkan judul buku di perpustakaan. Tentu saja dalam
pengawasan saya. Cara ini menolong anak-anak untuk lebih akrab dengan berbagai
buku di perpustakaan sekolah. Anak-anak juga saya ajak mengunjungi perpustakaan
secara bergantian tiap minggu.
Rupanya ada beberapa siswa saya yang sangat suka membaca dan rutin
mengunjungi perpustakaan sekolah setiap hari dan meminjam buku untuk dibaca di rumah.
Saya merasa sangat bahagia melihat minat baca murid-murid saya yang kian
berkembang.
Beberapa cara yang saya lakukan dalam mengisi kelas literasi di sekolah
antara lain:
1.
Meminta
anak-anak membaca satu buku dan menceritakan isi buku bacaan.
2.
Memperagakan
isi buku yang dibaca.
3.
Menuliskan
isi buku yang mereka baca dengan bahasa mereka sendiri.
4.
Menggambarkan
isi buku yang mereka baca di selembar kertas.
5.
Membuat
pertanyaan-pertanyaan dan jawabannya berkaitan dengan buku yang dibaca.
6.
Menuliskan
hikmah atau pengetahuan baru dari buku yang dibaca.
Variasi kegiatan harus dilakukan agar anak tidak bosan dengan kegiatan
membaca buku. Cara lain yang saya lakukan adalah memotivasi anak-anak untuk
membuat kisah bergambar sendiri. Ini saya lakukan pada bulan-bulan terakhir
kelas literasi di akhir tahun ajaran. Alasannya, anak-anak sudah mendapat
banyak sumber bacaan sehingga ada banyak ide menulis yang bisa mereka kembangkan.
Mereka diharapkan menggambar tiga atau empat gambar menarik dan diberi teks
singkat karya mereka sendiri. Apapun hasil yang mereka peroleh, mendapat penghargaan berupa pujian saya di depan
teman-teman sekelas mereka. Ini membuat mereka merasa senang dan nyaman. Mereka
akan termotivasi untuk terus membaca dan menulis.
Selain buku-buku bacaan secara fisik yang ada di perpustakaan sekolah, saya
juga memberikan pilihan lain pada siswa untuk membaca buku-buku elektronik.
Salah satu pustaka yang pernah saya berikan pada anak-anak adalah koleksi
pustaka Let’s Read. Satu contoh fabel
yang saya minta agar anak-anak baca berjudul “Tata dan Titi” karya Ratna Kusuma
Halim. Berikut ini tangkapan layar sampul fabel tersebut.
Siswa-siswa di kelas saya baru belajar tentang fabel. Karena itu, saya
memberikan saran kisah fabel dari
koleksi pustaka Let’s Read pada
mereka. Para wali murid mendukung
kegiatan ini. Saya berharap anak-anak bisa mengakses
buku-buku bagus secara daring. Sebabnya, pandemi Covid-19 membuat anak-anak tidak bisa
datang ke perpustakaan sekolah.
Salah satu murid saya
memberi respon positif pada buku berjudul Tata dan Titi. Buku tersebut salah
satu buku koleksi Let’s Read. Bahkan
murid saya mampu memberikan tanggapan tentang buku tersebut. Dia menceritakan
hal baik yang dipelajari, yaitu harus mau berbagi.
Lalu murid saya juga
menceritakan kalau dalam kesehariaanya, dia juga mau berbagi dengan sesama.
Salah satunya ketika melihat anak-anak gelandangan atau orang tak mampu lainnya
di pinggir jalan, ia dan keluarganya selalu berbagi makanan.
Pengalaman di atas
salah satu bukti bahwa buku koleksi Let’s
Read ternyata mudah dipahami anak-anak sesuai usianya.
Pilihan bacaan seolah menjadi terbatas karena tidak bisa meminjam lagi di
perpustakaan. Sejatinya, ini tidak menjadi halangan untuk mendapat buku bacaan yang
bagus.
Aplikasi Let’s Read ini sangat
membantu anak-anak menemukan buku-buku yang berguna bagi mereka. Meskipun
pandemi Covid-19 masih terjadi, hal ini janganlah menjadi hambatan dalam
mengembangkan minat baca anak. Kita tetap
bisa mengakses pustaka daring Let’s Read di
mana pun kita berada.
Keunggulan pustaka
digital Let’s Read ada banyak.
Pertama, buku tersedia dalam bahasa Inggris, bahasa Indonesia dan aneka bahasa
daerah. Kedua, buku ini dikelompokkan berdasarkan level baca. Level yang tersedia ada 6 yaitu My First Book, level 1, 2, 3, 4 dan 5. Jadi, kita bisa menentukan buku apa
yang tepat untuk anak-anak. Ketiga, pegiat literasi bisa juga bergabung sebagai
kontributor naskah dan terjemahan.
Berikut ini cara mudah untuk mengunduh buku dalam versi PDF dari laman Let’s Read The Digital Book of Children:
2.
Pilih
buku cerita yang akan diunduh.
3.
Pilih
bahasa buku yang tersedia.
4.
Pilih
download PDF.
5. Pilih format portrait,
landscape atau
booklet.
6.
Buku
dengan mudah diunduh.
Lihat hasil unduhan
Anda di perangkat yang Anda gunakan, baik telepon seluler maupun komputer jinjing
(laptop). Selain itu, Anda juga bisa mengunduh aplikasi Let’s Read melalui Play Store di ponsel Anda. Selamat mencoba!
Cara mengunduh aplikasi
Let’s Read di telepon seluler Anda
menggunakan Play Store :
2. Pilih
instal.
3. Aplikasi
terinstal di telepon seluler Anda dan siap digunakan.
4. Pilih
open.
5. Ikuti
langkah-langkah awal penggunaan aplikasi Let’s
Read seperti pemilihan bahasa yang digunakan.
Ketersediaan pustaka daring Let’s
Read menjadi solusi guna memperkenalkan buku-buku elektronik bermutu tinggi
pada anak-anak. Dengan demikian, minat baca mereka tidak akan berkurang tapi akan terus
bertambah.
Zaman kiwari, teknologi
menolong kita untuk tetap bisa dekat dengan dunia literasi secara elektronik.
Mari tetap kembangkan budaya membaca sejak dini pada anak-anak. Mari manfaatkan inovasi-inovasi baru dunia literasi seperti Let’s Read
agar anak tetap mempunyai minat baca yang tinggi.
Sebuah kutipan cantik
anggitan W. Fusselman berbunyi, ”A reader today, a leader
tomorrow.” Ya,
seorang yang rajin membaca hari ini akan menjadi pemimpin masa depan. Salam literasi!
14 Juni 2020,
Ari Budiyanti,
Seorang guru sekolah dasar dan penulis buku anak.
Seorang guru sekolah dasar dan penulis buku anak.
Turut membaca
BalasHapusTerimakasih Pak Budi
HapusNyimak
BalasHapusTerimakasih Pak Indra
HapusTerimakasih Bu Ester
BalasHapusMantap bu guruu, selain penyair ternyataa seorang penulis buku jugaa����
BalasHapusTerimakasih apresiasinya. Mohon maaf saya tidak tahu ini komentar dari siapa karena tertulis anonim.kalau berkenan saya diberi tahu nama Anda. Salam
Hapusbenar-benar ibu guru yang kreatif, salut !
BalasHapusTerimakasih Bu Dewi untuk apresiasinya. Salam kenal dan salam hangat
Hapus