Gelap semua begitu pekat karena kengerian malam itu
Teramat dahsyat peristiwa hari itu begitu kejam
Tanyaku: “Bagaimana mungkin mereka sanggup?”
Memfitnah PRIBADI
Yang seumur hidupNya memberikan Cinta
Menampar wajah PRIBADI
Yang agung dalam setiap perkataanNya
Mencambuki punggung PRIBADI
Yang tersedia menyokong setiap jiwa
Meludahi muka PRIBADI
Yang selalu lembut kasihNya
Menancapkan mahkota duri pada kepala PRIBADI
Yang selalu suci pikiranNya
Menelanjangi tubuh PRIBADI
Yang seumur hidupNya mengasihi
Bahkan mempertontonkan aniaya berat itu di muka umum
Kemudian memaksakan untuk memikul
Palang salib yang keras, kasar dan juga berat
Juga mendaki Golgota dengan susah payah sampai roboh pula
Memakukan tanganNya
Yang selalu terulur membawa kesembuhan
Juga memakukan sepasang kaki
Yang kemanapun melangkah adalah mengabarkan damai
Dan akhirnya menusuk lambungNya dengan tombak
Meski Dia telah mati sebelumnya
Terlebih lagi kubertanya:
“Tuhan Yesus mengapa Engkau mau?”
Lalu jawabNya padaku:
“Karena Aku teramat mengasihimu, anakKu”
Bukankah itu Kasih Sejati yang telah terbukti?
Tiada tahukah kau tentang itu semua?
Dan masih bertanya “Tuhan ... Engkau dimana?”
KebangkitanNya adalah kuasa Hidup Kekal
Jawabku padamu: “Tuhan ada di muka pintu hatimu,
Apakah yang akan kau perbuat sekarang?”
Ari Budiyanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar